Part 6

2K 146 0
                                    

◙(namakamu) Point of View◙

Disaat aku ingin membuka hati untuk orang yang menyayangiku, itu semua sia-sia. Iqbaal telah berhasil membuatku takluk. Ia rela melepaskan semuanya demi aku. Aku merasakan bahwa Iqbaal berubah dari kebiasaannya, pemain wanita, balap-balapan liar, dan lain-lain.

Malam ini adalah saksi bahwa Iqbaal berdusta.

Ditengah jalan yang sepi, aku melintasinya dengan tergesa-gesa. Lari dan menangis, hanya itu kegiatanku saat ini.

Disana ada taksi, segera kuberhentikan taksi itu. Masuk kesalam, melihat ke kaca taksi bagian belakang. Iqbaal tengah berlari, sepertinya mengejarku. Namun, usahanya terhenti ketika Salsha menyuruhnya naik ke mobilnya.

***

Author's point of view

Sinar matahari memasuki kamarnya melalui celah-celah jendela. Bukankah hari ini (namakamu) kuliah? Yah! (Namakamu) memutuskan untuk bolos beberapa jam mata kuliahnya hari ini. Alasannya hanya satu. Tak mau berhadapan dan bertemu dengan Iqbaal. Lelaki yang tengah membuatnya sakit.

'Tok tok tok'

Seseorang sedang mengetuk dengan pelan pintu kamar (namakamu). (Namakamu) segera membukanya.

'Ceklek'
Pintu terbuka. Dibalik pintu, muncullah wajah Alwan, yang tak lain adik (namakamu).

"Gak ke sekolah?" Tanya (namakamu), berkacak pinggang seraya menyenderkan tubuhnya di frame pintu kamarnya.

"Bentar lagi mau berangkat." Alwan berujar santai. "Ada buket bunga tulip didepan, itu buat lo. Gue gak tau dari siapa. Gue berangkat yah."

Alwan segera mengambil kunci motornya, melangkahkan kakinya menuju pintu. Dan menghilang dibalik pintu.

(Namakamu) sejenak berpikir, siapa lelaki yang telah mengirimkan buket bunga tulip kesukaannya? Tak berselang lama, (namakamu) melangkahkan kakinya, berjalan menuju teras rumahnya.

Ternyata benar! Didekat pagar yang didominasi warna hijau toscha ada sebuah buket bunga tulip. (Namakamu) segera meraba buket itu, mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk bagi pengirimnya.

'To: (namakamu). Maaf telah membuatmu sakit '

Hanya itu? Bagian mana yang bisa (namakamu) jadikan petunjuk. Nama pengirimnya saja tak ada, dan sangat jelas kalau buket bunga itu ditujukan kepadanya.

"Maaf?" Lirih (namakamu), mencoba mengingat-ingat siapa orang yang pernah menyakitinya.

'Iqbaal!' Sebuah nama terlintas dibenak (namakamu). Benar bukan? Hanya Iqbaal yang tengah bersalah padanya, saat ini.

Tak berselang lama, dan tak banyak berpikir. (Namakamu) segera mematahkan bunga-bunga indah itu, kemudian membuangnya di tong sampah terdekat.

Hal itu membuat sepasang bola mata yang teduh darisana, merasa tercekat.

***

'Cetarr!!!'
*Ceritanya suara petir-__-*

Motor itu terhenti dibelakang seorang gadis yang tengah berdiam.

"Bentar lagi h̲̣υ̲̣jɑ̣̇n̤̈. Gak baik main hujan-hujanan." Ucap seorang pria dari belakangnya. Kontan membuat (namakamu) berbalik, menatap wajah si sumber suara. Kemudian membalikkan lagi tubuhnya, seperti semula.

"Gue tau (namakamu), gue salah. Harusnya waktu itu gue bilang sama lo, kalau..." Iqbaal menggantungkan kalimatnya.

"Kalau apa?" (Namakamu) mengulang kalimat Iqbaal. "Jelas-jelas lo udah bohongin gue."

"Gini, lo pasti tau Salsha pacaran sama Karel. Dan... Gue cium Salsha karna Salsha sendiri yang minta, supaya Karel itu cemburu, karna akhir-akhir ini Karel gak perhatian lagi sama dia." Iqbaal menjelaskan semuanya sesuai kenyataan secara detail.

"Lo cemburu yah?" Iqbaal terkekeh. (Namakamu) kembali membalikkan badannya, tatapannya hanya tertuju ke mata Iqbaal.

Mata Iqbaal seperti sebuah penerangan yang mampu membuat (namakamu) nyaman, dan betah berlama-lama menatap mata Iqbaal. (Namakamu) lagi-lagu luluh.

Iqbaal dengan sigap mendekap (namakamu), seketika pula air mata (namakamu) menetes, ia sendiri tak tahu mengapa ia menangis. (Namakamu) merasakan bau maskulin Iqbaal, sangat khas.

"Gue tau lo udah berusaha buka hati buat gue, dan gue nyakitin lo disaat itu juga, gue salah. Lo buka hati buat gue, tetapi lo gak pernah akan jadi milik gue kan?" (Namakamu) tak menjawab. Kini ia tenggelam dalam hangatnya dekapan Iqbaal. Tak mendengarkan kata-kata konyol Iqbaal.

***

(Namakamu) menaiki anak tangga yang menuju kamarnya dengan cepat.

'Brumm'
Seseorang berhenti tepat dibawah sana menggunakan kendaraannya, motor. (Namakamu) melihatnya dari jendela kamarnya.

Pria itu adalah Iqbaal, membawa beberapa tangkai bunga yang sudah dirangkai. Tersenyum kearah (namakamu). (Namaakamu) hanya tersipu. Ternyata Iqbaal seromantis ini, pikir (namakamu).

Tak berselang lama, Iqbaal mengeluarkan sesuatu dari jaketnya. Coklat! Sebuah coklat yang terbungkus rapi dengan tempat yang berbentuk hati dan jelas tertulis dari atas, diatas kotak coklat itu bertuliskan 'I LOVE YOU'

Dengan langkah konyol, (namakamu) menuliskan sesuatu dijendelanya yang agak berdebu.

'I LOVE YOU TOO!'

Tersungging sebuah senyuman dari bibir Iqbaal. Dirinya seakan melayang.

'Lo bidadari gue, (namakamu).'
Sebuah pesan singkat tertera dilayar ponsel (namakamu). Dengan sigap ia melihat keluar lagi--jendela. Dan membalas SMS Iqbaal dengan kecepatan dan ketepatan.

'Pulang gih, udah malam.'
Iqbaal jingkrak-jingkrak ketika pesan itu sampai diponselnya. Terkesan perhatian.

Dengan sigap dan segera Iqbaal menstarter motornya, lalu berteriak sekeras mungkin, "Bye, Bidadariku!"

Iqbaal membelokkan motornya, melesat dengan kecepatan diatas rata-rata, dan menghilang ditelan tikungan.

•Music on•
Just a fraction of your love fills the air
And I fall in love with you all over again
Your the light that feeds the sun in my world
I'd face a thousand years of pain for my girl.

Common Denominator +idr✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang