1. Nara

18 6 0
                                    

"Nara.. gue dimana?"

Huhh.. lega sekali temanku ini sudah sadar "di UKS Der, barusan elo pingsan kena bola basket".

"Sshh.. kepala gue masih pusing" keluhnya meringis kesakitan.

"Uutuk utuk kacian anak mama.." aku langsung pura-pura mengusap kepalanya, dan berekspresi seperti ibu-ibu yang sedang menenangkan anaknya yang merengek-rengek minta susu.

"Haha apaan si lo lebay banget" Tawa kami berduapun pecah mengisi ruangan sepi berbau obat-obatan ini.

Seketika aku ingat kejadian tadi, saat kami berdua melewati lapangan olahraga menuju kantin. Tiba-tiba bola basket melayang ke arah kami. Dan ternyata persis menggiles hidung mancung milik Dera. Wajah nya yang innocent-pun dalam sedetik berubah mirip ekspresi minion ketemu pisang. Untung saja itu tidak disajikan slow motion seperti dalam adegan di film-film laga, kalau tidak aku akan tertawa semalaman.

"Aw! Kok ngejitak?" aku langsung melotot--bukan arti sesungguhnya, karena dengan mata sipitku aku tidak bisa benar-benar melotot.

"Abisnya ngelamun sambil senyum-senyum sendiri, mikirin apa lo? Perasaan gue gaenak," Matanya yang bulat menatap tajam ke arah ku tak mau kalah.

Tak jauh dari tempat kami, aku baru sadar bahwa dari tadi ada cowok keren-eng salah-super keren! yang berdiri di dekat pintu putih sambil memperhatikan kami sepertinya.

"Emm sorry ya Der" sambil menggaruk-garuk lehernya yang ku yakin tidak gatal.

"Gue Fatir, yang tadi ngirim bola ke kepala lo". Ucapnya malu-malu dengan nada berat namun menyejukkan hati. "Aduh gue merasa bersalah ampe bikin lo pingsan begini, sorry banget ya" dia tersenyum, oh Lord senyumnya kelewat manis.
Dera pun hanya mengangguk pelan.

"Kapan-kapan gua ajak lo makan ya, daah.." cowok itu pun melambaikan tangannya sambil berlari meninggalkan kami.

Dih gajelas banget, tiba-tiba pergi gitu aja. Belum sempat aku menyatakan cibiranku, pandangan ku langsung teralihkan melihat Dera terbengong dengan mukanya yang memerah.

"Ciee.. mau diajak makan cie ciee" ejekku

"Mungkin sebagai tanda minta maaf" jawabnya sambil malu-malu menutupi ekspresi senangnya.

"Kok mukanya merah gitu? Boleh juga tuh cowok siikat Der!"

"Itu anak orang kali Nar, bukan WC di sikat-sikat.. "

"Hehe udah bisa jalan belum?kita ke kelas yuk" aku langsung membantunya turun dari tempat tidur, dan menuntunnya ke kelas.

"Kuat ga?badan elo kan kecil"

"Yee badan elo kali yang kegedean, gini-gini juga gue kan mantan atlet Karate" Untung kelas kami tidak jauh dari UKS, kami hanya tinggal mengikuti lorong ke Utara. Karna jajaran kelas 11 memang paling strategis dari fasilitas-fasilitas sekolah.

***

Aku dan Dera pun dari tadi mengikuti pelajaran seperti biasa sampai bel pulang sekolah berbunyi.

"Yes! Akhirnya beres juga! Sumpah Der dari tadi gue gak ngerti sama sekali pelajaran Fisika. Mana ni perut ngerengek-rengek ngajak ke kantin mulu.. kan makin gak konsen." Aku langsung berhenti bicara melihat Dera yang ternyata tak mendengarkan ku sama sekali. Semenjak kembali dari UKS ada yang aneh dari Dera.

"Der? Mukanya kok ditekuk gitu?"

Dengan ragu dia melihat ke arahku

QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang