"Ku kira dia kan datang....
Nyatanya hanya menaruh angan
Hatiku diam....
Ku tenun harapan...
Tapi Tuhan yang punya ketentuan...."
-________-Vena yang dikejutkan olehnya, sepontan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya tak percaya melihat kembali pria yang ditabraknya tadi. Tapi........ Pria itu..........................
"Aldi ? Kamu Aldi kan ?," Tanya Vena terkejut melihat pria didepannya ini. Ia begitu berubah sekarang, tubuhnya nampak berisi dan tingginya terpaut jauh dengan Vena. Padahal dulu Vena sebatas telinganya, sekarang Vena hanya sebatas dadanya. Pantas saja tadi ia tak bisa melihat wajahnya.
"Kok lo tau nama gue sih ? Lo kenal sama gue ? ," Tanya Aldi tak kalah terkejut. Ia memicingkan kedua matanya menatap setiap lekuk wajah Vena, bermaksut mengingat siapa gadis itu.
"Kamu lupa sama aku ? Aku Vena Al, sahabat kamu waktu SD.. Jahat banget sih kamu lupain aku," ucap Vena mencoba menjelaskan mengenai dirinya pada Aldi.
Alvaro Maldini, ia sahabat kecil Vena. Tepatnya mereka berpisah sejak pertengahan kelas 2 SMP. Karena Aldi diharuskan pindah keluar kota mengikuti kedua orangtuanya yang dipindahkan tugas oleh kantor tempatnya bekerja. Vena tak akan melupakan Aldi, ia begitu merindukan pria itu. Sejak kecil temannya bermain hanyalah Aldi dan kakaknya, tak ada siapapun yang bergabung dengan mereka.
Sejak kepergian Aldi, Vena tak pernah keluar rumah sama sekali. Hingga lulus SMA pun ia jarang keluar rumah seperti gadis-gadis lainnya. Yang memilih jalan-jalan keluar rumah untuk bersenang-senang. Tetapi Vena tak berminat mengikuti kegiatan seperti mereka, baginya itu hanya akan membuang-buang waktu berharganya.
Vena lebih suka pergi ke pesantren untuk mencari ilmu dari pada harus menyia-nyiakan diri seperti itu. Hingga akhirnya Vena masuk kuliah dan bertemu dengan Salsha yang sekarang menjadi sahabatnya. Berkat Salsha, Vena sekarang tau tentang dunia luar, dunia yang jarang Vena dekati karena Salsha akan sering mengajak Vena jalan-jalan diwaktu luang ketika tak ada mata kuliah.
"Tunggu....tunggu... Lo Vena Natalia ? Yang dulu pipinya tembem kek bakpao yang sukanya nangis itu kan ? Kok lo sekarang udah berubah gini ? Tambah cantik..hihii.." ucap Aldi mencoba mengingat Vena, dan sekarang pria itu mengingatnya.
Plak.. Vena memukul lengan Aldi hingga pria itu mengaduh kesakitan tapi ia tetap tertawa melihat reaksi sahabat kecilnya itu. " Jahat banget sih, ngatain aku kek gitu, sekarang aku udah gak nangisan tau." ucap Vena mencerca perkataan Aldi. Vena terus memukuli Aldi sampai pria itu meminta ampun padanya dan berjanji tidak akan mentertawakannya lagi.
"Lo gak berubah ya, dari dulu sampai sekarang hobby lo mukulin gue mulu, dasar cewek sadis, kek emak-emak tiri ,rempong." ucap Aldi berusaha menghentikan pukulan Vena di lengannya. Aldi tak menyangka akan bertemu lagi dengan sahabat kecilnya itu di kampus ini. Jujur saja, Aldi juga merindukan Vena, ia terpaksa meninggalkan vena karena harus ikut orangtuanya.
"Biarin.. Abisnya kamu gitu, gampang banget lupain aku." kesal Vena seraya memanyunkan bibirnya.
"Jangan manyun gitu deh, kalo lo kek gitu makin mirip sama piaraan gue." balas Aldi melihat ekspresi Vena yang begitu menyedihkan bagi siapapun yang melihatnya.
"Emang apa piaraan kamu ?," Tanya Vena penasaran tentang apa yang dipiara oleh Aldi. Seingatnya dulu pria itu tak suka sama hewan. Vena jadi ingat ketika dulu ia dan kakaknya menjaili Aldi dengan membawa-bawa kucing dihadapan pria itu. Vena sebenarnya tahu kalau Aldi alergi dengan bulu kucing, tapi kakaknya yang terus saja memaksanya untuk menjaili Aldi, hingga akhirnya pria itu harus dibawa ke rumah sakit karena bersinnya tidak juga berhenti sampai petang hari. Sungguh malang nasib Aldi waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ta'aruf Yuk!
Romance"Cinta..... Kau datang tanpa dikira Lalu pergi tanpa menyapa Cinta...... Kau indahkan dunia Tapi tak lupa menabur luka Cinta...... Aku mohon kepadamu Jangan datang lalu pergi Jangan berbahagia lalu menyakiti...." Semua ini begitu menyesakkan, untuk...