"Ke. Tenang Keke. Ini belum selesai. Masih ada yang belum kamu lihat." Kata Reina.
Mendengar itu, aku berusaha menenangkan diriku. Awalnya sangat susah. Tapi aku tetap berusaha melakukannya hingga akhirnya
aku bisa tenang juga. Tapi tubuhku sudah sangat lemas, aku terkulai lemah dalam pelukan Dimas. Rasanya aku tak kuat lagi melanjutkannya. Tapi aku juga penasaran dan ingin melihat seperti apa rupa suamiku sebelum dia pergi meninggalkan dunia ini.Reina kembali melanjutkan Videonya. Di detik ketiga, sebuah adegan dalam kamar perawatan di rumah sakit mulai terlihat. Dua sosok mulai tampak dalam ruangan serba putih itu.
Dadaku semakin terhimpit. Leherku seolah tercekik begitu melihat suamiku berbaring tak berdaya di atas tempat tidur itu dengan banyak sekali alat medis yang menempel ditubuhnya. Wajahnya terlihat sangat pucat. Pinggiran matanya menghitam. Bibir merahnya yang
selalu merona kini tampak sangat putih, seperti tak ada aliran darah di sana. Tubuh kekarnya juga yang
biasanya tampak sangat gagah, kini terlihat begitu sangat lemat. Hatiku perih sekali melihat penampilan
suamiku dalam video itu. Rasanya seperti di cincang cincang. Sakitt sekali…"Nico. kamu masih medengarku kan?"
Ku dengar, Reina mulai berbicara dalam Video itu. Sejenak ku hentikan tangisanku dan kucoba untuk fokus
mendengarkan ucapan mereka.Perlahan kulihat, kedua mata suamiku terbuka. Aku kembali terhenyak. Bola mata hitam pekat
kesayanganku terlihat begitu sayu. Tak ada lagi tatapan dingin disana. Tak ada lagi kehidupan yang terpancar disana. Cahaya matanya redup. Aku sedikit pun tak bisa
lagi melihat pancaran kehidupan di mata suamiku."Nico." Lirihku sambil membungkam mulutku rapat rapat dengan tanganku yang sudah bergetar hebat.
Air mataku kembali menetes. Pedih sekali melihatnya. Hatiku sungguh pedih sekali melihat suamiku seperti itu.
"Nico. Kamu masih mendengarkanku kan?"
Reina kembali mengajak suamiku untuk berbicara. terlihat, Suamiku berusaha mengukir senyumannya.
Perlahan kepalanya dia palingkan menghadap kearah Reina yang saat itu tengah duduk di samping kanannya."Ii„ iyaa. Aku. Maasihhh. Mendengarmu."
Suamiku mencoba menyahuti Reina. Tapi suaranya begitu lemah. Suaranya juga terdengar sangat parau. Aku semakin tak kuat mendengarnya. Reina tersenyum getir. Kedua tangannya menggenggam tangan kanan suamiku. Airmatanya mulai mengalir.
Terlihat saat itu Reina betul-betul merasakan sakit.Akupun melihatnya semakin sakit.
"Jangan menangis Rein. Kamu kan sudah berjanji padaku kalau kamu tak akan menangisiku lagi."
Suamiku kembali berucap. Nada suarannya terdengar semakin parau. Reina langsung menyeka airmatanya
setelah mendengarkan perkataannya. Terlihat juga dia
berusaha tersenyum manis dihadapan suamiku. Aku tau itu sangat sulit bagi Reina. Kalau saja saat itu aku yang berada diposisinya, aku pasti tak akan sanggup melakukannya."Aku panggil Keke yah, Ke sini." kata Reina.
Raut wajah suamiku langsung berubah. Dengan cepat dia
menggeleng kuat."Jangan Rein. Ku mohon. Jagan pernah kamu melakukan hal itu." Kata suamiku.
"Tapi Keke berhak tau keadaanmu sekarang, Nico."
"Tidak Rein. Dia tidak boleh tau. Aku mohon. Jangan pernah kamu beritahu dia soal ini. Aku tak ingin dia versedih. Aku tak ingin lagi melihat dia menangis."
"Tapi Nico-"
"Rein. Sakit yang kurasakan sekarang, tak ada apa apanya jika dibandingkan melihat airmatanya. Aku akan merasa jauh lebih sakit. Jika melihat dia menangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen (Cerita Pendek) By : Hasna_Anna
DiversosBuku ini berisi kumpulan Cerpen cerpenku.. bagi yang tak suka membaca cerita yang kepanjangan, ini adalah opsi yang tepat. so, bagi yang mau baca silahkan. yang tidak berkenan juga tak apa. Thanks 😊 #don't Copas