154 arti coklat.

200 5 2
                                    

Hembusan nafas menderu kasar
Hembusan angin seakan berbicara lancar
Kabarnya berputar keras seperti topan
Mencari cahaya dengan kegelapan
Namanya berakhir indah di papan

Tanda datangnya telah tertulis
Tertulis dengan indah bagai beningnya air kapur
Di hari esok pun masih terpejam
Tersembunyi di balik makam
Terperangkap sunyinya malam

Akankan kisahnya hancur bagai api?
Akan ku cari jawabanya dalam lembaran hujan
Agar semua tegar bagaikan serat rotan
Tak ada gunanya lagi memohon
Jika akhirnya tenggelam
Tenggelam dalam pahitnya kenangan

Akankah hujan melindungi api?
Ketika api diam-diam meniup hujan
Akankan sunyinya malam dapat menerangkan hati?
Ketika malam menusuk cerah nya bahagia

Hati ini bagai pondasi retak tak berujung
Terlalu lelah untuk bangkit
Muncul dengan pikiran kosong
Akankah kisah cinta sejalan dengan takdir Nya?

Kisahnya menyayat bagai belati
Seiring waktu makin mengiris hati
Tak lupa dengan indahnya sinar pagi
Aku mulai mengerti apa itu sakit
Menyerang semuanya terutama cinta
Diagnosis pun salah mengira
Ternyata tersembunyi makna bahagia

Ditulis Rabu, 1 April 2017

Dinanda Hanum Patricia

---Choco---

Hari pertama masuk sekolah, disambut dengan suhu dingin.Memutuskan untuk mendengarkan musik. Aku suka k-pop, maka kudengarkan lagu-lagu korea. Saat aku mulai asik mengikuti iramanya, seseorang datang dengan mengetuk headphone ku.

"Permisi?"

Aku mulai membuka mata, merasakan dinginya hari ini, lalu menatap sejenak.

"Ya, ada apa?" Aku bangkit dan melepaskan headphone dari telingaku.

"Lo Dina kan?"

"Iya, ada apa?"

"Nanti tugas bikin puisinya, mau kerkom dimana?" Aku baru tersadar bahwa lawan bicaraku ini lelaki.

"Lo Dava?" memastikan jika dia satu kelompok denganku.

"Iya, gue Dava."

"Kalo gitu di lapangan basket aja, gue juga udah siapin satu puisi." Aku mulai terduduk di bangku lagi. Dan Dava meninggalkan ku, menyisakan kata "Oke."

--Cheese--

Awal kita dipertemukan. Tadinya Aku tak pernah percaya cinta pandang pertama. Kali ini aku merasakanya. Alis tebal, hidung mancung, bulu mata lentik, dan rahang tegas yang Dava miliki, seperti satu paket, yang sangat susah dicari.

Hari ini cuacanya tak mendukung. Dinginnya pagi menusuk kulit. Sedari tadi aku menunggu. Dua pasang mata bertemu, akhirnya yang aku tunggu datang. Tanpaku sadari, dinginya hari ini membuat hidungku memerah.

"Lo kedinginan?" Dava datang dengan membawa dua gelas coklat hangat, dan itu membuatku takut.

"Ini buat lo?" Aku melangkah mundur, menjauh agar aromanya tak tercium. Ada hal tertentu yang membuat aku seperti ini.

Coklat, makanan kesukaan ku, dulu. Bunda dan aku memesan menu coklat banyak sekali saat di cafe. Dan saat suapan kelima Bunda tentang bolu coklat, Bunda pingsaan dengan mulut penuh busa. Ini pasti bukan karna coklat, aku yakin itu, ini pembunuhan. Aku mulai takut dengan situasi ini. Aku benci situasi ini. Sisi lain dihidupku muncul, yang pasti aku membenci segala jenis coklat.

Dava hanya menyodorkan coklatnya selama 5 detik, tapi Aku merasa tenggelam dalam lautan coklat. Tanpa aba-aba, semua berubah menjadi hitam, dan gelap. Dinginya hari ini berubah menjadi sangat panas.

Itu kisah menyedihkan dihari pertama Aku masuk SMA, hanya kisah itu yang sangat terkesan dihati. Karna setelah itu terjadi, Aku merasakan cinta untuk pertama kalinya.

Aku menyesal, ternyata Aku menyukai lelaki yang sama dengan Luna, Lunara Il'lyasa Pratiwi. Entah apa yang akan terjadi, firasatku berkata buruk. Karna sekarang, Aku hampir kehilangan sahabatku. Hanya Menyisakan rasa sakit, ternyata

Karna Aku membenci coklat..

Choco CheeseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang