Chapter V

166 6 1
                                    

"Bay, si Arya mana?" Tanya Gilang saat melihatku duduk sendirian di dalam kelas yang sudah sepi.

"Tadi katanya mau ke WC dulu," jawabku singkat.

Gilang duduk di sampingku, lalu memakan cireng yang baru saja dibelinya dengan lahap. "Kok lama?" celetuknya.

Aku mengerutkan dahiku. Bocah ini! Dia kan baru datang, tapi lagaknya seperti sudah menunggu dari jaman majapahit. "Lagian kamunya yang lama, pake jajan cireng isi dulu!" sindirku kesal.

"Abisnya gue lapar, Bay!" timpal Gilang mencari pembelaan. "Lagian kalau tadi loe gak keruang guru dulu bareng Fadil kita pasti udah sampe rumahnya Arya," tambahnya.

"Loh, kenapa jadi aku yang salah? Aku kan wakil KM, wajar kalau bantuin KM buat ngumpulin tugas." balasku sengit.

Gilang baru saja akan menimpali ucapanku ketika smartphone-nya tiba-tiba bergetar. Dia pun memberi isyarat padaku agar berhenti terlebih dahulu.

"Eh! WC! WC!" ucapnya tiba-tiba sambil menarikku.

"Apaan sih?" aku berontak, tapi Gilang tak menggubris dan terus saja menarikku.

"Bener aja!" ucap Gilang saat kami berdua tiba di depan WC sekolah.

"Ada apa sih?" tanyaku penasaran. Aku tak bisa melihat apapun karena terhalang tubuh Gilang, tapi aku bisa mendengar keributan yang terjadi.

"Tuh, liat aja!" timpal Gilang sambil memberi isyarat.

Aku melangkah maju, dan melihat pemandangan yang hampir membuatku menepuk jidat. Di depan WC Laki-laki, catat! WC LAKI-LAKI! Dua orang siswi perempuan yang aku kenal sedang saling adu kekuatan tarik-menarik sesosok siswa laki-laki yang ajaibnya diam saja seperti kedebong pisang.

"Ihh, aku duluan! Kan jadwal tutornya begitu!" ucap seorang siswi berambut lurus yang diurai. Dia menarik tangan Arya dan mencoba menepis tangan siswi lainnya.

"Ihh, jangan pegang-pengang Oppa!" timpal siswi berkuncir dua dengan kacamata bulat Harry Potter. Dia menarik Arya sekuat tenaga hingga pegangan siswi berambut lurus terlepas, dan kini Arya berpindah padanya.

Oppa? Seriously, guys? Sepertinya mereka terlalu banyak nonton drama korea, jadi siapapun yang bermata sipit dan berkulit putih akan mereka panggil Oppa. Sebenarnya tak ada yang salah dengan menyukai hal-hal berbau korea sih, aku pun terkadang menonton MV dari girlband-girlband asal negeri ginseng itu, karena jujur bagiku industri hiburan mereka memang sangat maju dan menarik. Tapi kalau sampai pada tahap mengkoreakan apa yang bukan korea, aku pikir itu sudah tidak sehat. Hal itu juga berlaku pada orang-orang yang menyukai budaya jepang secara berlebihan, dan pada apapun yang dipuja secara ekstrim. Bagiku, menyukai sesuatu itu wajar saja, itu hak setiap orang. Tapi jika sampai merugikan diri sendiri dan orang lain, apalagi orang itu adalah orang yang disukai, itu sudah berbahaya.

"Arya Oppa!" teriak siswi berambut lurus itu sambil kembali mencoba menarik Arya.

"Oppa!"

"Oppa!"

Oppa. Oppa. Oppa.

Saking banyaknya kata Oppa yang mereka ucapkan aku mulai berhalusinasi mendengar kata 'Gangnam Style' di belakang kata Oppa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

School IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang