"Lindra mau tanding minggu besok Vi?." Tanya Salsa sembari memotong-motong bakso dimangkoknya.
"Emm"
"Kerenn..." Salsa girang.
"Ya iyalah, nggak kaya itu..." Violin melirik Devan yang sedang cekakak-cekikikan bareng cecenguk-cecenguknya yang tak lain Erik dan Bisma.
"Devan juga keren kok." Ucap Erin dengan polosnya yang membuat Violin dan Salsa yang sedang menyendok bakso terhenti seketika karena perkataanya. Syok, pastinya.
"Kenapa?" Erin, lagi. Polos.
"Lo lagi kesambet ya Rin?" Violin mencoba mengecek Erin dengan menempelkan telapak tangannya pada dahi Erin.
"Iih...apaan sih lo. Jadi rusak kan poni gue." Erin merapikan poninya kembali.
"Ya lagian lo, nggak ada angin nggak ada hujan nggak ada salju pula, ngomong tuh anak keren. Ya jelas gue syok." Cerocos Violin yang lalu melanjutkan makan.
"Iih...dia emang keren kok. Asal lo berdua tau aja nih, dia dulu waktu SMP tuh menjabat sebagai kapten basket tau." Jelas Erin.
"Uhuk...uhukk..." Violin tersedak karena mendengar hal-hal yang menurutnya itu aneh, super duper aneh tentang Devan.
Devan yang mendengarnya menengok melihat asal sumber suara tersebut.
"Lo ngigau ya Rin." Violin masih tidak percaya.
"Nggak percaya ya udah, tanya aja tuh sama orangnya." Tunjuk pada Devan yang masih melihat kearah Violin. Violin balik melirik Devan.
Cwo kaya dia?? Nggak salah??. Batinnya.
"WOW." Hanya itu yang dapat Salsa ucapkan. Singkat, padat dan jelas dengan fakta tentang seorang Devan saat SMP yang membuat sendok yang dipegang Salsa melayang begitu saja didepan mulutnya yang masih menganga sempurna.
***
Cwo bertubuh jangkung itu mencoba mendrible lalu mengeshut bola kedalam keranjang basket. Dan yup, masuk!. Lindra Atarik, kapten basket SMA Anthara yang biasa dipanggil Lindra.
Violin, sudah 1 jam lebih sejak bel pulang berbunyi dirinya masih duduk disekitar tas-tas anak basket yang sedang latihan.
Masa iya sih Devan dulu kapten basket. Pegang bola aja males. Batin Violin.
Can't believe it lha pokoknya.
Lindra menghampiri Violin yang masih duduk manis dengan napas yang terengah-engah.
"Lo liat lumut disekitar gue nggak Ta?" Ucap Violin yang lebih menjurus pada sindiran. Karena duduk selama 1 jam lebih dan tidak gerak sama sekali, membuat bokongnya seakan sudah menyatu dengan lantai yang didudukinya.
"Gue beliin es krim deh."
"Call." Seketika Violin langsung beranjak dari duduknya. Semangat.
Lindra tau betul sahabatnya yang sudah 17 tahun lebih bersamannya itu memang seperti ini. Kelakuannya yang tidak berubah, walaupun kejadian itu telah merenggut memori masa kecil Violin bersama dirinya dan orang-orang disekitarnya.
Violin berjalan terlebih dahulu meninggalkan Lindra yang masih sibuk dengan tasnya.
"Ata, cepat dong...keburu es krimnya meleleh tau..." Panggilnya dengan sebutan manis kesayangannya pada Lindra, Ata.
"Iya iya." Lindra berjalan menyusul Violin.
"Dasar." Lindra menjajari langkah Violin dan mengacak-acak rambut simungil itu lalu menjitaknya.
"Aduh...Ata." Violin mengaduh karena jitakan Ata.
ⓕⓔⓡⓐ
Jangan lupa Vomment kakak 😇310317
Matur Nuwun....
Fera Feliyana
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Devil?!
Teen FictionViolin Violinka, atau yang biasa disapa Vio gadis mungil yang musuh banget sama Devan Darinka. Semua yang dilakukan Violin dimata Devan itu semuanya salah. Iya, all it's wrong. Berbeda dengan Devan, Lindra Atarik sahabat Violin sejak kecil justru sa...