Bab 2 : SMS

12 2 1
                                    

Semenjak kejadian minggu lalu aku sama adit jadi kaya orang enggak pernah kenal. Aku mau berangkat ke SMA dan keluar dari garasi dia enggak pernah nyapa walaupun kita sering papasan didepan rumah. Aku tau mungkin aku salah juga karena aku tau dia anaknya gak bisa dimarah tapi kan waktu itu aku marahnya kecil dan aku juga lagi capek. Harusnya dia juga bisa ngertiin.

Enggak ada lagi yang biasanya sebelum tidur aku ajak chattingan enggak ada yang biasanya nyapa waktu papasan. Pokoknya kayak orang saling enggak kenal deh. Jadi makin enggak semangat sekolah nih kalo kayak gini. Mana mama juga sering nanyain kenapa adit enggak pernah main kerumah lagi karena apa. Ughh!. Kok aku ngerasa bersalah gini.

"Lo kenapa din?" Vira noyor kepalaku. Saat ini aku lagi dikantin sekolah. Hari pertama masuk SMA Harapan. Guru—gurunya baik–baik. Seragamnya bagus. Warnanya cerah. Lingkungannya bersih. Senior—seniornya juga ramah. Merasa dikacangin, Vira teriak di telingaku "ANDIN!"

Aku tersentak kaget "kenapa sih vir?" Tanyaku sewot. Dia cuma mencibir,"gue dikacangin!" Aku cuma ketawa kecil liat Vira cemberut. Saat ini aku belum berani cerita atau curhat ke Vira soal apa yang aku rasain atau yang aku alamin karena aku belum 100% percaya sama dia walau kita udah lumayan deket.

"Gue enggak kenapa–napa kok vir. Tenang aja!" Aku tersenyum. Setelah itu Vira ngelanjutin kegiatannya makan. Anak ini memang dari kemarin kerjanya makan terus alasannya sih lapar. Tapi aku tidak yakin lapar.

"Gue udah selesai nih makannya Vir. Gue duluan kekelas ya!" Vira cuma ngangguk tapi matanya masih kemakanan seakan dia denger tapi enggak peduli. Ughh! Vira vira.

Aku jalan lewatin koridor kelas 10B dan 10C. Aku jalan kekelas 10D lalu masuk. Pelajaran kali ini Kimia. Duh! Susah amat!. Aku duduk disebelah tempat duduk Vira. Aku sama Vira duduknya memang gak bisa misah. Udah kaya apa aja!.

Suasana kelas sekarang masih ramai sama anak—anak yang lari–larian. Aku cuma bisa mandang ke arah luar jendela karena aku enggak punya temen di kelas selain Vira. Tiba–tiba hand-phoneku berbunyi. Ada SMS masuk.

Aditya : Gimana kabarnya disekolah baru?

"Adit udah enggak marah sama gue?" Pikirku.

Andin : Disini enak sih. Nyaman. Eh by the way, lo udah enggak marah sama gue?

Setelah aku mengirimkan pesan itu aku harus menunggu beberapa menit untuk mendapat balasan.

Aditya : Gue enggak marah sama lo.

Andin : terus kenapa lo kaya menjauh dan enggak mau temenan sama gue?

Aditya : Gue cuma malu aja soalnya gue kan enggak pernah dimarah sama lo

Andin : Oke. Jadi kita baikan ya?

Aditya : iyaa

Aku bahagia banget. Walau aku enggak terlalu suka sama Adit tapi dia itu udah segalanya buat aku. Aku juga khawatir kalau misalnya aku sama Adit bertengkar.

Bel tanda pelajaran sudah berbunyi. Aku cepat—cepat mengeluarkan buku Kimiaku dari tas. Kali ini aku mengikuti pelajaran dengan santai tanpa ada hambatan dipikiranku tentang Aditya. Otakku serasa plong kosong tidak ada yang menghambat.

Semua materi pelajaran aku tulis dengan rapi. Sementara perempuan disampingku? Vira dari tadi hanya menulis dengan malas–malasan bahkan dia beberapa kali kudapati hendak tidur dikelas. Sebelum ketauan Pak Guru aku seger menoyor kepalanya. Walau hanya toyoran kecil tapi ia bisa bangun juga.

***

Hari ini hari Sabtu. SMA libur hari ini. Memang jadwalku itu Senin sampai Jumat. Hanya sekolah lima hari saja. Aku enggak punya kegiatan hari ini. Vira main kerumah saudaranya di Bogor dan aku hanya bermalas–malasan dirumah.

Kak Ian pergi berdua sama pacarnya dari pagi. Mama sama Papa enggak tau kemana. Aku sendirian dirumah. Apa mungkin ngajak Aditya pergi aja ya?. Boleh juga tuh.

Aku buru–buru keluar rumah tanpa banyak omong. Lari ke depan pintu garasi dan pergi kerumah Aditya yang terletak disebelah rumahku. Rumahnya cukup besar dan bertingkat 2. Kamar Aditya berada disebelah kamarku jadi kalau aku membuka korden akan langsung menghadap ke jendela kamarnya.

Aku mengetuk pintu rumah Aditya. 3x ketukan. Belum ada yang keluar. 3x ketukan lagi dan belum ada yang keluar. Apa Aditya pergi? Tumben sekali dia pergi!. Ughh!.

Aku berlari ke garasi rumahku dan kembali masuk kerumahku. Sungguh hari sabtu yang menyebalkan!.

Kak Ian pulang kerumah tepat pukul 3 sore. Kayanya dia capek jalan–jalan sama pacarnya. "Kak Ian kok jalan–jalan enggak ngajak aku?" Kak ia noleh "ngapain jalan–jalan sama pacar ngajak adik?" Katanya lembut tapi menusuk dihatiku.

Aku cemberut dan kak Ian cuma ketawa. Aku lari kekamar ku dan pikiranku mulai melayang jauh dan tinggi. Berharap memiliki pacar. Sepertinya aku harus punya gebetan dulu baru punya pacar!

Aku membuka hand-phoneku dan mendapati satu SMS dari Aditya.

Aditya : lo kerumah gue tadi?

Andin : lo tau dari mana? Dan lagi kenapa rumah lo enggak ada orang?

Aditya : gue ikut nyokap sama nyokap kenikahan temennya nyokap. Maaf ya andin!

Andin : ah gue sebel sama lo.

Aditya : sebagai permintaan maaf gue besok kita jalan–jalan aja gimana? Kan minggu

Andin : kemana?

Aditya : ya. Semau lo aja gue yang anterin. Udah ya gue dipanggil nyokap nih! Bye!

Andin : okey!

Harusnya jalan–jalan besok sukses. Tapi...

Two girl's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang