01. Crazy Boy

28 9 13
                                    

Kantin penuh sesak dengan bergejibu murid-murid yang perutnya keroncongan karena menahan lapar sejak jam pelajaran pertama yang ditambah dengan upacara bendera yang jelas-jelas menguras energi. Karena diharuskan berdiri dilapangan yang teriknya matahari tidak bisa dikurangi walaupun 1°C,  dan itu berlaku selama 1 jam penuh!!.

Kalau guru sih enak berdiri ditempat teduh, lha kita?? Uups...ingat guru selalu benar!!

"Panasnya matahari pagi sampai jam 10.00 itu justru bermanfaat bagi tulang, karena mengandung Vitamin D dan itu bla...bla...bla...." Kata Bu Ify, guru Biologi yang super duper cerewetnya minta ampun.

"Mang bakso dua. Dua mangkok bukan dua biji"

"Siomaynya ce"

"Woy kecap ama saosnya mana nih"

"Mangg..."

"Cee..."

Teriakan mulut-mulut orang nggak sabar memenuhi setengah dari kebisingan dan kesibukan kantin. Dan setengahnya lagi diisi oleh genjrengan-genjrengan nggak jelas milik Devan Darinka atau yang biasa dipanggil Devan dan para pengikutnya dipojok kantin yang memang sudah jadi hak paten mereka. Karena tidak ada yang berani mengusik ataupun duduk disana. Kecuali mereka, tentunya.

Devan semakin keras ngenjreng gitarnya yang asli bikin melting semua penghuni kantin yang mendengarnya. Bukan melting karena romantis, suaranya bagus, tapi...asli suaranya bikin gendang telinga dan kawan-kawannya meleleh saking panasnya tuh suara, alias nggak enak pake banget didengarnya.

Violin Violinka atau yang lebih dikenal sikecil mungil Vio, gadis mungil dengan rambut panjang terurai yang tak lupa dengan kepang kecil dibagian kanannya dengan jepit rambut berbentuk pita yang menjadi ciri khasnya hanya diam menopang dagu memainkan sendok sambal didepannya.

Erin dan Salsa, mereka sibuk ngobrol hal-hal random. Mulai dari gosipin adek kelas, tukang jualan, kucing sekolahan yang tiba-tiba bunting sampai politik pun mereka bahas. Keren banget nggak sih?.

"Ngerjain tugas PKN aja belum kelar, pake acara bahas politik. Emang lo berdua menterinya?." Kata Violin yang masih mengaduk-aduk sambal didepannya.

"Justru itu. Saat kita belajar kita tuh butuh realnya." Salsa sok iyes. Sedangkan Erin mengangguk-anggukkan kepalanya, setuju.

"Emang lo berdua ngerti yang lo bahas?." Tanya Violin yang disambut senyuman oleh kedua sahabatnya.

"Enggak." Jawab mereka kompak dengan gelengan kepala.

Violin mencibir. Salsa dan Erin kembali sibuk dengan obrolannya. Violin kembali kekegiatannya semula menopang dagu sembari memainkan sambal didepannya. Bakso yang ditunggu-tunggu tak kunjung mampir keperutnya saking banyaknya yang pesan bakso Mang Dadang yang terkenal muantapp.

Matanya yang ngantuk menambah kemalasannya mendengarkan ocean kedua sahabatnya. Bergadang hanya demi nonton drama korea yang lagi on going sebenarnya emang nggak guna banget. Mana nggak ada subtitlenya lagi, itu sih sama aja bo'ong. Artisnya sedih ikut sedih, artisnya nangis ikut nangis bombay. Artisnya ketawa ikut ketawa, malam-malam kalo dikira kuntilanak gimana??.

"Itu muka apa jemuran? Kusut amat." Goda Salsa sembari mengambil mangkok dari nampan yang dibawa Mang Dadang.

"Iya neng kusut amat." Timpal Mang Dadang, apaan coba ikut-ikutan aja.

"Palingan juga bergadang nonton drama korea." Erin mengambil kecap dan mulai merias bakso bulat seperti bola ping pong.

"Iuywa guweh ngantuwk abhis uwa." Jawab Violin nggak jelas, sembari menguap lebar.

Devan yang mendengarnya tersenyum penuh arti.

"Oke semuanya, buat nemenin kalian yang lagi sarapan atau makan siang, gue bakal bawain sebuah lagu spesial pake telor buat kalian semua yang tadi malam pada sibuk, bahkan sibuknya ngalain kelelawar sama burung hantu. Spesial for you guys." Devan membenahi duduknya.

"A A A Cek Cek Cek Emm." Cek sound ceritanya.

Jrengg

"Bergadang jangan bergadang..." Nyanyinya yang lebih pantes dibilang ocehan.

"Udah basi. Dari jaman bapak gue muda ampe sekarang bergadang mulu, kapan tidurnya." Celetuk salah satu siswa dibangku belakang Violin, lalu diiringi gelak tawa seisi penghuni kantin.

"Wah...lo nggak cinta produk asli Indonesia ya. Ckckck miris gue liatnya." Ucapnya melirik Violin.

Violin yang tadinya cuek, merasa terusik mendengar perkataan Devan. Matanya melirik tajam pada Devan.

Devan memiringkan kepalanya menatap Violin.

Apa??.

Tangan Violin mengeras, tanpa disadarinya botol saos yang dipegangnya keluar banyak, saosnya!.

"Aduh...banyak banget, gimana nih. Aaah...sialan." Runtuknya melihat mangkok baksonya sudah penuh dengan saos.

"Ini nggak ada yang nyawer gue apa. Kere lo semua. Gue do'ain lo masuk neraka." Umpatnya. Nyanyi kek gitu maunya disawer. Disawer sampah tuh.

Lo yang masuk neraka, setan!!. Teriak batin Violin geram.

"Gue heran deh kok bisa ya cwo yang dulunya keren, kece, cool berubah drastis jadi cwo absurd gila kayak dia. Miris." Erin menggelengkan-gelengkan kepalanya, sembari mengaduk-aduk bakso dihadapannya.

"Cool apaan. Gila iya." Celetuk Violin.

ⓕⓔⓡⓐ

Pendek dulu. Siapa tahu pada suka 😉

Jangan lupa vomment 💬&🌟 😇

290317 (Lagi TO Online, sempat-sempatnya nulis, 😅 gatal tangannya pengin cepat nulis)

Terimakasih....

Fera Feliyana

Hello Devil?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang