Wahh sudah ramai, aku telat. Percuma saja aku lari-lari.
Tak ambil pusing ku langsung saja menduduki bangku terdekat. Biarlah, aku tak peduli jika bangku ini ada yang punya.
"Ini punya gue!!!" karena dia ingin mengambil bangku ku maka ku pekikkan suara ku
"Apanya?! Itu gue sudah menge-cupnya duluan! Tuh name tag gue ada diatas meja! Depan mata lo!"
Yaa memang benar, kulihat ada name tag disana.
Bertuliskan "Dion Ediwiyanto". Nama yang cukup berat kurasa.
"Bener kan, ini bangku gue. Dasar cewek mau seenaknya aja!!" ucapnya
"Heyy!! Gue gak liat! ga mati juga gue ga duduk situ! Ga nyangka juga gue ya sama cowok kayak lo, bukannya ngalah malah ngebentak cew.."
"Ebiii!!!" belum selesai ku berucap ada pekikan yang tak asing ku dengar.
Yahh benar itu pekikan khas Cika. Tiga hari hanya tiga hari aku kenal dia, tapi dia sudah memekikan nama ku. Wahh, kalau aku punya banyak teman disini sudah ku musuhi dia sekarang juga.
"Apa cika?!"
"Kenalin bii, itu Dion. Temen kelas gue pas Smp" sahut cika
"Enggak, engga usah ngenalin dia ke gue. Udah kenal, baru aja"
"Wahh bagus dehh jadi gue ga susah-sus.."
"Apanya yang bagus? Bagus temenan sama cowok kasar kaya gitu?" kasar kurasa ucapanku, tapi kurasa pitam ku sudah naik.
"Hey, siapa yang memulai? Gue rasa lu nyari gara-gara terus? Biar apa? Biar bisa deket sama gue?"
Wtf! Apa yang dia bilang? Apa?! Mengapa dia begitu ingin aku menonjoknya.
"Ahh, sudahlah. Ayo kita duduk bersebelahan saja bertiga"
"Kau ditengah!"timpal ku, karena kalian pasti tau. Aku tak mau berdekatan dengan orang seperti dia
---
Yaa, ini adalah istirahat pertama ku sebagai anak SMA.
Di jalan menuju kantin banyak yang menjadi pusat perhatian ku kali ini.
Seperti ornamen-ornamen di sini, tata letak tempatnya, dan yang paling menarik ialah senior.Yang sebelumnya kulihat hanya senior osis, tapi ini WOW sungguh! Senior-senior disini keren. Gaya nya, tingkahnya, ahh membuatku makin mencintai SMA ini.
Wahh, kantinnya juga bagus.
Hehe aku memang tak kemana-mana ketika masa orientasi sekolah.
Aku hanya duduk mendengarkan materi, berjalan sampai kegerbang, pergi ke wc terdekat yang jaraknya hampir 5 meter dari Aula.
Dan walau aku disuruh senior untuk mencari tanda tangan, ini dan itu. Aku tak pernah jauh-jauh dari tempat yang adem. Jadi wajar, bila sampai aku tak tahu bagaimana bentuk kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ti amo.
Teen FictionKisah ku ini tentang rasa yang pernah disesali sekaligus rasa yang sangat dirindukan. Tentang aku dan dia yang berubah menjadi dua orang asing yang terikat. Tentang hubungan yang seharusnya tak pernah dijalankan justru diarungi. Tapi sekali lagi pe...