.
'Jovian is calling'
Kedua bilik mata itu tanpa henti menatap nama yang tertera di layar ponsel tersebut.
Tanpa diperintah, jantungnya berdetak dengan aneh dan udara di sekitarnya seakan tersedot dengan tiba-tiba.
"Tidak. Tidak mungkin. Ini pasti Jovian yang lain. Tidak mungkin, Melia,"
Perdebatan terjadi dengan serius di dalam otaknya. Akal sehatnya terus menyadarkannya bahwa ini terjadi bukan seperti apa yang ia harapkan.
Tetapi di lain pihak, perasaannya terus berharap bahwa Jovian yang tertulis disana adalah Jovian yang selama ini selalu ia hindari.
Jovian yang telah menghilang dan tidak memberinya kabar sedikit pun. Jovian Gamaliel
Karena mendengar langkah kaki yang semakin mendekatinya, Melia dengan cepat melempar kembali ponsel tersebut ke tempatnya semula.
Dan ternyata benar, Adelle telah kembali dengan urusannya. "Eh, maaf lama, ya?"
Melia hanya diam menatap lurus didepannya sedangkan Adelle tampak sibuk mencari ponsel yang masih bergetar di dalam tasnya.
"Hallo?" terdengar suara percakapan yang dimulai. Melia memasang telinganya dengan tajam tanpa berminat untuk menoleh ke arah sumber suara.
"Iya, maaf. Habis dari toilet dan tas aku tinggal,"
"Oh, yaudah. Sekarang, ya?" dan Adelle nampak terburu-buru merapikan tasnya dengan titik fokus tetap kearah percakapan tersebut.
"Oke. Eh, mau sekalian aku ajak temen aku, gak? Ituloh, yang mau satu geng sama kita?" ia masih tetap fokus dengan pembicaraannya, tetapi matanya sudah melirik-lirik ke arah gadis di depannya.
"Oke. Tunggu, ya?" dan percakapan pun selesai. Wajah Adelle tampak lebih segar entah sehabis ia dari toilet atau karena panggilan tersebut.
"Yuk! Ikut aku bentar. Sekalian kenalan sama anak-anak geng,"
Tanpa mendapat ijin dari sang pemilik tangan, Adelle dengan sumringah menggeret lengan tersebut dengan rasa antusiasme yang tinggi.
***
Melia berusaha melepas pegangan tangan Adelle yang melingkupi lengannya. Lengannya terasa kebas dan panas yang diakibatkan terlalu kuatnya pegangan tersebut.
"Kamu, apain sih, Del? Narik-narik aku segala. Kenceng lagi," gerutu Melia sambil mengusap lengannya.
"You better to meet them, dear."
Dengan perasaan kesal yang masih menyelimutinya, Melia menolehkan kepalanya kearah sekelompok pria dengan beberapa wanita tersebut.
Tidak ada. Tidak ada apa-apa. Batinnya dengan wajah yang kembali menoleh kesana kemari. Ia terus mengucapkan dalam hati, bahwa firasat buruk yang telah merisaukan perasaannya hanyalah sebuah firasat belaka.
Tidak. Sepertinya ada yang salah.
"Halo, kenalin aku Sarah." hingga sebuah suara dan uluran tangan memaksa Melia kembali ke alam sadarnya.
"Oh, hai. Aku Melia," balasnya sambil menjabat tangan gadis dengan iris mata biru muda tersebut.
"Welcome sister! Selamat bergabung dengan geng kami. Gue Carlos," ucap seorang pria dengan perawakan tinggi besar dan tubuh atletisnya.
"Terima kasih," balasnya dan tanpa meminta ijin, Carlos mendekap tubuh Melia yang terkejut dan disusul dengan tawa yang keluar dari mulut anggota lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL
Romance"Jadi kau akan tetap menikahinya? Walaupun cincin pertunangannya ada padaku, kau tetap akan menikahinya?" "Memang seharusnya seperti itu, asal kamu tahu saja." "Bagaimana dengan hatimu? Apa kau sudah mulai mencintainya?" "Hanya ada satu wanita ya...