Verly Di mulmed. Siapa yang kangen dia? 😂
.
.
Pukul sepuluh malam, Vian terbangun dari tidurnya. Dia tersadar jika Dito masih berada di apartemennya. Usai menangis seperti bayi, Dito tertidur dalam pelukan Vian. Setengah jam kemudian, dia ikut tertidur sambil tetap memeluk Dito yang sama sekali tak mau melepaskan pelukannya.
Saat terbangun pun, posisi mereka masih sama seperti tadi. Vian bersandar di lengan sofa, sementara Dito meringkuk memeluk perutnya dan menumpukan sebelah kakinya di kaki Vian serta menggunakan dadanya sebagai bantal.
Dito benar-benar nyaman dengan posisi seperti itu dan sama sekali tak terusik meski mereka berdua berdempet-dempetan di atas sofa yang sebenarnya hanya muat untuk satu orang.
Vian menarik kedua sudut bibirnya melihat Dito yang begitu polos ketika tidur. Ekspresi yang sangat dia sukai sejak dulu saat melihat laki-laki itu tidur.
"Dito, bangun! Udah jam sepuluh!" panggil Vian sembari mengguncang bahu Dito perlahan.
"Hmm ...," jawab Dito yang hanya menggumam lirih tanpa mau membuka matanya, lalu menyurukkan kepalanya ke dada Vian dan semakin mempererat pelukannya.
Vian berdecak kesal dan kembali mengguncang bahu Dito. Kali ini sedikit lebih keras agar Dito mau membuka matanya. Lengan kiri Vian terasa kram karena tak bisa bergerak leluasa saat tidur.
"Dito! Cepet bangun!" ujar Vian lagi.
"Engh ... apa sih, Al! Ngantuk nih," jawab Dito yang tak menggubris ucapan Vian.
"Tapi ini udah jam sepuluh. Kamu harus pulang! Nanti orang rumah nyariin. Dari tadi hapemu juga getar terus tuh!" kata Vian kesal.
Dito mendecakkan lidahnya lalu mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat Vian. Namun bukannya bangun, Dito justru berlama-lama menatap Vian sampai membuat laki-laki itu salah tingkah.
"Malah ngelihatin sih? Udah sana bangun!" ucap Vian kikuk lalu mendorong bahu Dito agar mau bangkit, sementara dia sendiri berusaha bangun dari tidurnya.
"Aku kangen banget sama kamu," ucap Dito dengan tatapan dalam. Vian balas menatap Dito lalu tersenyum pada laki-laki itu.
"Aku tahu," jawab Vian pendek. "Aku ke kamar mandi dulu, mau cuci muka," pamit Vian lalu bangkit dari sofa.
Dito mengangguk lirih dan ikut bangkit mengikuti Vian. Refleks, Vian menghentikan langkahnya dan berbalik untuk melihat Dito dengan tatapan waspada.
"Apa?" tanya Dito bingung karena terus dilihat oleh Vian.
"Kamu nggak berencana ngikutin aku ke kamar mandi, 'kan?" tanya Vian balik dengan satu alis terangkat tinggi.
"Kalau iya, emangnya kenapa? Aku mau buang air kecil. Berdua nggak masalah, 'kan? Nggak ada yang lihat juga," jawab Dito santai.
"Nggak ... nggak! Aku dulu. Aku juga mau buang air kecil. Aku nggak mau kalau kamu makin nafsu lihat aku terus mau perkosa aku lagi kayak tadi," ucap Vian yang buru-buru melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi.
"Paling kamu juga minta nambah. Sok jual mahal segala," cibir Dito. Vian seketika berbalik dan melotot tajam pada Dito.
"Nih bogem, siap melayang lagi kalau kamu berani macem-macem!" ancam Vian sembari menunjukkan kepalan tangannya pada Dito lalu secepat kilat masuk ke dalam kamar mandi dan membanting pintunya.
Dito terkekeh sendiri saat mengingat betapa sakitnya pukulan Vian tadi sore yang hampir saja meremukkan rahangnya. Dia tidak tahu jika Vian kini semakin jago memukul. Seingatnya ketika sekolah dulu, Vian bahkan tak pernah suka berkelahi dan lebih banyak menghindari segala macam bentuk kekerasan.
![](https://img.wattpad.com/cover/66840716-288-k129417.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN YOU & US
General Fiction[COMPLETED] __________________________ Altavian Danish, tak pernah membayangkan jika ia akan dipertemukan lagi pada satu kesempatan dengan sosok laki-laki tampan yang dicintainya itu setelah sekian tahun. Anindito Mahawira, c...