p r o l o g

104 13 14
                                    

Adrian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adrian

Aku terbangun dari bunyi dering nyaring jam wekerku. 5:18 pagi. Bukannya lekas beranjak dari kasur, aku menatap atap-atap kamarku yang berwarna putih polos. Membosankan, kupikir. Sama halnya seperti hidupku ini.

Setelah 10 menit, aku merasa jenuh. Tidak tahu apa yang harus kulakukan selain itu, akhirnya aku beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi. Sesudah itu aku langsung memakai seragam sekolahku yang sangat sederhana.

Selesailah aku bersiap untuk sekolah. Aku membuka sedikit tirai kamarku, dan mengintip. Matahari masih belum terbit. Tidak juga sih, tetapi langit masih agak gelap. Aku turun kebawah. Ibu sudah berangkat kerja. Di meja makan, aku bisa lihat ada roti lapis buatan Ibu dan selembar nota di sebelahnya. Aku berjalan menuju meja dan membacanya.

"Maaf Ibu harus berangkat lebih pagi. Semur sisa kemarin ada di kulkas jika kamu mau. Ibu janji akan pulang lebih awal dan membuatkan kita makan malam, love ya!" Begitulah yang tertulis di nota. Sejak Ayah wafat karena mengkonsumsi terlalu banyak pil saat beliau masih muda, Ibu selalu kerja dari dini hari atau sampai larut malam, demi mencukupi kebutuhan kami sehari-hari. Paling juga nanti pulang jam 11-an lagi, dugaku. Aku mengambil roti lapis, dan menggigitnya.


Aku berjalan kaki menuju sekolah yang jaraknya tidak lebih dari kira-kira 10 menit dari rumahku. Gerbang sudah dibuka dan aku masuk. Masih 45 menit sampai bel berdering. Sambil menunggu temanku, Manda, yang belum datang, aku duduk di bangku taman, mendengarkan lagu dari HP dan membaca buku. Manda adalah temanku satu-satunya. Aku memiliki banyak teman, tetapi hanya dia yang mengertiku. Walaupun dia perempuan, cara berpikirnya seperti laki-laki, penampilannya juga. Bisalah dia disebut "tomboy". Bukan berarti karena dia tomboy dan aku laki-laki, dia mengertiku. Dia datang dari sebuah broken home, istilahnya. Aku tidak yakin jika aku juga sama seperti dia. Datang dari sebuah broken home, maksudku.

Orangtuanya bercerai ketika usianya 13 tahun, setelah itu dia dulu tinggal bersama Ayahnya. Ayahnya menjadi pemabuk. Mengapa tidak tinggal bersama Ibunya saja? Ibunya diduga meninggal karena bunuh diri 2 bulan setelah orangtua Manda bercerai. Tetapi Manda dan aku yakin bukan itulah yang terjadi. Saat Manda berumur 15 tahun, dia kabur dari rumah sehingga tidak mempunyai tempat untuk tinggal untuk beberapa minggu, hingga akhirnya pasangan suami-istri menemukannya dan menawarkannya untuk tinggal di rumah mereka. Dia sudah berada di tempat yang lebih baik sekarang.

"DOR!"

Aku terkesiap, mencabut earphone dari kedua telingaku. Aku menoleh kebelakang, ternyata Manda sudah datang.

"Hahaha, kocak banget muka lo!" Manda tertawa terbahak-bahak. "Ga lucu, Man," Aku sedikit kesal, kutaruh buku yang tadinya kubaca ke dalam ransel dengan paksa karena kesalnya aku pada Manda. "Chill out, gue gak bermaksud bikin lo sekesel itu," Dia berhenti tertawa. "Iya tau, gue tau kok lo orangnya kayak gimana," Dia terdiam. "Betewe makasih udah sadar diri," Dia memutar matanya.

Sudah banyak siswa berdatangan. Tidak terasa 5 menit lagi bel berdering. Ya sudah lah, aku beranjak dari bangku yang ku duduki. Manda yang baru saja duduk bertanya, "Eh, lo mau kemana?" Aku menghadapinya. "Lebih baik ke kelas sekarang dari pada nanti keburu rame, kan juga masih bisa baca-baca buku sebentar."

"Rajin amat sih lo," Lagi-lagi Manda tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang dia temukan lucu. Tetapi kuterima itu sebagai pujian. "Makasih," Ku memutar mataku, membelakanginya, dan berjalan menuju kelas. "Eh, tunggu dulu!" Dia beranjak dari bangku. "Apa lagi, sih?" Aku berbalik. "Entar jam istirahat ketemuan di lapangan ya!"

"Mau ngapain di lapangan?"

"Ih, masa lo lupa sih!" Katanya sedikit kecewa.

"Gue beneran lupa"

"Kan gue mau tanding basket!"

"Oh iya ya" Pantas aku merasa melupakan sesuatu.

"Bisakan lo?"

"Bisa dong"

"Oke, janji ya!"

"Iya janji, elah"

Aku pergi meninggalkan taman menuju ruang kelas. Jam pertama adalah pelajaran sosiologi. Baiklah.

Hanya ada aku di kelas dan 1 murid lainnya. Sambil menunggu guru datang, aku melanjutkan membaca buku. Setelah beberapa menit, murid-murid berdatangan. Akhirnya guru datang juga.

Di tengah pelajaran saat guru sedang menjelaskan, aku merasa bosan dan melihat sekitar kelas. Lama-lama aku merasa mengantuk.

Sampai aku melihatnya.

• • •

A/N:

OK semoga prolog nya ga kepanjangan yah, maklum masih pemula. Dan semoga ending ga jelek2 amat. Abis pengen bikin agak ngegantung gtu tapi gagal hahah. Comment what do you think of this chapter yah lllllliillliilllii

WasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang