Hi, everybody! 😄
For my first work, gue bawa short story yang anti mainstream -menurut gue sih-. 😑
Btw, gue dapet inspirasi buat nulis short story ini tuh setelah jam pelajaran Kewirausahaan -yg SMK pasti tau pelajaran ituh- di kelas.
Jadi kan pas waktu itu materinya tentang permodalan dan perangkat perusahaan gitu, eh si ide langsung nongol aja. Ga penting? Emang iya. Ya udah lah ya, kuy cuss! Gue harap kalian semua suka! 😘Hepi riding! 😊
***
"Jadi, lo baru aja dipecat Baal?" Aldi mengamati pria jangkung di hadapannya yang tengah menyesap pelan cappucino dengan latte art di atasnya.
Pria itu meletakkan cangkir cappucino nya sebelum berbicara. "Iya, Al. Gue gak ngerti, gue padahal udah bekerja sesuai apa yang disuruh kepala rumah sakit itu."
Dahi Aldi mengernyit. "Lah, terus kenapa bisa dipecat?"
"Dahulu kala, hiduplah seor-
"Baal, gue gak mau denger dongeng lo!" Aldi mendengus sementara Iqbaal nyengir kuda.
"Okey, waktu itu gue...
Mata Iqbaal menerawang. Seperti mengenang sesuatu.
Flashback on~
"Kamu saya terima bekerja di sini sebagai perias jenazah, semoga kamu betah ya." Iqbaal tersenyum sopan menanggapi ucapan kepala rumah sakit ini.
"Terima kasih banyak pak. Saya akan berusaha bekerja dengan baik di sini."
"Kamu bisa langsung mulai bekerja. Kebetulan beberapa jam lalu ada seorang pasien meninggal dan keluarga mendiang menginginkan agar jenazahnya dirias."
"Tapi pak, ini saya beneran langsung kerja?"
"Ya. Kalau begitu saya pergi dulu."
Setelah pria botak mengenakan snelli itu pergi, Iqbaal segera bergegas menuju ruang penyimpanan jenazah.
Pria itu menghela nafas dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Pengalamannya menjadi perias selama duatahunempatbulantigahari sedikit membantunya, meskipun pekerjaan meriasnya kali ini sedikit berkesan horror, tapi itu sama sekali tak masalah bagi Iqbaal. Yang terpenting ia bisa menunjukkan kepada bundanya jika ia bisa mandiri dan bekerja mengenakan sragam.
"Fyuh, akhirnya selesai!" Ujar Iqbaal sambil menyeka keringatnya di dahi. Senyum puas tersungging di wajah tampannya. Setelah itu, pria ini berjalan menuju toilet untuk melakukan ritual manusianya -berak. -_-
Tiga puluh menit berlalu...
Pekikan histeris memenuhi seantero ruang jenazah. Disusul dengan suara berat yang memaki dan mengumpat.
"Di mana kepala rumah sakit ini?! Aku ingin bertemu dengannya!!" Titahnya dengan emosi yang memuncak.
Pria botak dengan snelli yang tadi berbincang dengan beberapa dokter di dekat ruang jenazah segera berjalan ke sumber suara saat mendengar jabatannya disebut-sebut."Mohon maaf, saya kepala rumah sakit. Ada yang bisa saya bantu?"
"Kemari! Lihatlah apa yang dilakukan pegawaimu!"
Iqbaal yang baru saja kembali dari toilet disergap rasa penasaran saat melihat lorong di depan ruang jenazah ramai dengan keluarga pasien -atau entahlah- dan beberapa perawat.
Ia juga melihat kepala rumah sakit sedang berusaha menjelaskan sesuatu kepada seseorang. Wajah pria gendut yang ia yakini adalah keluarga jenazah itu terlihat sangat frustasi dan menahan amarah."Sekali lagi saya meminta maaf, tuan. Saya akan segera memanggil pegawai saya yang sudah melakukan semua ini dan saya pastikan dia akan dipecat." Kepala rumah sakit itu sedikit tersenyum untuk menyembunyikan kedongkolannya pada Iqbaal. Dan saat ia menolehkan kepala, matanya menyalang ke arah Iqbaal yang sedang berjalan santai ke arahnya.