"Less lo gak pulang?" Tanya seseorang laki laki yang kerap di sapa angga itu padaku
"Eh iya bentar lagi" Kulihat jam yang melingkari tanganku dengan manis itu masih menunjukkan jam 20.25 pm
'Masih jam 20.25 kan batasnya jam 22.00' batinku
"Beneran lo gak di marahin abi lo nih?" Ia pun memastikanku yang terlihat tidak ada ragu sedikitpun
"Cie ilah! Elo takut sama abi gue?" Ku colek tangan kirinya yang padahal masih sakit itu
Karena beberapa bulan yang lalu bekas balapan jadinya tulang sebelah kiri dia retak tapi sudah dua bulan lalu gipsnya dilepas tapikan tetap aja masih sakit kalau di sentuh begitu
"Sakit bego!" Dia pun menjitak kepalaku dengan sayang
"Aduh ini mah kita setimpal namanya!"
"Eh! Lo gak papa nih?"
"emangnya kenapa sih khawatir banget lo sama gue?" Kunaik kan alisku sembil menatapnya 'meremehkan'
"Gak usah gitu juga kali mba lihatinnya!"
"Sekali kali ajalah telat pulangnya"
Lantas di membulatkan matanya tanda tak percaya atas apa yang ku ucapkan tadi
"Hati hati loh! Mata lo bentar lagi keluar dari tempatnya"
Tiba tiba handpone angga berbunyi dia pun meminta izin untuk mengangkat panggilan itu
Sebenarnya angga adalah pacarku sudah 1 tahun 3 bulan lamanya aku berpacaran dengan angga hingga saat ini
Tapi tetap saja aku dengan angga seperti adek-kakak kelakuannya bukan layaknya sepasang kekasih walaupun angga seperti itu aku tetap tak terbiasa apabila ada perempuan genit yang terang terangan menggoda angga
Hari ini dan lebih tepatnya malam ini aku mengunjungi pesta ulang tahun sahabatku rania yang ke-17 tahun bersama angga
Kulihat angga berlari kecil ke arahku dengan muka pucatnya
"Lo harus pulang!" Tegasnya yang sudah di hadapanku dan langsung menarik tanganku dengan kasar langsung dengan refleks ku tolak dengan kasar
"Lo kenapa? Kok gue di suruh pulang?" Tanyaku cemas karena tiba tiba aja angga segitu pucatnya sehabis menganggakat telpon dari seseorang kecuali ABI!
"Ayo buruan ntar gue di bunuh abi lo less!" Dia pun menarik tanganku menuju tempat parkir dimana mobilnya di parkirkan
"Loh kenapa lo yang di telpon sama abi gue kan bisa abi nelpon gue?" Tanyaku ketika dia sudah mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir
"Hp lo gak bisa dihubungin pe'a kata abi lo!"
"Masa sih?" Ku bongkar isi slimbagku dan benar apa kata angga abi menelpon dengan 100 panggilan tak terjawab dan 50 pesan dari abi yang semua isinya sama
"Aduh! Gimana dong gue?!" Jeritku histeris yang mengakibatkan angga menutup telinganya sebelah karena di masih konsen menyetir
"Eh pe'a lo kalau mau teriak jangan di sini dong!"
"Ya terus mau gimana lagi? Kan hp gue silent tadi supaya gak ganggu" kataku pasrah akibat perbuatan fatal ku itu
"Yaudah gue cuma mau nganter lo doang kalau gue masuk bisa di jadiin korban idul adha nanti gue"
Ternyata mobil yang kutumpangi sudah sampai di depas rumahku dan terlihat pintu rumahku yang masih terbuka lebar dan sepertinya ada tamu
"Eh! Malah bengong ni anak udah masuk sana palingan cuma di ceramahin"
"Gak ah! Mana penampilan gue kyak gini lagi" kulirik penampilanku yang kurang sopan itu
"Yaudah sudah sana masuk ntar abi lo tambah marah loh!"
"Yaudah deh gue masuk hati hati di jalan dan habis ini langsung pulang kalau udah sampe line gue" dia pun hanya mengelus rambutku dengan lembut
"Iya gue hati hati kok kalau lo di ceramahin abi lo harus cerita" ia pun menaikka kaca penumpang dan langsung melesat pergi meninggalkanku yang berada di depan pagar rumahku yang terbuka luas
Langsung saja aku masuk tapi aku masuk rumah melewati taman di samping rumahku kalau aku berani masuk ke rumah lewat pintu depan bisa mati berdiri aku di plototin abi yang sedang kedatangan tamu
Ku langkahkan kaki ku seperti maling memasuki rumah incarannya tentu saja aku melepas high heels ku terlebih dahulu walau pun di taman samping rumahku latarnya adalah rerumputan tapi tetap saja
"Dari mana lo!" Tanya seseorang yang duduk di gazebo taman samping rumahku yang menghadap pancuran di kolam ikan koi di dalamnya
'Duh mampus!' Batinku
"Gue nanya lo dari mana? Malah diem kyak patung! Gue lagi ngomong ya sama lo!" Ia pun mendekat dan terlihat lah wajahnya yang ternyata dia 'kak dzikri'
"Eh kakak" aku pun menggaruk hidung yang tidak gatal kebiasaan sih kalau aku melakukan sesuatu yang ketangkap basah biasanya refleks aja
"Lo kenapa lewat sini? Kan pintu utama ada di depan?"
"Ih lo itu ya... bisa gak sih bantuin gue sekali kali aja bantuin gue ya kak?" Mohonku ke kak dzikri supaya di mau membantuku kali ini aja
"Oh atau mau gue kasih tau setiap malam minggu lo ke club" ancamku salah siapa gak mau bantuin padahal sih aku juga pernah ke club walau pun jarang kalau bukan ajakan bella-sahabatku
"Iya bawel makanya gue nungguin lo di sini supaya gak ketahuan abi"
"Iih ternyata kakak gue baik banget sih" lantas aku pun langsung berlari kecil agar bisa memeluknya ternyata dia membalas pelukanku
"Yaudah lo ganti baju terus balik ke sini lagi!"
"Loh kok kesini lagi?"
"Lo itu mau di bantuin gak sih! Ribet banget dah! Gue bilang ke abi tadi kalau lo di sini sama gue lagi ngerjain tugas"
"Duh! Kyaknya gue makin sayang deh sama lo kak" ingin ku peluk lagi kak dzikri tapi dia sudah mendorongku menuju pintu belakang
"Udah buruan!"
Aku pun masuk pintu belakang dengan hati hati dan menaiki tangga untung saja abi dan tamunya sedang berada di ruang keluarga
Setelah sampai di lantai dua tempat dimana kamarku berada
Sebelum aku membuka pintu kamarku terdengar langkah seseorang yang mendekat ke arahku
"Oh... jadi gini kelakuan putri seorang kiyai di rumahnya sungguh tak ada sopannya sama sekali"
Aku pun diam mematung di depan pintu yang sedikit terbuka
Tentu saja aku masih membelakanginya hingga dia membalikkan badanku dan aku pun bisa melihatnya
Ternyata dia
Salam dari
Penulis yang sedang patah hati
08-04-17
KAMU SEDANG MEMBACA
About Alessa
FanfictionBarusaja aku ingin menikmati masa remajaku menjadi kaka kelas di sekolah SMA-ku tiba-tiba saja aku mendapat berita buruk-seburuknya berita tentang di mana aku harus pindah sekolah menjadi di ASRAMA!! Apa lagi yang menjadi yayasannya di asrama itu a...