Yang dikatakan Axel memang benar. Bianca benar-benar akan pindah ke apartemen milik Axel.
Bianca dan Axel, keduanya sudah berada didalam mobil menuju apartemen Axel yang tidak terlalu jauh dari rumah Bianca.
Hening. Tak satupun dari mereka yang mengeluarkan suara, bahkan suara hembusan nafas pun mungkin tidak akan terdengar disini.
"Tumben gak nangis." Axel dengan nada meledeknya. Ia berusaha memecah keheningan meskipun dia tahu ujung-ujungnya akan terjadi perdebatan diantara mereka jika saling berbicara.
"Kenapa juga gue harus nangis? Lo pikir gue cuma anak kecil yang gak bisa jauh dari papinya? Lo salah besar. Lo gak tau kan kalo gue dulu jarang tinggal dirumah pas SD? Ya, gue keluyuran kerumah orang buat tinggal disana. Gue udah sering tinggal dirumah orang asing, apalagi orang macam lo." kini Bianca mengeluarkan suaranya dan berbuntut pada penjelasannya yang super panjang.
"Oke, oke. Kayaknya kita berdua emang gak diharuskan memulai pembicaraan. Lebih baik lo diam, gue juga diam. Biar aman."
Bianca mendengus sebal. Lagi-lagi pria ini membuatnya marah. Bianca tidak bisa membayangkan jika dirinya akan marah setiap hari jika Axel mengajaknya berbicara setiap hari juga. Bisa-bisa dia lebih cepat tua dari papinya.
Mereka sudah sampai di apartemen Axel yang tidak terlalu besar, namun cukup nyaman untuk mereka berdua tempati. Axel memang memilih tinggal sendiri daripada harus tinggal dengan keluarganya.
"Ada berapa kamar?" Bianca bertanya namun diabaikan oleh Axel yang sibuk mengangkat barang-barang milik Bianca.
"Kalo cuma satu, gue dikamar, lo diruang tamu." Bianca langsung memutuskan tanpa persetujuan dari si pemilik apartemen.
Axel hanya menjadi pendengar setia dari gadis cilik ini. Dia kemudian berjalan sambil membawa barang milik Bianca menuju salah satu ruangan didekat kamarnya. "Ini kamar lo," ujar Axel bersamaan dengan dibukanya pintu sebuah ruangan yang ternyata adalah kamar.
Bianca berjalan mendekat dan melihat-lihat isi kamar itu. Luasnya sama seperti dengan luas kamarnya dirumah. Perabotan didalamnya juga sama saja dengan yang ada dikamarnya. Hanya saja, dinding kamar itu berwarna putih sedangkan miliknya berwarna ungu muda.
"Lumayan. Ternyata lo cerdas juga ya, lo udah menyiapkan semuanya jadi gue tinggal duduk-duduk cantik aja. Sekalian dong barang gue dimasukin plus diatur sesuai tempatnya." Bianca berjalan menuju ranjangnya dan merebahkan diri disana.
Sedangkan Axel, pria itu hanya diam ditempat. Seumur hidupnya, baru kali ini ada seorang gadis kecil yang mengatakan banyak hal dan terkesan memerintah kepadanya. Dan gadis itu adalah Bianca, istri kecilnya.
Axel melepas barang-barang milik Bianca dari genggamannya, "atur sendiri barang lo dan gue gak mau ada bagian dari rumah gue yang berantakan. Jangan samakan rumah gue sama kamar mandi lo yang jorok itu."
Bianca terbangun dari posisi tidurnya dan menatap punggung Axel yang semakin menjauh dari pandangannya. Axel meninggalkan barang milik Bianca didepan pintu kamar.
-
Bianca keluar dari kamarnya setelah tidur selama 2 jam. Dia tidak menemukan siapa-siapa. Bianca berjalan menuju ruang TV dan menemukan TV menyala tanpa ada orang yang menonton.
Bianca mengambil posisi duduk yang paling nyaman didepan TV dan meraih remote yang tergeletak diatas meja. Dengan santai, Bianca mengganti channel yang tadinya menampilkan berita mengenai dunia olahraga menjadi channel yang menyajikan drama korea favoritenya.
Bianca sangat serius menonton scene adegan romantis antara Ji Chang Wook dan Yoona SNSD dalam drama The K2 tanpa memerhatikan Axel yang baru saja datang dan duduk melantai disekitarnya, Axel juga sibuk dengan laptopnya.
Axel melihat sekilas ke arah Bianca yang tidak berkedip, kemudian mengalihkan pandangannya ke TV dan melihat adegan ciuman yang dilakukan kedua pemeran utama didrama itu. Axel membulatkan matanya lalu segera merampas remote dari genggaman Bianca dan mematikan TV.
"Lo belum cukup umur buat nonton yang begituan." ujar Axel yang langsung dihadiahi tatapan tidak suka oleh Bianca.
"Gue udah 17 tahun, udah lulus SMA, kissing scene gini mah gak ada apa-apanya, udah biasa." kata Bianca dengan entengnya sambil mencoba merebut kembali remote dari Axel.
"Lo baru aja selesai UN, dan apa lo bilang barusan? Sudah lulus? Gue kira pengumumannya belum keluar. Kalo nanti lo gak lulus gimana?" Axel menyerang Bianca dengan pertanyaannya.
Bianca mendengus, ada gitu suami yang sumpahin istrinya gak lulus UN? batinnya.
"Terus hubungannya kelulusan gue sama nonton adegan kissing didrakor apa?" Bianca melipat kedua tangannya didepan dada.
Axel berpikir sejenak, iya juga sih. Hubungannya dimana?
"Dirumah gue, yang boleh nonton adegan gituan cuma orang yang usianya 20 ke atas plus udah lulus UN, meskipun lo udah umur segitu tapi kalo lo gak lulus, tetap gak boleh."
Bianca mengerutkan keningnya mendengar pernyataan Axel barusan. Dia sama sekali tidak mengerti arah pembicaraannya dengan Axel akan kemana.
"Kenapa kita berdua jadi berdebat masalah beginian?" Bianca mencoba untuk membawa pembicaraan mereka ke ujungnya, agar bisa selesai dengan cepat.
Axel hanya diam dan kembali melanjutkan kesibukannya setelah tadi sempat berdebat dengan Bianca.
Bianca melirik Axel sebentar lalu melirik ke arah dapur. Ia baru ingat bahwa tadi pagi dia mengabaikan sarapan yang dibuat kakaknya karena kesal akan pindah kemari, dan sekarang perutnya kelaparan.
Jam juga sudah menunjukkan pukul 1 siang jadi wajar bila sekarang dia kelaparan. Dengan ragu, Bianca menanyai Axel soal makan siang. "Mm... ada makanan gak?"
"Gak ada. Lo masak aja, bahan-bahannya lengkap dikulkas." Axel berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
"Kenapa bukan lo yang masak?" ucap Bianca dengan hati-hati. Axel berhenti mengetik saat mendengar pertanyaan Bianca barusan.
"Gue gak biasa makan jam segini, karena lo yang lapar jadi lo yang masak." Axel dengan entengnya menjawab pertanyaan Bianca, sedangkan Bianca diserang kegugupan. Gue gak pernah masak. Mana gue tau mau masak apaan.
"Ada mi instant gak?"
Axel berpikir, "nope. Gue gak suka mi instant."
Bianca membuang napasnya kesal. Bibirnya melengkung kebawah. Dia hanya bisa memasak mi instant dan menggoreng telur. Tapi dia tidak menyukai telur karena memiliki alergi.
Mata Bianca berkaca-kaca, dia adalah tipe orang yang tidak bisa menahan lapar terlalu lama, kecuali saat sedang berpuasa. Dia terkena penyakit maag dan tidak mau jika penyakitnya itu kambuh saat tidak ada papinya disekitarnya.
Bianca berdiri dari duduknya dan berjalan lesu menuju kamar. Axel hanya memerhatikan Bianca dalam diam dan terkesan tidak peduli.
--
Copyright © 2017 Hitstoryn
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Marriage
Romance[Baca aja dulu, siapa tau suka -xoxo-] -- Bianca tidak pernah menginginkan pernikahannya dengan Axel. Bayangkan saja, Bianca baru 3 hari selesai menjalankan UN dan dirinya langsung dinikahkan dengan seorang pria pilihan papinya. Bahkan kakaknya pun...