He's Mine - 3

256K 5.9K 77
                                    

Aku berjalan cepat dan berdiri di samping mobil. Aku benar-benar ngambek. Bagaimana tidak? Gadis-gadis itu bukannya berkurang, tapi malah semakin banyak. Dan yang lebih mengesalkanku, sebagian besar dari mereka hadir di pertunanganku dengan Stuart!
Tapi mereka seolah tidak peduli.

Stuart membuka lock pintu mobil menggunakan remote.

Tanpa menunggunya, aku membuka pintu belakang dan duduk diam disana.

Stuart masuk dan duduk di belakang kemudi.

"Pindah depan, Dei. Aku bukan supirmu!" aku hanya diam tak bergeming. Kulemparkan pandanganku keluar, tidak mau melihatnya.

"Dei! Pindah atau kau akan tau akibatnya!" heh, dia sudah berani mengancamku? Oke! Kita lihat saja nanti, Mr. Culun!

"Dei?" kuacuhkan panggilannya.

Stuart keluar dan membanting pintu, lalu membuka pintu belakang dengan kasar, lalu menarikku keluar.

"Apa-apaan ini?" omelku marah. Seenaknya saja dia menarik-narik tanganku.

Kutarik tanganku, tapi Stuart tetap erat mencengkeram lenganku. Dengan tidak sabar, ia menundukkan kepalaku dan mendorongku hingga masuk dan duduk di jok depan. Lalu dengan segera di kuncinya pintu sebelum ia berlari memutar ke belakang kemudi.

Aku hanya bisa melontarkan sumpah serapah karena ia memaksaku.

----- £-----

Stuart mengajakku lagi. Aku menolaknya mentah- mentah.

"Kenapa?" tanyanya mengerutkan kening

"Pokoknya gak mau!"

"Harus ada alasan yang jelas, Dei!" ia tidak mau menerima penolakanku.

"Aku...eh... Aku ada pertemuan dengan Leti, Ardean dan Philius," sahutku cepat setelah kutemukan alasan yang cukup masuk akal.

Stuart menyipitkan matanya tidak percaya. Aku mengangguk meyakinkannya.

"Eh, ada Stuart," duh, kenapa Mama harus menemui Stuart sih?

"Iya Tan, eh Ma. Ini mau ajak Dei ke pernikahannya Roger, teman kuliah Stu. Tapi sepertinya Dei gak bisa," jawab Stuart dengan manisnya.

Mama memandangku menyelidik. memang paling tidak bisa bohong pada Mama.

"Kenapa tidak bisa, Dei?"

"Ehm.... Itu Ma, eh... Dei ada meeting buat design kaos terbaru.... Eh... Iya beneran... jawabku gugup.

"Bener?" Mama menautkan alis memandangku penuh kecurigaan.

"Iya Ma," aku mengangguk berkali-kali meyakinkan Mama.

"Loh, barusan Leti dan Ardean menelpon, menanyakan kamu jadi pesan keripik singkong yang di Malang itu gak, mumpung mereka lagi di sana," sorot tajam Mama benar-benar mengerikan dan membuatku mengkerut.

Huaaaa.... Kenapa aku bisa lupa kalau dari kemarin Leti dan Ardean ke Malang untuk mengunjungi orang tua Ardean? Ini petaka buatku!

"Jadi, bisa menemaniku kan Dei?" tanya Stuart dengan wajah sumringah bercampur geli.

"Bisa kok Stu. Kapan sih acaranya?" aku menoleh ke arah Mama yang dengan cepat menjawab pertanyaan Stuart.

"Besok sore, Ma. Sekalian minta ijin buat ajak Dei menginap. Karena acaranya kebetulan di luar kota," Stuart benar-benar minta kutonjok! Apa-apaan pakai acara menginap segala?

"Oh, boleh Stu, boleh. Tadi Mama kamu juga sudah telpon Mama kok," kenapa jadi begini ceritanya?

"Makasih Ma. Kalau begitu, Stu pamit pulang, Ma. Sampai besok siang, Dei," senyumnya yang penuh kemenangan menahan tawa sebelum ia berbalik pulang.

He's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang