"Rindu....
Hati ini yang slalu menyapamu...
Dalam penghujung malamku....
Kau yang kusebut dalam doaku...
Kalau boleh aku meminta pada-Mu...
Berikanku waktu...
Sedetik saja untuk bertemu..."***
"Ven..." ucap seseorang dari belakang Vena. Suara itu sangat familiar ditelinga Vena. Vena membalikkan tubuhnya dan mendapati seseorang berdiri tepat dibelakangnya diiringi senyuman manis yang tercipta dibibirnya."Salsha ? Kamu dari mana sih ? Tumben baru dateng ?," tanya Vena melihat kedatangan Salsha yang barusaja menghampirinya.
"Maaf ven, aku tadi ke apotik dulu beliin obat nenek," ucap Salsha membalas pertanyaan Vena, "Yaudah yuk masuk ke kelas, kek nya Bu Luvi udah mau dateng deh," ajak Salsha menggandeng tangan Vena seraya melangkah beriringan bersamanya.
"Sal ,nanti anterin aku ya ke pesantren," ucap Vena meminta Salsha mengantarkan ke tempat yang slalu ia tuju sehabis kuliah.
"Emangnya tadi kamu bareng kak Verrel ya ? Kok kamu gak bilang-bilang sih kalo mau dianterin kak Verrel ,kalo tahu gitu mah tadi aku kan bisa cepet-cepet biar ketemu sama abang ganteng," ucap Salsha sedikit kesal perihal ketidaktahuannya. Ya! Salsha menempatkan hatinya jatuh pada kakak sahabatnya itu sejak lama. Gadis ini sangat pintar menyembunyikan perasaannya, Vena saja baru tahu dua bulan yang lalu kalau Salsha ternyata suka sama kakaknya.
"Iya maaf deh Sal, aku lupa mau ngasih tahu, kalau mau ketemu kenapa kamu gak main aja ke rumahku," saran Vena yang kemudian ditanggapi Salsha dengan cengiran khas dari bibirnya.
"Iya kapan-kapan aku main ke rumah kamu deh, sekalian mau ngerjain tugas," jawab Salsha memutuskan untuk mengiyakan saran Vena.
***
"Tunggu nak ,kakek mohon tetaplah disini. Bantulah kakek mengurus pesantren ini. Jadilah guru untuk santri-santri kami." ucap K.H. Ahmad Munawir pada pemuda yang baru saja datang seminggu yang lalu. Kakek Ahmad nampak berusaha mencegah kepergian pemuda yang berdiri tepat dihadapannya itu.
"Maaf ,maafkan saya Kek. Saya harus mengunjungi pesantren yang lainnya." Ucap pemuda ini dengan rasa bersalah terhadap kakek Ahmad. Pasalnya ia mengunjungi setiap pesantren hanya untuk menyalurkan dakwahnya dan setelah satu minggu ia akan mencari pesantren yang lain.
"Kak Iqbaal.... Kami mohon ,kakak jangan pergi. Tetaplah disini kak, kami membutuhkan ilmu kakak untuk memperdalam ilmu kami. Tetap jadi guru kami kak," ucap lembut salah seorang santri yang selama satu minggu ini di bimbing oleh pemuda ini. Iya pemuda ini bernama Iqbaal, tepatnya Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan. Pemuda sholeh serta tampan ini banyak disukai oleh santriwan-santriwati yang berada di pesantren ini.
Sikap Iqbaal yang ramah serta sopan sangat dihormati dan disegani oleh penghuni pesantren. Awalnya mereka mengira Iqbaal adalah orang jahat yang akan mengganggu pesantren mereka karena kedatangannya yang tak terduga. Tapi setelah Iqbaal berusaha menjelaskan akhirnya mereka mengerti dan selama satu minggu ini Iqbaal berhasil menarik perhatian mereka.
"Iya kak, ajari Dante jurus-jurus yang lain agar nanti Dante bisa nyelametin teman-teman ketika ada yang menyerang," ucap santri yang baru berumur 7 tahun seraya memperlihatkan ketidakrelaannya mengenai kepergian Iqbaal, kedua mata kecilnya nampak berkaca-kaca.
Iqbaal yang tak kuasa melihat mereka memohon padanya, hatinya luluh seketika. Dan akhirnya ia menganggukkan kepalanya dan tersenyum lembut seraya mengelus rambut Dante.
"Iya Dante, kak Iqbaal akan tetap disini, Dante gak boleh nangis. Masak jagoan nangis sih ? Malu dong sama yang lain." ucap Iqbaal lembut seraya berjongkok menyetarakan tingginya dengan tinggi Dante. Ucapan Iqbaal mampu membuat semua orang tersenyum lega tepatnya tersenyum bahagia. Dante sontak memeluk Iqbaal dengan erat, seakan Iqbaal adalah kakak kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ta'aruf Yuk!
Romance"Cinta..... Kau datang tanpa dikira Lalu pergi tanpa menyapa Cinta...... Kau indahkan dunia Tapi tak lupa menabur luka Cinta...... Aku mohon kepadamu Jangan datang lalu pergi Jangan berbahagia lalu menyakiti...." Semua ini begitu menyesakkan, untuk...