Squishy Permintaan Maaf

107 5 1
                                    

"Tak akan mampu melukis dalam air jernih
dan tak akan pernah bertahan dalam gelora api
hingga semua hilang dan pergi
namun hati tak mampu berubah,
terus begini...."

💦💦💦

"Andai lo tau Ven, kalau Iqbaal ngelakuin ini itu demi lo. Tapi gue udah terlanjur janji sama Iqbaal buat gak ngasih tau semuanya." ucap Chelsea merasa bersedih dengan keadaan yang menimpa kedua temannya itu.

Vena berlari tak tentu arah, melewati koridor diantara lorong-lorong kelas dan sesekali pundaknya menabrak tubuh siswa lain yang tengah berlalu lalang di jam istirahat seperti ini. Walaupun demikian Vena tak mengindahkan pandangannya dan sama sekali tak ingin menggubris bincangan siswa-siswa terhadapnya walaupun sebenarnya ia mendengarnya.

Kakinya terus saja berlari diiringi kebencian yang terpatri dihatinya, kebencian akan sosok pria yang selama kurang lebih tiga tahun itu berhasil memenuhi setiap fikirannya. Setiap hatinya yang slalu saja mengagumi apapun yang pria itu lakukan.

Hingga tak ia sadari kakinya melangkah memasuki ruang perpustakaan yang terlihat tak berpenghuni karena diantara siswa-siswa di sekolah ini akan lebih memilih untuk menghabiskan waktu istirahat nya di kantin dari pada mengunjungi perpustakaan yang isinya monoton dengan sederetan buku yang tertata rapi disetiap rak nya.

Vena mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan ini. Tak mendapati siapapun ataupun makluk apapun yang menghuni ruangan ini. Sepi dan sunyi, itulah yang Vena tengah rasakan. Hanya sesekali suara seekor tikus yang tengah berkutat diantara jejeran buku-buku.

Vena melangkahkan kakinya perlahan menuju meja besar diantara bangku-bangku berwarna coklat tua. Vena duduk dengan segerombolan fikiran yang berada diotaknya. Tepatnya Iqbaal lah yang sekarang ini tengah mendominasi fikiran Vena.

🍁🍁

"Ve.. Gue udah gak bisa sahabatan lagi sama lo, selama ini gue sadar kalo lo itu cuma bisa jadi beban buat gue. Lo yang udah ngerusak semuanya. Gue benci samo lo." Iqbaal mengatakan dengan lantang tepat dihadapan Vena. Meski ia tahu perbuatannya itu akan sangat menyakiti hati gadis itu.

"Apa ?," Vena terkejut dengan apa yang dikatakan Iqbaal padanya, ia tak memyangka dengan pertemuan mereka hari itu, Iqbaal mengajaknya bertemu di taman hanya ingin mengatakan sesuatu yang tak Vena harapkan.

"Apa maksut kamu dengan ngomong kaya gitu baal ? Jadi selama ini aku cuma jadi beban buat kamu ? Persahabatan kita selama ini itu cuma palsu ? Aku gak nyangka kamu bisa setega ini sama aku baal...hiks.." Vena merasa hatinya sangat hancur setelah mendengar apa yang pria itu katakan. Ia mencoba menepis air matanya yang keluar melewati sudut matanya.

"Ya! Selama ini gue cuma pura-pura baik sama lo." Iqbaal kembali mengeluarkan kata-kata yang mungkin akan sangat menyakiti hati Vena.

"Tapi kenapa baal ? Kita sahabatan udah hampir tiga tahun, kenapa kamu baru ngomong sekarang ?," tanya Vena bingung dengan sikap Iqbaal yang tiba-tiba saja berubah.

"Karna gue udah janji sama Aldi buat jagain lo Vena! Aldi yang bikin gue gak bisa jauh dari lo, karna gue gak mungkin ngekhianatin janji gue sama dia. Maafin gue kalo kebenaran ini bikin lo sakit, tapi gue udah gak tahan lagi. Karna lo yang bikin Steffy ngejauh dari gue." Iqbaal berucap penuh penekanan disetiap katanya walaupun ia hanya berbicara dengan pelan.

"Steffy ? Jadi selama ini kamu suka sama Steffy ? Tapi kenapa kamu gak ngomong sama aku baal ? Kalo kamu bicara dari awal mungkin aku gak akan ngehalangin kamu, gak kaya gini caranya." Vena merasa sakit setelah tau kebenaran yang selama ini Iqbaal sembunyikan darinya. Sakit. Ya sakit itu begitu dalam, rasanya seperti tergores pisau tajam. Sesak yang ia rasakan membuat tubuhnya terasa kaku serta lemas.

Ta'aruf Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang