Arka sekeluarga kini sudah berada diruang tengah rumah Lina. Tania benar-benar terkejut saat mendapatkan tamu tak terduga. Sebenarnya tamu terduga, asalkan tadi Tania percaya pada perkataan keponakannya yang cantik itu.
"Maaf pak jika kedatangan kami kemari mengganggu waktu anda sekeluarga." Kata Arka membuka pembicaraan.
"Tidak apa-apa Pak, malah kami yang seharusnya Minta maaf karena penyambutan Bapak Arka sekeluarga yang kurang pantas ini." Farhan terkejut saat mengenali siapa tamunya. Siapa yang tak kenal Arka didunia Bisnis. Nama Arka melambung begitu dia menggantikan Papa mertuanya (Revan) menjabat sebagai Dirut Pratama Grup, ditambah lagi dia berhasil memenangkan Tender bernilai milyaran rupiah saat dia baru menduduki jabatannya beberapa bulan.
"Jadi begini Pak Farhan, niat kedatangan saya kemari ingin meminang keponakan Bapak untuk anak saya."
Farhan menoleh kearah Lina yang sedang duduk santai bersebelahan dengan istrinya. "Yah... Tadi Lina sudah menggatakan pada kami kalau akan ada keluarga yang datang meminangnya. Tapi kami kira dia hanya bercanda saja."
"Sampai saya melihat pak Arka kemari beserta keluarga. Rasanya saya masih belum menyangka." Tambah Farhan.
Farhan diam sejenak. "Keputusan berada ditangan Lina. Jika memang dia bersedia, kami bisa apa selain merestui?."
Arka dan Mora tersenyum senang mendengar jawaban Farhan. "Nah sekarang Lina. Kamu mau menikah dengan nak Anta?." Tanya Tania pada keponakannya.
Lina menatap Anta yang sejak tadi diam. Jujur saja dia terpukau pada ketampanan Anta.
Kedua mata anak muda itu saling beradu. Jantung Lina bergemuruh kencang tak terkendali.Dengan Malu-malu Lina menganggukkan kepalanya. Semua orang disana tersenyum senang. Bahkan Anta bernafas lega melihat anggukan kepalanya. Dia tanpa sadar menahan nafas menunggu jawaban Lina.
"Nah Anta... Kamu kasih cincinnya ke Lina." Suruh Mora. Anta mengeluarkan sebuah kotak bludru berwarna biru tua. Disana terdapat sebuah cincin cantik yang siap disematkan di jari manis Lina.
Lina tersengat listrik rasanya merasakan kulitnya bersentuhan dengan Kulit Anta.
"Sekarang bagaimana kalau kita langsung saja membicarakan tanggalnya?." Usul Mora pada Keluarga Farhan.
"Apa ini ti-"
"Loh ada tamu ternyata... Maaf meng- Arka! Mora! Anta!"
Seorang yang baru saja masuk kedalam rumah itu sedikit terkejut mendapati ada tamu di rumah orang tuanya.
"Om Vander. Kok ada disini?." Tanya Anta pada Orang itu. Yah... Dia Vander, Psikiater yang menangani Anta.
Vander mendekat kearah kumpulan keluarga itu. "Assalamu'alaikum Pa... Ma... Dek." Vander segera duduk disebelah Lina.
"Kamu kenal dengan keluarga Pak Arka Van?." Tanya Farhan pada Vander, putra bungsunya.
Farhan memiliki dua orang anak laki laki, yang pertama bernama Yoga, dia sedang ada di Belanda menggurusi perusahaan disana dan yang kedua Vander.
"Ya... Kami kenal sudah lama Pa. Ini ada apa ya kalau boleh tau?."
"Mereka melamar Lina untuk anak mereka." Jawab Tania
Vander menoleh kearah Anta yang hanya dibalas dengan cengiran tak berdosanya. Vander menatap tajam Anta dan Anta tak berpengaruh sama sekali.
"Kamu ikut aku Anta!." Vander langsung saja memiting kepala Anta membawanya ke halaman belakang.
Tania menatap dua laki laki beda generasi itu dengan khawatir. "Pa... Vander ngak akan ngapa ngapain anak orangkan?." Khawatir Tania.
Lina juga khawatir melihat Anta. Apa lagi dengan kondisi kakak sepupunya yang bisa 'ganas' kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antariksa [Complete]
Teen Fictionjudul sebelumnya YOU, *Baca Too Young dulu sebelum baca Antariksa, nggak baca juga nggak apa-apa, kalau binggung tanggung sendiri tapi. Karena penjelasan tentang tokoh utama ada di Too Young* [15+ s.d 17+] Dua remaja yang masih sangat belia dan labi...