Cinta Yang Tak Ku Sadari Part 2

256 9 0
                                    

1 April 2017

"Vina. Sekarang Kamu siapkan berkas berkas yang akan saya gunakan untuk meating malam ini. Dan pastikan juga kamu sudah menghubungi pak handoko untuk
mempersiapkan keperluan meating sebentar malam. Kerjakan semuanya dengan baik karna Saya tidak mau
Client kita kecewa."

"Baik Bu."

Yahh, tadi itu aku. Inilah kegiatanku sekarang. Dua minggu yang lalu aku resmi menjadi Direktur di perusahaan ayahku. Dan disinilah tempatku sekarang. Di ruangan besar ini.

Setiap harinya aku disibukkan dengan pekerjaan ini dan itu yang tak pernah ada habisnya. Aku hanya berkutat dengan laptopku dan
sesekali berkunjung keluar menemui Clent-client ku. Waktuku kini betul betul tersita dengan ini semua, tapi
aku menyukainya. Aku sama sekali tak pernah mengeluhkan ini semua. Bukan tanpa alasan aku menyukai rutinitasku saat ini. Yahh, kalian betul. Aku sengaja melakukan ini semua karna aku ingin melupakannya. Simple sekali bukan? tapi mengapa aku begitu sulit melakukannya.

Semua cara telah ku lakukan, tapi tetap saja. Dimana ada waktu senggang, aku pasti memikirkannya.

Dia masih selaku ku pikirkan dan masih selalu ku rindukan. Seperti saat ini, aku sedang istirahat makan siang di kantin kantor. Saat saat seperti inilah, bayangan tentang dirinya pasti bermunculan. Aku tak bisa menghindari hal itu dan menghentikan ini semua dalam
sekejap saja. Cinta yang telah ku berikan untuknya sudah terlalu besar hingga tak bisa semudah itu ku tarik
kembali dan mengatakan kalau aku sekarang membencinya.

Tidak!!

Semuanya tidak bisa semudah itu. Jangankan untuk membencinya, melupakannya saja itu sangat sulit ku lakukan. Cinta ini sudah berakar kuat dihatiku. Aku sulit menghilangkanya dari hati dan
pikiranku. Dan kini ku sadari kalau aku telah gagal menjalankan tekadku.

Aku memang tak bisa
melupakannya.

"Woy, ngelamun aja."

Seruan yang lumayan keras itu membuatku terangkat dari kemelut pikiranku tetang dirinya yang tak akan pernah ada habisnya ini. Orang yang tadi mengagetkanku adalah Dimas. Dia sahabatku sejak kecil. Dia pria terbaik yang pernah kutemui selama ini. Dia selalu bisa membuatku menghilangkan sejenak beban pikiranku dan dia selalu ada untukku disaat aku betul betul membutuhkan seseorang yang bisa membuatku merasa lebih baik.

Kami bersahabat sudah sangat lama. Orang tuanya dan orang tuaku juga sudah saling mengenal baik. Dulu kami sering bersama, kemana pun dan apapun yang kami lakukan, kami pasti akan melakukannya bersama sama, hingga tak ayal banyak orang orang disekita kami yang mengira kalau kami ini memang memiliki hubungan spesial. Tapi itu semua tak benar.

Dan begitu aku menikah, aku tak pernah lagi bertemu dengannya, hingga 3 minggu yang lalu kami dipertemukan kembali dan hubungan kami masih tetap terjalin baik.

"Loe ini lagi mikirin apa sih. Dari jauh gue liatin, loe kayak orang yang nggak bernyawa gitu tau nggak.
Dieeemmm aja."

Dia memulai pertanyaan yang sebetulnya dia sendiri pun tau apa jawabannya. Tapi mungkin dia hanya ingin mengalihkan perhatianku saja. Makanya dia melakukan hal itu.

Dia menatapku lekat, aku pun melakukan hal yang sama.

"Ke. Lupain dia. Loe harus bisa hidup seperti dulu. Kalau loe masih mikirin dia, loe hanya akan stak disini. Gue juga udah kangen banget ama sahabat gue yang dulu. Yang periang, yang hidupnya tuh bebas, nggak
ada beban sama sekali. Sekarang, bahkan loe ketawa pun. Itu rasanya hambar, Ke."

Aku mendesah berat mendengar perkataannya. Sebetulnya aku juga menginginkan hal itu, tapi mau
bagaimana lagi, aku masih tak bisa melakukannya. Dia
begitu berarti untukku. Meskipun dia tak pernah melakukan hal apapun padaku, tapi hati ini betul-betul
tak bisa melupakannya. Dia begitu berpengaruh dan menguasai hatiku.

Kumpulan Cerpen (Cerita Pendek) By : Hasna_AnnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang