Aku mengikuti langkah Stuart memasuki penthouse. Wajahku merah padam. Hampir saja aku dan Stuart kebablasan jika Pak Beno tidak segera memberitahukan melalui intercom bahwa kami sudah sampai ke tujuan.
Aku teringat bagaimana terburu-burunya kami berdua membenahi pakaian kami yang berantakan. Bahkan Stuart keluar dari mobil dengan kesan yang sangat berbeda dari biasanya. Kemeja yang selalu rapi dimasukkan, saat ini tepi bawahnya keluar, jauh dari kesan rapi.
BRUKK!
Kudongaklan kepalaku. Astaga! Aku menabrak punggung Stuart! Rupanya tanpa sadar aku melamun."Mau lanjut yang tadi?" seringai Stuart. Berbeda sekali dengan Stuart yang biasa kukenal.
Wajahku pasti sudah merah padam. Aku merengut.
Stuart meraih lenganku dan mendorongku ke dinding. Ia melumat bibirku hingga kebas rasanya.
"Sayang sekali kita harus bersiap-siap. Kalau tidak, aku akan senang hati membawamu terbang ke langit," gumamnya mengusap bibirku sambil kembali menyeringai. Aku tau tatapannya itu. Mesum sekali!
Stuart menunduk dan menciumku lagi sebelum berbalik masuk ke kamar di depanku.
Aku menutup wajahku. Aku malu!
----- £-----
Pesta pernikahan yang sangat meriah itu lagi-lagi membuatku sebal dan marah. Stuart seperti biasa, dikelilingi oleh banyak gadis. Dan ia meladeni setiap obrolan para cabe-cabean ganjen itu.
Bahkan Stuart tidak menyadari kalau aku sudah menyingkir dari dekatnya.
Aku mendengus kesal, dan berjalan pelan menuju meja penuh makanan yang mengundang selera.
"Dei?"aku memandang laki-laki yang menyapaku. Sepertinya aku pernah melihatmya. Dan pastinya aku mengenalnya karena ia menyapaku, bukan?
"Aku Alan, ingat? Pesta pernikahan keluarga Triajaya dan Keluarga Permana?" ia tersenyum melihatku mencoba mengingatnya.
"Alan, cowok patah hati itu ya?" tebakku girang.
Alan mengangguk tertawa.
"Kok di sini?" tanyaku menyelidik. Apa dia sudah move on? Tuh kan, aku kepo lagi.
"Aku bekerja di hotel ini," jelasnya tertawa melihat naluri kepo-ku muncul.
"Sudah bisa move on?" kunaikkan sebelah alisku.
"Sudah lumayan. Aku sudah bertekad untuk menganggapnya hanya adik," Alan tertawa kecil.
"Berarti sudah punya pengganti?"
Alan terkekeh.
"Dasar ratu kepo! Ehm... Ini lagi pedekate," jawabnya tersenyum usil.
"Oya? Siapa? Cantik?" tanyaku antusias.
"Cantik gak ya? Menurutmu kamu cantik gak?" tanya Alan dengan mata dipicingkan.
"Maksudmu aku? Oh em ji... Alan! Gak lucu ya!" aku berkacak pinggang melotot pada Alan yang terpingkal-pingkal di depanku.
"Hahaha.... Abis kamu lucu! Kepo-nya gak ilang- ilang," tawanya makin menjadi membuatku ikut tertawa.
"Ikut aku Dei!" tiba-tiba lenganku ditarik seseorang hingga dengan terpaksa aku terseret-seret mengikutinya, diiringi lambaian tangan Alan yang masih tertawa geli.
----- £-----
Aku terhuyung, lalu segera berusaha menegakkan tubuhku.
Di depanku tampak Stuart berdiri memandangku dengan rahang mengeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Mine
Short StoryWARNING 21++ JUST FOR ADULT!!! NEKAT? TERSERAH... ORANG GAK BISA NGELARANG JUGA... TAPI RESIKO TANGGUNG SENDIRI YA... JANGAN TRUS NYALAHIN PENULISNYA... KAN UDAH DI WARNING SEBELUMNYA... KALO MASIH DIBAWAH UMUR, SEBAIKNYA SEKOLAH YANG BENER DULU...