Temporary 3

17 4 0
                                    

Senang, Itulah yang sedang di rasakan oleh gadis itu. Hanya saja dia masih ragu dengan perasaannya. Siang tadi, saat rapat OSIS berlangsung, jantung  Zena tidak berhenti berdebar. Pasalanya Dia berkali-kali bertemu tatap dengan Zio.  Dia semakin Gugup saat mengingat Percakapan W.A mereka kemarin. Hebat. Zena di buat syok saat Zio menggombalinya.

Tidak terfikir sebelumnya oleh Zena. Yang dia tahu, Zio sangat pendiam. Sekarang dia takut jika dia akan jatuh terlalu dalam oleh pesona Zio. Sejak awal sekolah Zena memang sudah tertarik oleh Zio. Pria tampan, pendiam, berprestasi. Dan sangat mengerti sopan santun.

Dia selalu mempelajari sifat-sifat Zio. Dia tidak mau melakukan sesuatu yang tidak di sukai pria itu. Entahlah, Dia juga sudah berusaha untuk menghilangkan ketertarikannya pada pria itu. Dia sadar bahwa perasaannya tidak mungkin terbalaskan.

Zena terbangun dari lamunannya saat poneselnya bergetar

Elang P: gua lagi belajar, dan gua kesulitan dalam mengerjakan soal.

Zhizena V: Bdmt

Elang P: Bantu gua plis. Tentang pasar -pasaran. Gua kan kagak pernah ke pasar.

Zhiena V: itu kn jurusan lo. W mna tw.

Elang P: tapi elo pasti bisa

Zhizena V: Searching

Elang P: MALES. Sini ke rumah gua. Bantuin

Zhizena P: mager

Elang P: depan rumah doang. Gua kasi makanan banyak. Besok pulang pergi lu boleh nebeng dah.

Zhizena V: OTW

Elang P: Makin sayang.

Zhizena V: Jamred!

"Di anter pulang pergi. Kenapa enggak" gumam Zena sambil terkekeh.

Zena langsung keluar dari kamarnya dan menuju rumah Zio. Dia memang tipe orang yang pintar memanfaatkan teman.

Setidaknya besok dia akan terbebas dari Celotehan panjang mamahnya tentang jalan raya, dan keadaan lingkungan dari rumah hingga sekolahnya.

***

Elang membawakan Tas Zena ke kelasnya dengan kesal. Bagaimana tidak, gadis itu berjalan denga cepat di depan, dan dengan manisnya menyapa semua orang yang bahkan tidak ia kenal. Sedangkan Elang di tinggalkan begitu saja dengan beban berat.

"Berat banget tas lo, gila" Kata Elang

"Bencong amat sih. Gitu doang keberatan. Cuma nambah laptop doang juga"

"Lo rajin amat sih semua buku cetak di bawa. Lain kali tinggalin aja di loker"

"Lo berani ngatur gue, lo mau gua bilang ibu ekonomi kalo gua yang kerjain tugas lo" kata Zena menghadap kebelakang dan menatap sinis Elang

"Tidak madam, saya tidak bermaksud" kata Elang menunduk sambil memanyunkan bibirnya.

"Bagus. Ayo cepat jalan lagi" balas Zena sambil tersenyum menang.

Jarang sekali dia bisa membuat Elang tunduk dengannya. Biasanya dia yang di bully habis-habisan.

Dia benar-benar pintar memanfaatkan keadaan. Proud you Zena.

***

Elang, Evan, Dan Erick masih sibuk dengan  game online nya.. memaksakan jari untuk bergerak secepat mungkin. Memaksakan mata untuk tidak berkedip.

TEMPORARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang