s a t u

57 11 12
                                    

the devil started talking

Amara

Aku tidak bisa fokus pada pelajaran. Kejadian semalam terus terulang dalam kepalaku. Aku tidak percaya bajingan itu berani melakukannya. Setelah semua yang kita lalui. Tidak mungkin. Seseorang kumohon beritahu aku bahwa apa yang terjadi semalam tidak nyata.

Malam itu..
Saat itu aku terbangun tengah malam. Aku tidak ingat jam berapa. Mungkin jam 2. Aku terbangun karena mendengar suara. Seperti suara dua orang berbincang. Aku beranjak dari tempat tidurku untuk mencari sumber suara tersebut.

Kamar Mama kosong. Tidak ada Mama atau Papa di dalam. Kemanakah mereka? Ini sudah larut, seharusnya mereka sudah pulang kan? Mungkin mereka ada di bawah.

Aku menuruni tangga ke bawah. Suaranya terdengar lebih jelas sekarang. Awalnya seperti suara orang berbincang biasa, lama-lama menaik, seperti orang yang sedang bertengkar.

Aku berjalan menuju ruang tamu. Ada Mama dan Papa. Mereka memang sedang bertengkar. Untuk apa? Apa yang mereka memperdebatkan?

Aku mengintip sedikit. Aku bisa melihat semuanya. Suara mereka lama-lama semakin menaik dan menaik. Tanpa kusadari, setetes air mata jatuh dari mataku.

"Prakk!"

Aku menyentak melihat Mama ditampar oleh Papa. Tamparan yang cukup keras itu meninggalkan bekas yang lumayan menonjol di pipi Mama.

Tetes demi tetes air mata keluar dari mataku. Lebih banyak air mata sekarang. Ternyata aku menangis tersedu-sedu.

Papa meninggalkan Mama dan keluar dari rumah. Aku bisa mendengar suara pintu belakang dibanting. Mama menjatuhkan diri di lantai, berlutut dan mulai menangis, menutupi mukanya yang penuh dengan air mata.

Aku merasa iba dengan Mama. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Mama melihatku. Tetapi ia tetap melanjutkan tangisannya.

Entah kenapa aku tidak begitu ingat apa yang terjadi selanjutnya. Mungkin aku pergi tidur? Entahlah. Aku benar-benar tidak ingat.

"Amara? Bisakah kamu menjawab soal nomor 2?"

Aku menyentak. "M-Maaf?"

"Bisakah kamu menjawab soal nomor 2?" Kata Bu Guru seakan-akan beliau sudah bertanya padaku 3 kali dan aku masih tidak mendengar apa yang ditanyakan. Haha. "Saya sudah bertanya 3 kali masih belum denger juga?" Oh. Lupakan.

"Oh.. umm..." Aku terburu-buru membolak-balik halaman dan tidak bisa mencari soal nomor 2.
Seisi kelas memandang ku dengan tatapan aneh. Kecuali untuk seorang. "Saya gak tau, Bu," kataku, sambil menggaruk-garuk kepala.

"Haduh.. Kamu ini ya," Kata Bu Guru sambil menggelengkan kepalanya. "Baiklah, ada yang bisa menjawab?"
Setengah kelas mengajukan tangannya.

Aku melihat sekeliling kelas dan menangkapnya menatapku. Seorang laki-laki dengan rambut berwarna hitam kecoklatan yang agak keriting. Dia satu-satunya yang tadi tidak menatapku dengan aneh. Ia melihatku menatapnya balik, matanya melebar dan ia langsung mencatat penjelasan guru. Lucu juga, ucapku dalam hati sambil tersenyum. Mana mungkin ada yang suka sama orang kayak kamu. Aku berhenti tersenyum

• • •

A/N:
Lebih pendek dari prolog, karena lagi gaada inspirasi huehue

WasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang