2. Dia?

20 3 0
                                    


Suara berisik alarm terdengar dari kamar yang bernuansa hitam putih dengan interior beraksen klasik yang menambah kesan elegant, membangunkan si empunya kamar dari tidurnya, dengan berat hati dia turun dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi.

***

Langkah kaki cowok menemaninya masuk ke dalam kampus, dia berjalan menyusuri koridor untuk masuk ke kelasnya.

"Woii bar, tunggu! gua manggil lu dari tadi ga nengok" panggil yudhis yang membuat cowok itu memutar badan menghadapnya.

"Kenapa?"

"Ntar malem temenin gue ke tempat biasa ya"

"Ga bisa" jawabnya singkat

"Kenapa? Biasa juga lu ga pernah nolak"

"Gua ada acara"

"Alah gayaan lu, acara apaan si?"
Tanya yudhis lagi

"kepo"

Mengerti benar dengan sikap cuek dan irit ngomong temannya yang satu ini  yudhis pun memilih mengakhiri percakapan mereka.

"Ye. Yaudah ntar kabarin gue ye"

"Oke" jawab cowok itu dan melanjutkan langkahnya menuju kelas

****

"Bara sudah siap belum nak?" Tanya pria paruh baya tersebut pada anak semata wayangnya.

"Sudah pa, ayo berangkat" jawab bara sambil menuruni anak tangga dan bergegas pergi.

Malam ini keadaan jalan di  Jakarta cukup ramai dan padat, maklum saja sekarang jam jam orang pulang kerja jadi jalanan sedikit macet.

Sekitar 30 menit menempuh perjalanan akhirnya Bara dan papanya sampai di restoran bintang 5

Tujuan Bara dan papanya dateng kesini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk menemui rekan kerja yang mengajak mereka makan malam untuk membahas tentang kerja sama perusahan antara keduanya. Dan bara diajak untuk lebih mengenal dunia bisnis sebagai calon CEO yang nanti akan menggantikan posisi papanya.

Menjadi penerus perusahaan keluarga bukan menjadi impian dan cita-citanya, Bara sebenarnya sangat ingin menjadi dokter tapi mau gimana lagi dia adalah anak satu satunya yang menjadi pewaris tunggal perusahaan tersebut. Jadi mau tidak mau suka tidak suka harus tetap di lakukan.

Mereka berdua berjalan memasuki restoran tersebut dan menuju tempat yang sudah disediakan.

Berkumpul bersama kolega kolega seperti ini sangatlah membosankan, menurut bara acara ini terlalu formal dan terkesam monoton sangat tidak cocok untuk umurnya yang masih muda untuk menghindari itu semua bara meminta ijin untuk ke toilet.

"sangat membosankan" keluhnya sambil membuang napas panjang

Kini bara berada di balkon restoran sambil melihat keadaan kota Jakarta di malam hari, tentu lebih mengasikan ketimbang berkumpul bersama orang orang berjas yang membahas tentang bisnis, investasi dan segala macem.

Suara musik didalam restoran, kendaraan yang berlalu lalang di bawah serta angin malam yang menemaninya.

Bara mengeluarkan satu kotak rokok dari saku celana dan mengambil satu batang untuk di hisapnya sesekali ia menghembuskan asap di udara dan bersamaan dengan itu bara mengingat kejadian masa lalunya dimana saat itu dia suka di marahin kalo ketahuan sedang merokok oleh seorang gadis dan gadis itu akan menghampiri bara sambil langsung merampas rokok tersebut, menginjak injaknya sampai apinya mati dan mulai menasehatinya panjang lebar agar berhenti merorok, padahal bara bukan termasuk kedalam cowok perokok dia cuma suka iseng pura pura merokok agar dimarahi oleh gadisnya itu tapi lebih tepatnya sih agar menarik perhatiannya,
sama halnya dengan sekarang bara merokok kalau dia sedang ada masalah atau rindu dengan gadis di masa lalunya itu.

TOMORROW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang