Rasa Apa Ini?

8.4K 329 0
                                    

Selama mata kuliah berlangsung Sasa memang seolah fokus dengan penjelasan yang dijelaskan oleh dosennya tersebut, tapi hati dan pikirannya sibuk berkelana mengingat akan kejadian tabrakan yang tak disengaja antara dia dengan laki-laki tersebut yang tak lain adalah dosen yang kini tengah berdiri kelasnya.

Jujur saja hatinya sempat kagum akan rupa dan wibawa yang dimiliki pria tersebut, tapi setelah ia ingat kata-kata dingin darinya membuat rasa itu seolah terbenam begitu saja.

"Cakep sih, tapi kamu banget. Apa karena udah tua ya... Hihihi" Ucap Sasa dalam hati.

Ya Ampun, padahal Sasa selama ini tipe perempuan yang berusaha cuek perihal laki-laki. Apalagi yang single dan tampan, dia berusaha menjaga hatinya. Kalau kata mamanya "nikah dulu baru pacaran". Padahal Sasa belum pernah kepikiran buat nikah.

Braakkkkk....lamunan sasa berhenti seketika

"I..i..iya pak saya minta maaf" ujar Sasa yang begitu kaget dan gugup. Sontak semua mahasiswa tertawa melihat reaksi gadis itu. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Sasa saat ini, malu dan takut secara bersamaan. Rasanya ia ingin segera kabur dan memasukkan mukanya ke dalam peti dan menguburnya dalam-dalam...arrgghh.

"Ehmmm..." laki-laki bertubuh tinggi berdeham, sesaat kemudian kelas mulai tenang kembali.

"Coba jelaskan apa yang dimaksud dengan pernyataan yang saya sebutkan tadi?" tanya sang dosen pada Sasa.

"Emmm...maaf yang mana pak?" jawab Sasa mulai gugup dan berkeringat dingin. Ia menyesal kenapa bisa-bisanya ia melamun di kelas.

Entah kenapa ia selalu teringat kejadian tabrakan yang tak disengaja itu.

"Kalau tidak suka dengan mata kuliah saya silahkan keluar" kata laki-laki itu dengan nada tinggi.

Jelas itu membuat Sasa semakin merasa bersalah akan tindakan cerobohnya itu.

"Maaf pak...saya akan lebih memperhatikan lagi" jawab Sasa dibarengi dengan anggukan kepalanya. kini ia mulai fokus dengan mata kuliah yang tengah berlangsung.

Hampir dua jam mata kuliah berlangsung membuat Sasa semakin murung, ayolah dia sendiri juga bingung.

Sebenarnya apa yang ia pikirkan?

Kepalanya semakin pusing dengan beberapa kejadian tak mengenakkan yang melibatkan dirinya dan dosennya.

🍁🍁🍁

Di sebuah taman kecil belakang kampusnya tampak seseorang dengan jilbab lebarnya tengah asyik memperhatikan kupu-kupu nan cantik berterbangan, sesekali ia hanyut dalam lamunannya sendiri. Haahhh...baru pertama masuk sudah kayak gini, desahnya pelan.

Padahal ia ingin sekali menikmati masa-masa kuliahnya dengan normal. Belajar di kelas, menonjol di bidang akademik, skripsi lancar dan wisuda tepat waktu.

"Ah indahnya kalau semua itu terwujud" ujar Sasa pelan sambil tersenyum.

"Hayoooo...ngelamun jorok ya?" tiba-tiba suara seseorang mengagetkan Sasa, gadis yang sedang asyik dengan dunianya sendiri di taman.

"Bilaaaa....ngagetin aja sih kamu" teriak Sasa pelan karena kaget dengan kedatangan Nabila secara tiba-tiba.

"Hihihi...lagian kamu juga, siapa suruh pake ngelamun di taman siang-siang gini" kata Nabila sambil tertawa.

"Aku cuma lagi mau ngademin pikiran aja Bil, rasanya hari ini penat sekali" keluh Sasa pada Nabila.

"Kenapa sih neng??? ada masalah?" tanya Nabila.

"Enggak, cuma penat saja" jawab Sasa,

Ia pun akhirnya ia pun menceritakan kejadian yang ia alami hari ini pada Nabila. Tak lupa ia juga menceritakan awal mula pertemuannya dengan sang dosen.

"Ya udah sih santai aja, toh kamu juga udah minta maaf kan. Beliau lebih tua pasti bakal maafin kami" kata Nabila menenangkan.

"Iya sih, tapi aku tuh ngerasa nggak enak, ngerasa bodoh di kelas"

"Mending kita ngopi aja yuk di kantin, biar adem pikiran kamu"

Sasa pun cuma mengiyakan ajakan Nabila. Lebih baik begitu daripada ia berpikir macam-macam.

Suasana kantin siang ini lumayan ramai, hampir penuh bahkan meja kosong pun tidak ada.

Padahal Sasa ke kantin niatnya ingin ngopi santai sambil menenangkan pikirannya. Kalau ramai begini mana bisa?

"Gila, rame bener. Mana meja penuh semua lagi, gimana nih Sa? " Nabila tak enak hati melihat raut muka. Benar-benar memprihatinkan.

"Mau gimana lagi, beli kopi aja terus minumnya di taman. Lebih tenang dan menyatu dengan alam" ujar Sasa.

Hanya itu ide yang Sasa pikirkan, mungkin dengan menyatu dengan alam mampu membuat hatinya tenang, biarkan semua kepenatannya terhempas bersama angin.

"Oke, kamu tunggu aja biar aku yang pesenin" Nabila pun langsung pergi meninggalkan Sasa untuk membeli kopi untuk mereka.

Mengedarkan pandangannya, tanpa sengaja Sasa melihat dosen yang akhir-akhir ini sering menegurnya sedang terlihat duduk santai bersama dosen yang lain.

"Dit, lo mau pesen apaan? " tanya seseorang dari seberang sana.

"Dit? Dita? Dito? apa siapa sih nama dosennya? ya ampun bisa-bisanya aku lupa siapa namanya? hihihi" batin Sasa cekikikan.

Tiba-tiba saja Sasa membayangkan bagaimana seandainya sang dosen mengujinya dengan menanyakan namanya lalu Sasa dengan raut muka bingung dan bertanya balik "memang nama bapak siapa? " Sasa makin cekikan membayangkan adegan itu.

Sasa menggelengkan kepalanya, merutuki keabsurdan pikiran.

"Lama-lama kamu gila beneran" Nabila menepuk pundak Sasa.

Sasa tak menanggapinya, ia sedang meredam tawanya agar kembali normal.

"Langsung ke taman aja yuk, kayaknya pikiranku makin nggak normal" ajak Sasa begitu saja.

Nabila makin curiga, apa karena kejadian hari ini benar-benar membuat sahabatnya beneran gila?

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang