Halo buat yang lagi baca ini! Selamat menyesal! Seperti yang udah kalian baca dari "Tentang Jurnal", gue Adi. Boleh panggil Adi aja, atau Michael Jakson (ngarep). Gue adalah anak kedua dari dua bersaudara. Sayangnya, tidak seperti anak bungsu pada umumnya, gue justru mendapat perlakuan biasa aja. Hirarki di keluarga gue menganut asas kerajaan. Di mana orang tertua mendapat pangkat lebih tinggi. Bokap gue, misalnya. Dia adalah raja yang menuntun ke mana keluarga gue berjalan. Di bawahnya ada Abang gue yang bertugas sebagai pangeran kerajaan. Di bawahnya lagi, baru gue. Tugas gue? Oh tentu. Jagain sendal pemilik kerajaan.
Dengan memiliki pangkat terendah ini, gue harus siap siaga. Semakin lama tinggal di rumah ini, pendengaran gue menjadi lebih terasah. Kuping gue seakan peka terhadap kalimat, 'Mas, tolongin bapak sebentar...' Kenapa gue yang panik? Karena dalam 4 detik berikutnya, kalimat itu akan berubah menjadi, 'Dek, tuh bantuin Bapak!' Oh betapa nikmatnya jadi anak bungsu. Semua orang selalu butuh kita. Untuk diperbudak.
Respon orang-orang ketika tahu nama lengkap gue biasanya "Gila, nama lo jawa abis!" Entah karena dia tahu artinya, atau hanya sekadar menebak. Emang, katanya salah satu ciri khas nama jawa adalah: banyak huruf "O"-nya. Sama seperti Cecep yang khas Sunda, banyaknya huruf "O" di dalam nama seseorang mengindikasikan dia semakin kental jawanya. Nama "Bejo" misalnya, terasa cukup jawa. "Handoko" lebih jawa lagi. Kalo mau yang jawa banget bisa pilih nama "Sontoloyo".
Memang, keluarga gue termasuk keluarga jawa yang entah kenapa gue SAMA SEKALI gak bisa bahasa jawa. Ini menjadi problem tersendiri ketika gue pulang kampung ke Jogjakarta atau Magelang. Alhasil, setiap kumpul keluarga, gue SAMA SEKALI GAK NGERTI obrolan orang. Satu-satunya kata dalam bahasa jawa yang gue paham cuman: jancuk. Sebuah kata yang berarti "kampret". Masalahnya, satu-satunya kesempatan gue menggunakan kata jancuk ketika lagi kumpul keluarga adalah sewaktu semua orang sibuk mengobrol lalu entah atas alasan apa selangkangan gue ketumpahan teh panas.
Oke, mungkin cukup urusan keluarga. Sekarang lanjut ke pendidikan. Sewaktu SMA, gue masuk IPA. Entah kenapa saat itu gue merasa kalau masuk IPA akan meningkatkan kesan kalau lo anak yang pintar. Kayaknya apapun yang keluar dari mulut anak IPA akan bikin orang ngangguk-ngangguk sambil tepuk tangan. Sekali lagi gue tekankan di sini, apapun. Meskipun hal itu tidak nyambung dengan konteks pembicaraan, tidak apa-apa. Yang penting kamu harus mengeluarkan kata yang jarang digunakan. Coba aja kamu lagi jalan ke kantin, lalu tunjuk satu gerobak dan bilang, 'Isi batagor itu kantung kemih!' Pasti kamu bakal ditepokin rame-rame. Abis itu ditendangin sampe bugil.
Lulus SMA, gue pengin banget kuliah di jurusan komputer. Waktu itu kalau nggak salah gue milih Sistem Komputer di UI. Buat gue, anak yang ngerti komputer itu keren abis. Kesannya misterius, canggih, nggak gaptek. Bisa nge-hack akun orang lalu update status 'Aku mau ee!' menjadi salah satu motivasi gue waktu itu. Sayangnya, gue nggak keterima. Gue menyadari kalo ilmu gue soal komputer masih agak cetek. Salah satu ilmu yang gue tahu tentang komputer adalah: Sebelum make komputer, tombol powernya dipenncet dulu.
Akhirnya gue mencari jurusan lain yang sesuai. Dan singkat cerita, gue keterima di jurusan Kehutanan di IPB. Oke, gue tahu dari Sistem Informasi ke Kehutanan itu jauh banget. Jauhnya mungkin kayak pas kita ke sebuah restoran italia, mesen Linguine aile Vongole, lalu begitu pelayannya datang ke meja, yang dikasih malah Lintongue aile sayure. Atau dalam bahasa sehari-hari... LONTONG SAYUR.
Karena gue malas potong rambut, akhirnya selama di kampus rambut gue gondrong (masa sih?). Lalu terciptalah beberapa panggilan untuk gue: keribo, brekele, Michael Jackson (ngarep part 2). Rambut gue emang agak ngembang ketika panjang. Dan yang gue malesin ketika berambut panjang adalah... banyak orang yang ngebecandain dengan bilang, 'Makanya jangan kebanyakan makan mie!' Apa hubungannya coba makanan sama bentuk fisik seseorang? Emangnya ada yang makan kue tete terus besoknya jerit di kamar, 'AAAARRGHHH TETEKU TUMBUUUH!!'
Ya udah deh. Segini dulu ya perkenalannya. Mungkin di postingan selanjutnya gue mulai ceritain kehidupan gue yang geblek ini. Hehehe. Anyway, setelah sekian lama rambut panjang, gue akhirnya potong rambut juga. Jadi krisis identitas deh nih. Huhuhu.
It's nice to know you guys! \(w)/
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal
HumorJurnal adalah buku harian Kresnoadi. Baca "Tentang Jurnal" untuk mengetahui segala hal tentang Jurnal ini.