Bab 1 : Andin pov

19 3 3
                                    

Namaku Andin. Umurku masih 15 tahun. Hari ini hari pertamaku masuk SMA Harapan dan ini bener—bener sekolah yang gak bisa aku bayangkan.

Sekolah yang katanya ter-kenal dan populer ternyata sangat mem-bosankan! Mana lagi aku tidak punya teman disini satupun. Memangnya ada yang mau berteman dengan ku karena sifatku ini?. Huh. Sungguh menyebalkan!

Ditengah keramain murid—murid pindahan, ada seorang murid perempuan yang menarik perhatianku. dari pakaiannya dia terlihat gadis yang tomboy,simpel dan sepertinya cocok denganku. Gayaku mirip sepertinya.

Aku tersenyum setelah mengetahui bahwa ada murid perempuan yang mirip denganku. "Siapa tau bisa jadi temen gue?" Pikirku. Tanpa banyak tanya aku langsung menghampiri murid itu. "Hai." Kataku.

Sepertinya aku menyesal menyapa nya. Dia hanya melirik kusekilas lalu kembali memainkan hand-phonenya. Memang ya anak jaman sekarang!. "Anak pindahan juga? Main sama gue yuk!"

"Ya." Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Sepertinya dia melanjutkannya lagi. "Gue Vira. Salam kenal." Dia mengulurkan tangannya ke aku. Ingin berjabat tangan.

"Gue Andin. Semoga kita bisa bersahabat ya!" Setelah kata-kata itu keluar dari mulutku. Kita hening. Akward moment tuh ya kaya gini!.

Setelah keheningan itu. Vira memberanikan diri untuk berbicara. "Kekantin yuk! Laper nih!" Aku hanya mengangguk kecil. Tiba—tiba dia menarik tanganku. Dengan cepat kilat kami sudah berada di kantin. Astaga! Kantinya ramai banget!.

Disana—sini kursi sudah penuh berisikan murid—murid pindahan. "Dipojok ada kursi tuh lagi dua. Pas banget!" Kataku. Akhirnya,Aku dan Vira duduk dikursi paling pojok (pastinya setelah mengambil makanan).

Aku yang enggak ingin akward moment seperti tadi terulang mencoba mengajaknya berbicara. "Lo anak pindahan mana?" Tanyaku. Dia menoleh dan berkata "SMA Bangsa" Aku hanya membalas dengan 'Oh'. Setelah itu akward moment ter—ulang lagi. Ughh!.

Setelah mengalami akward moment selama sejam aku dan Vira langsung melesat pergi ke aula. Tempat awal kami berkumpul karena ada panggilan dari kepala sekolah melalui speaker yang ada dikantin.

Tenyata sekolah ini cukup besar juga! Aku sampai bingung aulanya dimana dan lagi disini banyak banget ruangan! Kalau aku tinggal disini aku bisa stress karena tidak menemukan ruangan yg aku cari karena saking banyaknya ruangan.

Tanpa sadar aku sudah berada didepan aula. "Masuk yuk" ajak Vira. Aku hanya mengangkat bahuku lalu masuk bersamanya kedalam aula. Aula sudah penuh dengan siswa–siswi yang berdesak—desakan. Astaga Naga!.

"Selamat siang anak–anak pindahan. Saya selaku kepala sekolah akan memberikan beberapa arahan kepada kalian. Jadi saya mulai dari peraturan—peraturan yang ada disekolah ini.." kepala sekolah memberikan penjelasan tentang larangan membawa barang—barang terlarang kesekolah,tidak dibolehkan memakai sepatu ber-merek mahal dan sebagainya. Dan disini terlalu banyak larangan! Untung saja masih boleh bawa hp!.

Aku sudah terlalu bosan disini!. Apa tidak boleh mendengarkan musik?.

Akhirnya. Dua jam kepala sekolah memberikan penjelasan eh bukan tapi pidato dan selama dua jam juga bokongku harus duduk ditempat kursi yang sama sekali enggak empuk!. Ughh!.
Untung saja sekarang semua murid boleh pulang kerumah masing—masing dan aku bisa berbaring ditempat tidur atau bermain dengan kakakku. Aku memang enggak bisa jauh dari keluargaku! Apalagi kamarku!.

***

Dimobil (menuju perjalanan pulang kerumah) aku hanya bisa menceritakan ke kakak dan mamaku betapa bosannya aku di SMA Harapan "Ya. Biar kamu bisa mandiri. Gak manja lagi." Cuma itu kata mamaku. Kakakku hanya bisa tertawa kecil mendengar kata mama. "Apa sih mama!" Kataku.

Kakakku meng–acak–acak rambutku. Dia enggak tau apa susah rapikan rambutku ini!. "Jangan di acakin lagi kak! Ini udah rapi!" Kataku. Dia hanya tertawa." Cuma gitu aja marah! Gimana nanti kalo disekolah ketemu temen yang jailnya lebih dari kakak?" Aku hanya mendengus. Kadang kesal punya kakak kayak kak Ian. Ngeselin!.

Kak Ian kakak ku. Ian itu cuma nama panggilan nama aslinya,Fadian. Kak Ian udah kuliah semester 2. Umurnya.. enggak tau deh! Tanya kak Ian aja nanti. Walau udah kuliah,kak Ian kelakuan nya masih sama kaya dulu. Masih suka ngejailin adiknya! Tapi jangan salah. Gitu—gitu kak Ian udah punya pacar!. Mana pacarnya cantik lagi!.Ughh!.

Akhirnya setelah dua jam lama di perjalanan aku sampai juga dirumah. Cepat cepat aku berlari dari pintu garasi rumah ke kamarku. Dari garasi kekamarku tidak begitu jauh. Aku naik ke lantai dua dan lari kekamar yang paling pojok lalu aku buka pintunya dan hidupkan lampunya.

Berbaring dikasur empuk dengan sepray berwarna putih. Nyaman. Hanya itu yang aku rasakan saat sesudah berbaring dikasur empukku. Tapi rasa nyamanku harus pergi ketika seseorang membuka pintu kamarku. "Andin!" Teriak seorang laki—laki yang sudah aku kenali suaranya. Ugh dia lagi!. Anak tetangga sebelah rumahku. Anak laki—laki yang culun,manja,dan dengan seenak jidatnya masuk kekamar ku tanpa se—izinku. "Ngapain lo kesini?" Tanyaku sewot.

Dia hanya bisa tersenyum memperlihatkan kawat—kawat giginya yang tersusun rapi berwarna biru muda itu. Aku menyesal berkenalan dengannya saat kecil. "Gue kangen sama looo andinnnn!" Teriaknya lagi (kali ini lebih keras).

"Sayangnya gue enggak." Jawabku ketus. Jujur,aku kurang suka deket sama laki—laki (kecuali kakakku) setelah aku SMP karena aku ngerasa beda aja waktu kecil.

"Kok lo jadi berubah kegue akhir–akhir ini sih din? gue ada salah sama lo? kalau ada ya maafin gue. lagi pula kita kan udah temanan dari kecil udah kayak saudara" Asal dia tau aja sih. Aku males banget nyari masalah sama dia soalnya mama pasti ngebela dia dan itu ngebuat aku harus pasrah kalau main sama dia dan pura—pura seneng aja.

"please.. adit... gue tau lo kesini niat baik kangen sama gue tapi.. gue capek baru habis dari SMA dan baru lima menit gue baringan lo main masuk kamar gue aja" Aku menghelas napas ku. Adit cuma bisa nundukkin kepalanya terus dia minta maaf "Maafin gue ya din" terus dia keluar dan pulang. Mama yang baru aja mau masuk kamarku kaget waktu liat Adit pulang sambil lari—lari kecil. "Adit kenapa?" Aku cuma ngangkat bahu "Enggak tau"

Semoga dengan begini dia bisa ngertiin aku.

Haii reader tercinta!
Semoga kalian suka ya sama ceritanya!
Jangan lupa vote sama comment!
Kalau mau kasi saran atau kritik bsa coment yaa
Thank'you❤️

Two girl's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang