Part 2

14 7 0
                                    

Awas Typo !!!

Jangan Lupa Vote and Commentnya yaa..

And... Happy Reading..

*****

Saat ini, Dinda dan Dilla tengah berada di Aula lantai dasar.
Karena MOS belum resmi dibuka, saat ini, didepan sana, masih berlangsung sambutan - sambutan dari guru - guru tertentu lalu diakhiri oleh Kepala Sekolah yang memberi sambutan sekaligus membuka kegiatan MOS secara resmi.

Sungguh membosankan.

Setelah runtunan sambutan membosankan itu selesai, kini pun beralih pada perkenalan dari seluruh anggota Osis.

Perkenalan diawali dari KetOs lalu lalu dilanjut pengurus Osis lainnya.
Lalu disambung dengan Sekbid - sekbid Osis.

Dinda yang tadi saat sambutan sambutan tak menyimak sama sekali kini menaruh perhatiannya pada setiap anggota Osis yang tengah memperkenalkan diri.

"Naahhh.. ini salah satu Osis ganteng kita.." ucap si pembawa acara yang juga termasuk Osis saat menunjuk seorang laki - laki tampan yang tengah berjalan masuk ke Aula lewat pintu samping Aula.

Ucapan Osis barusan membuat pandangan seluruh mata siswa siswi --terutama siswi--, mengarah pada lelaki tampan itu.

Para siswi - siswi pun banyak yang berbisik memuji ketampanan Osis yang belum diketahui namanya itu.

'Ganteng cyiiinnn...'

'Keren abisss daahh'

'Uuggghhh.. gantengnya..'

Sedangkan orang yang tengah ditunjuk itu berjalan mendekat kearah MC sambil tersenyum sekilas yang ditujukan pada para siswi. Hingga membuat para siswi itu memekik girang.

Dinda yang melihat Dilla disampingnya, ikut - ikutan para siswi itu hanya geleng - geleng kepala.

Padahal gak ganteng.. cuma sedep aja kalo dipandang.. batin Dinda.

Saat sudah memegang mikrofon, Osis itu pun memperkenalkan dirinya yang ternyata namanya adalah Lukky Pradana, si sekbid Olahraga kelas XII 2 Multimedia.
Dan ia masih saja dengan senyumnya, yang membuat para siswi itu makin heboh dengan pekikannya.

Para anggota Osis pun juga geleng - geleng kepala seperti halnya yang Dinda lakukan. Terlalu heran dengan respon para siswi yang kelewat histeris itu.

MC pun kembali menyuarakan seruannya,

"Eh eh eh.. tenang dong tenang.. Yang barusan ini belom ada apa - apanya.. kita masih punya satu Osis lagi.. Dia ituuu.. paling ganteng juga paling dingin disekolah ini.. Dia itu Pangeran dari kutub utara yang nyasar disekolah kita"

Ucapan MC pun tak ayal membuat para siswi itu kusak - kusuk karena penasaran.

"Nah..  tuh dia si ganteng.. "

Ucap si MC saat seorang pria tengah berjalan ke depan Aula, tempat para Osis saat ini duduk.

Kali ini, tak ada siswi yang memekik seperti tadi, barang seorang pun.

Hening

Pandangan mereka hanya mengikuti lelaki yang tengah berjalan itu dengan penasaran.

Karena si Osis itu tengah memakai masker.

'Lagi flu kali ya, segala pakek masker' batin Dinda.

"Lo belom kenalan.." ucap MC itu seraya menyerahkan mikrofon pada Osis --yang katanya tampan itu-- saat pria itu sudah didepannya.

Dan semua siswi langsung memekik tertahan saat si Osis itu menurunkan maskernya dibawah dagu.

Namun tidak dengan Dinda. Dia bukannya memekik, tapi badannya langsung menegang saat melihat wajah pria itu. Ia duduk dibarisan ketiga dari depan, membuatnya mampu melihat dengan jelas. Tentu ia tak salah lihat.

Ia terkejut karena ternyata Osis yang saat ini tengah memegang mikrofon adalah pria yang ditabraknya tadi.

Pikirannya berkecamuk. Dinda takut akan dikerjai lagi nantinya karena sudah berani menabrak kakak kelas. Osis lagi.

Namun pikirannya itu terhenti saat si Osis itu berdehem. Membuat seluruh siswi yang tadinya memekik kini membungkam mulutnya. Namun masih memandang Osis itu dengan mata berbinar. Sangat berbinar.

"Saya Zainal Arifin. Waketos disini."

Mampus ! Waketos lagi ! --Dinda.

Diakhir kalimatnya, ia memandang Dinda dengan tatapan yang sangat datar. Namun si Dinda bukannya takut malah hanyut dengan tatapan mata hitam jernihnya itu.

Entahlah.. dengan ditatap seperti itu, hati Dinda malah menghangat. Perasaannya menjadi penuh. Jangan lupakan Jantungnya yang sudah lompat - lompat seperti ingin lepas.

Pandangan itu hanya sekejap. Namun efeknya luar biasa. Tentu saja untuk Dinda.
Dan karena cukup singkat, membuat penghuni Aula itu tak ada yang menyadari.

***

"Udah kumpul sama kelompoknya masing - masing ?" Ucap MC perempuan didepan itu dengan mikrofon yang masih digenggamnya.

"Udah kaak.." jawab seluruh murid baru serempak.

"Nah.. kalo udah.. dengerin kakak baik - baik ya..

Kelompok satu tolong berdiri semua..

Kelompok satu silahkan masuk ke kelas yang sudah bertuliskan 'Achmad Yani' di pintunya. Kalian bakal di anter sama kakak Osis yang disamping kakak ini. Dah monggo.. kelompok satu jalan.."

"Ayok kelompok satu.." ucap kakak Osis lelaki yang ditunjuk oleh Osis barusan.

Seterusnya seperti itu.. Hingga terbentuk beberapa Kelompok atau Gugus yang setiap kelompok berisi sekitar 30 - 35 siswa.

Sedangkan Dinda, ia ditempatkan di Kelompok 5, yang beruntungnya juga ada Dilla disana.

Saat ini mereka berdua sudah duduk manis dibangku paling depan. Begitu juga dengan siswa siswi lainnya yang sekelompok dengan mereka. Mereka sudah duduk dibangku yang sudahbdipilihnya masing - masing.

Menurut Osis yang mangantar Kelompoknya barusan, Osis yang membimbing setiap kelompok selama MOS, akan memasuki kelas saat bel sudah dibunyikan nanti.

Jadi saat ini mereka tengah menunggu Osis pembimbing yang berjumlah 3 orang disetiap kelompoknya. Karena bel sudah dibunyikan.

***

Dinda yang baru pulang dari sekolah memasuki rumah keluarganya dengan cemberut.

Hari yang benar - benar melelahkan. Batin Dinda saat ia merebahkan badannya di sofa ruang tamu.

Saat ia tengah menatap langit - langit, mendadak ia teringat wajah kakak kelas itu.

Ternyata memang sangat tampan. Terlebih saat menatapnya tadi.
Tapi siapalah Dinda.. Hanya siswi kelas sepuluh yang biasa saja.

Ah sudahlah..

*****

Bersambung...

Vote and Comment Please..
Denpasar, 16 April 2017

Tertanda,
Karimah522

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan SandiwaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang