He's Mine - 1

465K 7K 107
                                    

Sebenarnya dia tampan. Kaya raya. Dan terlihat pintar. Tapi melihat stylenya, jangan ditanya. Rambutnya kelimis, berkacamata, pakaiannya sangat rapi. Pokoknya tipe anak Mama dan good boy banget.

Aku memandangnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.

Oh my.... Apa Mama tidak salah? Cowok yang mau dijodohkan denganku? Apa kata teman- temanku nanti?

"Kalian ngobrol dulu berdua biar saling kenal. Mama dan Tante Maya mau ke depan. Dan Dei, baik-baik sama Stu ya," kata Mama sambil terkikik melihatku memanyunkan bibirku.

Mama dan Tante Maya langsung keluar menuju hypermarket di depan cafe. Dasar ibu-ibu, hobby shopping nya mendarah daging.
Hehehe sama sih... Rata-rata cewek kan memang hobby shopping!

Kembali pada alam nyata di hadapanku. Laki-laki itu Stuart William Spencer, tampak membetulkan letak kacamatanya sambil memandangku.

"Berapa umurmu?" tanyaku asal bunyi membuka percakapan.

"Dua puluh sembilan."

"Hah?! Beneran?" tanyaku kaget. Dan aku menelan ludah ketika ia mengangguk mantap membenarkan.
Mama... anakmu masih dua puluh satu tahun, kenapa dijodohkan dengan bapak-bapak sih?

"Eh... Stu... Stuart...."

"Kau boleh memanggilku William kalau kau mau," katanya merogoh sakunya karena ponselnya berbunyi.

la memberi isyarat memohon ijin menerima telepon dan aku mengangguk sambil melihatnya.

Stu terlihat mondar-mandir sambil berbicara serius dengan sebelah tangan dibenamkannya ke dalam saku celana bahannya.

Hmm... Gagah juga...
Aiiiihh... Apa-apaan sih? Kenapa aku jadi memujinya?

Menurut Mama, perjodohan ini atas permintaan almarhum Papaku dan Papa Stu yang sudah bersahabat sejak mereka berdua masih bayi.

Entah bagaimana, secara kebetulan kami berdua sama-sama anak tunggal. Seandainya saja aku punya saudara perempuan, tentu akan lain ceritanya.

"Ehm, Dei... Maaf... Aku ada urusan. Jadi bisa kita pulang sekarang?" tanyanya gugup.

"Pulang saja sendiri. Aku bisa ikut Mama nanti," kataku sambil mengunyah french fries-ku yang masih separuh.

"Tapi Tante Lea dan mamaku sudah pulang duluan," ujarnya sambil menunjukkan pesan singkat dari Tante Maya.

Aish... Mama menyebalkan!

"Ikut pulang denganku, Dei," mau tidak mau aku berdiri dan mengikutinya dengan malas.

----- £-----

Hari-hari berikutnya, Mama selalu mencari celah dan peluang agar aku dan Stu bersama.

Seperti hari ini, Mama tiba-tiba menyuruhku menemani Stu menghadiri pernikahan anak teman Mama.

Siapa yang bisa menolak jika Mama sudah mengeluarkan jurus andalannya, tatapan mengiba.

Stu sudah menungguku di ruang tamu ketika aku turun dan menyapanya.

"Hai Stu. Kita berangkat sekarang?" Stu memandangku beberapa saat, lalu tersenyum sopan mengangguk.

Kami berangkat setelah berpamitan dengan Mama yang tersenyum-senyum senang.

Sesampai di tempat pesta, aku baru menyadari bahwa ini pesta pernikahan bisnis. Pengantin wanitanya terlihat murung meskipun ia tersenyum.

Kedua orang tua mereka tampak sangat senang. Siapa yang tidak tau keluarga Triajaya dan keluarga Permana? Bisnisman, milyarder, dan hampir setiap hari majalah bisnis dipenuhi wajah mereka dengan segudang aktivitas sosial juga kerjasama yang luar biasa.

He's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang