PROLOG

16 5 0
                                    

Tubuhku seketika gemetar saat melihatnya dilorong. Keringat dingin mengalir lembut di sekujur tubuh. Dinginnya lantai dapat kurasa hingga ke ubun - ubun.
Kupandang sosok yang berada dalam gelap itu. Tatapan matanya kosong, begitu kontras dengan senyumnya yang manis.
Jantungku nyaris berhenti.
Sorot mata itu!
sorot mata yang kukenal!
kini menatapku tajam seolah menusuk setiap ruas tulang ku.
Sorot mata itu! perlahan berubah menjadi kebencian.
Seakan siap menerkam bagai sambaran petir.
Aku hanya bisa mematung pasrah. Aku tak bisa berlari. Tak ada yang bisa ku lakukan. Tak ada yang akan menolong. Suara dan nafasku tercekat di ujung tenggorokan.
Ingin aku menjerit, tak bisa!
Aku tak bisa!
Aku tak sanggup!
Aku tak sanggup menerima kenyataan ini.
Sahabatku, adalah pembunuh.

QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang