Prolog

456 157 177
                                    

Bianca masih menangis tersedu-sedu. Dia menangisi Satrio -papinya- yang kini terbaring lemah. Perlahan Satrio membuka matanya.

"Papi, Bianca janji bakal turutin semua permintaan papi. Asal papi sembuh." ucap Bianca disela-sela tangisannya. Satrio hanya tersenyum lemah.

Hannah -kakak Bianca- yang baru saja memasuki kamar Satrio segera mendekati mereka berdua. "Papi udah bangun?"

"Hannah, adik kamu sudah berjanji buat nurutin semua yang papi mau." Satrio berkata sambil menggenggam sebelah tangan Bianca.  Satrio juga mengedipkan sebelah matanya. Hannah yang tampaknya mengerti dengan kedipan mata papinya segera mengangguk paham.

Hannah keluar dari kamar, dan beberapa detik kemudia kembali lagi dengan seorang pria tampan. Bianca menatap Hannah dan pria itu secara bergantian.

"Bi, papi gak minta banyak hal. Papi cuma mau kamu wujudkan satu keinginan papi." Satrio memberi kode kepada pria itu untuk berdiri tepat dibelakang Bianca.

"Kamu mau yah nikah sama Axel? Kamu udah janji loh!" ujar Satrio membuat Bianca semakin menangis sejadi-jadinya.

Jika saja Bianca tahu bahwa papinya menginginkan ini, dia tidak akan membuat janji. Ini sama saja dengan bunuh diri.

"Bi, kamu bersedia?" tanya Satrio kepada putrinya yang masih menangis. Bahkan kedua matanya telah membengkak.

Bianca dilema. Jika dia menolak, maka sama saja dengan dia memperparah kondisi papinya nanti. Tapi jika dia menerima, bagaimana dengan nasibnya selanjutnya? Dia baru saja merayakan acara sweet seventeen nya dan sekarang dia akan menikah.

"Tapi, Bianca masih mau sekolah pi. Bianca belum mau nikah." ucap Bianca sedikit sesenggukan.

"Axel, setelah kamu nikah nanti sama Bianca kamu mau kan biarin istri kamu sekolah dulu?" kini Satrio melempar pertanyaan pada Axel. Pria itu mengangguk, "iya om."

"Kalian cuma memperjelas hubungan kalian aja kok. Biar kalian gak digoda setan saat pacaran, lebih baik kalian langsung menghalalkan hubungan kalian aja." giliran Hannah yang angkat bicara. Bianca menatap kakaknya tajam.

"Tapi kak, Bianca masih mau lanjut kuliah."

"Kamu boleh kok lanjut kuliah. Yang penting nikah aja dulu. Axel juga gak akan maksa kamu jadi istri yang sesungguhnya kok kalau kamu mau kuliah dulu." kakanya meyakinkan Bianca bahwa Axel tidak akan mempersulit dirinya dalam melanjutkan pendidikan.

"Gimana nak?" tanya Satrio lagi. Jika papinya sudah memanggilnya 'nak', maka hati Bianca akan jadi luluh. Dan mau tidak mau Bianca mengangguk dan mengatakan 'ya' meski hatinya berteriak mengatakan 'tidak'.

"Baiklah sudah diputuskan pernikahan kalian 3 hari setelah Bianca UN." ucap Satrio tenang. Hannah yang mendengarnya tersenyum girang. Sedangkan Bianca dan Axel hanya diam membisu tanpa berusaha menolak dengan waktu pernikahan mereka.

--

Copyright © 2017 Hitstoryn

Unwanted MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang