Dia

35 3 0
                                    

Dia; Zundi
yang lebih menyukai Sapardi Djoko Damono daripada Nikita Mirzani

Namanya Zundi Wijaya Kusuma. Dia adalah lelaki yang selalu mendapat nilai 95 di pelajaran Bahasa Indonesia.

Pelajaran Bahasa Indonesia adalah satu-satunya pelajaran yang paling disukai oleh Zundi.

Lelaki itu benar-benar punya selera yang tinggi dengan Sastra. Makanya, tak heran jika Pak Murali sangat menyukai Zundi, beliau tidak pernah berkata kalau Zundi itu adalah anak nakal. Beliau hanya berkata

"Zundi itu cuma anak biasa. Kayak kalian. Dia cuma mau buat hidupnya seperti awan. Awan itu berubah-ubah kan? Terkadang awan itu jingga, tandanya dia bahagia. Terkadang awan itu hitam, tandanya dia sedang resah, gelisah, marah. Terkadang awan juga biru, tandanya apa ya? Ya pokoknya begitulah. Warna-warni.

Kalau kalian cuma lempeng-lempeng aja. Juga nggak seru. Mau cerita apa kalian saat besar nanti?"

Saat ini, setelah Pak Murali mengabsen seluruh kelas. Zundi berdiri dan sedikit membisikkan sesuatu pada Pak Murali, kami semua tidak ada yang mendengar apa yang dikatakannya.

"khem.. Khem.." Suara Zundi menginterupsi di depan kelas.

"Maaf ya, gue ganggu waktu kalian. Gue cuma pengen bilang sama Dani yang tadi lagi ngomongin tato baru Nikita Mirzani. Tapi gue nggak tertarik, dan dia nanya siapa yang buat gue tertarik?

Gue lebih suka Bapak Sapardi Djoko Damono. Kalo lo tanya kenapa, karena beliau itu lebih hot daripada tato di atas dada."

Seisi kelas tertawa, dan yang paling tidak terkondisikan adalah Dani.

"Nah, gue pengen bacain sebuah puisi hot karya beliau. Tapi, berhubung disini ada Pak Mur, dan Pak Mur juga ngajar anak kelas sebelah nih.

Saya pengen bapak sampein puisi ini buat anak sebelah juga ya Pak. Tolong di sampaikan. Ini khususon buat dia dari saya Pak."

Pak Murali terkekeh dan mengangguk.

Zundi mengambil lipatan kertas dari dalam saku kemeja putihnya. Dengan santai dan tatapan yang tiba-tiba saja berubah dia mulai membaca.

"Sajak Kecil Tentang Cinta
Oleh: Sapardi Djoko Damono

Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintaimu harus menjadi aku"


Setelahnya aku terkesiap. Seperti ada sesuatu dalam hatiku yang berkata; aku tidak bisa mengatakannya!

Bukan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang