e m p a t

31 10 1
                                    

shouldn't have done this

Adrian

Aku akhirnya menemukan jalanku ke lapangan basket. 

Entah kenapa aku agak tersesat, padahal sudah 1 tahun aku bersekolah disini. Dan setelah seminggu aku tidak pernah,  sekali pun, tersesat. 

Mungkin aku sedikit terdistraksi dari kejadian tadi. Ya, itulah yang terjadi. Aku sampai sekarang masih memikirkannya; Aku dan Amara.

Aku merasa sangat bersalah, mungkin seharusnya aku tidak menyapanya sama sekali. Kalau saja tadi aku menghindari risiko dan langsung menemui Manda, pasti tidak akan seperti ini.

Jelas-jelas Amara mungkin, sedang ada masalah. Dengan keluarganya atau di rumah. Apapun itu, seharusnya aku tidak mengganggunya. Seharusnya aku menunggu sampai dia merasa lebih baik. 

Sampailah aku di lapangan basket. Ternyata pertandingan sudah mau dimulai. Sekolah ini melawan sekolah lain yang tidak beda jauh dengan sekolah ini. 

Aku melihat sekilas Manda. Manda yang jago bermain basket sedang mengoper bola.

Ke Amara.

Amara yang tak kalah jagonya, terlihat agak.. tersesat.

Amara yang terlihat terdistraksi dengan aku-tidak-tahu-apa, tidak mampu menangkap bola yang di operkan oleh Manda. 

Malah, lawan yang menangkap bola. Dan berhasil men-shootnya. 

0-2.

Semua penonton bersorak. Terutama murid-murid sekolah ini menyoraki lebih keras. 

"Ayo Mar!!"

Pertandingan sudah berlangsung selama 10 menit, tetapi Amara tidak sekali pun berhasil men-shoot. 

Dia merebut bola dari lawan, dan untuk pertama kalinya dia berhasil men-shoot.

Bukan di ring lawan, melainkan ring tim sendiri.



●  ●  ●



A/N 

Maaf ya chapter ini terlalu pendek, abis biar next chapter POV nya Amara lebih mudah ditulis dan 1 chapter ga ganti2 POV.  Chapter berikutnya juga aku usahain bakal lebih panjang dari ini kok. Comment kritik dan/atau saran ya- 





WasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang