Biipp... Biippp.. Biippp.. Biipp..
Jam menunjukan pukul 7.00Cila bangun dan terkejut "Mati nih gue haduhhhhh!" Cila berlari mengambil handuknya dan langsung beranjak ke kamar mandi. Hp nya pun sudah mulai ramai akan pesan chat yang masuk. Ketika dilihatnya, dia lupa bahwa akan berangkat bersama Pijar, teman semasa SMP nya yang dia anggap sebagai adik, ya karna tubuhnya yang kecil.
"Lo lama banget sih kak, telat nih! Hari pertama masuk malah telat!" geram Pijar.
"Yaudah-yaudah maaf. Bawel lo ah! Udah ayok berangkat, nanti malah tambah telat." sinis Cila pada Pijar.
Ketika Cila sudah duduk di motornya, Pijar tetap juga diam. Dilihatnya Pijar memandangi Cila dengan tatapan aneh yang diiringi seperti kekesalan di dalamnya.
"Kak, lo jujur sama gue! Lo nangisin Ariq lagi kan?! Jujur lo sama gue! Kenapa sih lo masih nangisin dia? Dia itu udah terbukti brengsek, ngapain masih lo nangisin?! Apa istimewanya sih dia buat lo?! Apa yang bisa di banggain dan di kenang dari dia?! Cuma cara dia nyakitin hati lo selama 2 tahun itu yang bisa lo kenang! Dewasa dong Cil!" Amarah Pijar memuncak pada saat itu ketika melihat mata Cila yang tidak seperti biasanya. Cila terkejut Pijar membentaknya. Air mata pun mulai mengalir dalam diamnya. Pijar yang melihatnya, seketika amarahnya luluh berubah menjadi rasa tak tega seakan Pijar juga merasakan sakit hati, kekecewaan, dan amarah yang mendalam di diri Cila.
"Udah dong, Cil. Please, gue gabisa liat lo begini terus. Gue gabisa, Cil. Tinggalin rasa sakit hati lo itu. Maafin dan ikhlasin Ariq dengan Nadhiva. Disini kan ada gue, kak. Gaperlu lo ngurusin rasa sakit hati lo itu terus-terusan. Ayok dong! Lo bisa! Kita juga sekarang udah di sekolah baru. Lo gabakal tau kalau ternyata akan ada seseorang yang bisa ngisi hati lo, yang gua yakin bakal jauh lebih baik dari Ariq!" ucapnya sambil mengusap air mata di pipi Cila.
"Udah lah, Jar. Udah setengah 8 nih. Udah kok gue udah gapapa. Maaf ya. Makasih, Jar." Cila tersenyum sambil mengusap air matanya.
Mereka pun berangkat. Sesampainya di parkiran sekolah, Cila dan Pijar bertemu dengan teman-teman SMP nya terdahulu. Hftt.. alangkah tenangnya Cila, karna Acha, teman SMP nya, 1 regu dengannya. Mereka pun berlari ketika mendengar kakak OSIS memberi aba-aba berbaris untuk seluruh murid MPLS. Huh.. kirain udah terlambat banget, eh tau-taunya enggak sama sekali! Mereka pun berpisah dan memasuki kelas regu masing-masing.
Cila duduk dengan Acha. Di belakang dan di samping kanannya terdapat seluruh anak laki-laki regu itu. Selama MPLS hari pertama, Cila berusaha membendung kedekatannya dengan anak-anak 1 regunya itu, terutama dengan anak laki-laki. Ya memang, Cila lebih senang berteman dengan anak laki-laki, karna baginya, anak laki-laki itu jauh lebih asik dan tidak ribet seperti anak perempuan.
Cila dekat dengan Acha, Adam, Aldi, Damar, dan Fahzi pada awalnya. Seiring berjalannya waktu, Cila membendung kedekatan dengan beberapa anak perempuan, seperti Qyna, Nawal, Dillah, dan Sofie. Cila juga dekat dengan para OSIS. Pijar yang melihat perkembangan Cila, merasa sangat senang karna melihat sosok Cila yang dia kenal sebagai gadis periang yang ramah, friendly kembali lagi.
Hari MPLS pertama pun hampir berakhir. Seluruh peserta MPLS berkumpul untuk mengikuti apel penutupan hari pertama. Ketika Cila keluar kelas, Cila bertabrakan dengan seorang murid laki-laki. Tawa canda Cila pada saat itu sekejap menghilang. Cila terdiam memperhatikan anak laki-laki itu. Bagaimana tidak? Sang Pemilik Hati terdahulu lah yang bertabrakan dengan dirinya. Ya, Ariq dan Cila kembali dalam 1 sekolah yang sama. Cila menarik nafas panjang dan memejamkan mata sesaat untuk menenangkan dirinya.
Muncul dalam hatinya "Aku sangat benci saat-saat seperti ini. Saat-saat dimana keramaian berubah menjadi kelam dalam sesaat. Saat-saat dimana aku harus menarik nafas panjang layaknya mengundang seluruh bentuk kesabaran Dan keikhlasan untuk merasuki diri ku. Menahan sakit dan air mata yang menggenang karna aku tahu air mata itu akan jatuh kembali."

KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness and Tears
RomanceProlog Tak selamanya awal yang indah akan berakhir indah. Bagiku, gadis bernama Adsila yang kerap dipanggil Cila, gadis periang yang sederhana dengan sedikit keluguan beranggapan bahwa 'awal yang indah akan berakhir indah' hanyalah sebuah kebetulan...