"Berhenti merengek padaku hyung karena aku tidak akan berubah pikiran.” Jaehyun mengatakan itu saat dia meraih kunci mobilnya dari meja dapur. Sudah rapi dan keren.
Sialan benar anak itu pada yang lebih tua. Siapa yang merengek? Taeyong meminta baik-baik. Catat, baik-baik. Permintaannya juga sederhana. Ikut. Sudah.
"Aku diberi tanggung jawab untuk mengawasimu jadi biarkan aku ikut,” kata Taeyong lagi. Tidak ada yang bisa mengalahkan sifat keras kepala miliknya. Apalagi jika ditambah tatapan tajam dan dingin terbaik. Senyum bermain di bibirnya saat di melipat tangan di depan dada. “Atau kau mau aku menelpon ayahmu sekarang?” ancamnya memamerkan ponsel. Ancaman kosong semata. Taeyong bahkan tak tahu nomor pribadi kepala keluarga Jung itu. Dia baru ingat jika lupa memintanya! Oh, tidak, bodohnya dia.
“Hyung kau menyebalkan!”
Tapi Jaehyun lebih bodoh darinya karena percaya begitu saja.
Haha. Kena kau!
“Oke. Naik. Hyung boleh ikut,” katanya kesal pada akhirnya. Jaehyun merasa kalah. Perasaan yang mengerikan, pikirnya. Dia mulai berjalan keluar pintu rumah dan Taeyong mengikuti di belakangnya. Berbangga hati karena bisa merubah pendiriannya.
Inilah Lee Taeyong. Jangan main-main denganku, bocah.
Taeyong duduk di kursi penumpang dari mobil mewah untuk kedua kalinya. Wow. Pertama saat dijemput oleh paman Yunho ke sini dulu dan sekarang bersama Jaehyun. BMW ke Lamborghini. Berapa harga satuannya? Berapa banyak angka nol yang dibutuhkan untuk total uangnya? Taeyong mendadak pusing jika memikirkan itu. Sepertinya dia harus mulai terbiasa dengan segala kemewahan yang ditawarkan keluarga Jung.
CKIIIIIITTTTT―!
“YAAAAAAAA!”
Tapi dia tak punya waktu untuk mengagumi interior dari kendaraan yang dia naiki atau menikmati perjalanannya sama sekali. Jaehyun melesat di jalan tanpa peduli apapun. Dia menyetir di atas kecepatan pengguna jalan normal. Sudah seperti pembalap gila yang Taeyong tonton di film-film. Tubuhnya sampai terbanting pelan ke sisi pintu.
Persetan dengan mobil bagus, Taeyong lebih memilih naik bus saja jika begini ceritanya!
Sudah sepucat apa wajahnya Taeyong tidak tahu. Yang jelas dia mencengkram sisi kursi dan seatbeltnya erat-erat, diam-diam berdoa agar tidak mati. Dia belum lulus, belum bekerja, dan yang lebih penting lagi, dia belum menikah!
Jung Jaehyun sialan!
“Sudah sampai hyung,” beritahunya tenang saat mereka akhirnya sampai di depan rumah yang tidak kalah mewah. Dia memarkirkan mobilnya bersama mobil-mobil sejenis yang lain dan keluar, berjalan pergi tanpa menghiraukan orang yang datang bersamanya.
Taeyong yang masih syok dan ketakutan tidak bisa bergerak. Matanya yang sedari tadi tertutup, perlahan terbuka. Dia sibuk menormalkan napas cepat akibat dari adrenalin dalam darahnya. Setelah tenang, baru dia keluar. Membanting pintunya tertutup keras-keras. Tanpa peduli berapa besar kemungkinan dia membuat kerusakan pada benda itu.
“Kau mau mati, hah?! Jangan ajak-ajak aku!” murkanya.
“Suruh siapa hyung mau ikut denganku.”
Taeyong semakin kesal saat melihat seringai di bibir Jaehyun. Apalagi melihatnya tertawa lalu meninggalkannya di belakang lagi.
Dia pasti sengaja!
Apa ini caranya balas dendam? Kekanakkan sekali, pikirnya. Taeyong berlari mengejar Jaehyun dan meraih lengannya, menghentikannya. "Mau kemana kau? Kau tidak berniat pergi begitu saja dan meninggalkanku di sini kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter
FanfictionApa jadinya jika Taeyong harus menjadi babysitter Jaehyun, pemuda berusia tujuh belas tahun yang penuh masalah? Jaeyong (Jaehyun x Taeyong) Yaoi. BxB.