3. Ooh

207 12 0
                                    

Sore harinya seperti biasa eskul tonti diadakan. Waktu terus berjalan hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 16.55, "Seluruhnya tanpa penghormatan... bubar... jalan!!!"

Latihan hari ini telah berakhir, seperti biasa setelah berdoa kami di persilakan untuk pulang. Tapi kami selalu duduk-duduk untuk melepas lelah.

"Eh.. kemarin aku menyisakan potongan cokelat buat kalian, bentar aku ambil di tas dulu." Kataku disertai anggukan Tasya dan Lisa.

Saat aku hendak mengambil tasku, "Aaah..." tak sengaja telapak tangan kiriku tergores semak belukar.

"Kenapa, Chik?" Tanya Lisa.

"Eh.. ini cokelatnya aku kesana dulu ya." Kataku sambil memberikan cokelat. Aku bergegas menuju UKS untuk meminta obat merah.

Ternyata di ruang UKS ada seorang siswa, "Eh.. permisi aku boleh minta obat merah?" Tanyaku. Dia hanya menunjuk ke arah kotak obat, aku bergegas mengambilnya.

Tiba-tiba dia ada di belakangku, "Tanganmu kenapa?" Tanyanya sambil memeriksa tanganku.

"Hm tadi tergores semak belukar." Jawabku menahan sakit.

"Biar ku obati." Sahutnya sambil mengobati lukaku. Aku baru ingat dia adalah orang yang aku tabrak tadi pagi.

"Ehm.. terimakasih." Sahutku ketika dia selesai mengobati lukaku.

"Ya.." Jawabnya.

"Hm.. kenalkan namaku Chika." Kataku sambil mengulurkan tanganku.

"Aku Gilang.." Jawabnya sambil menerima uluran tanganku.

"Hm.. Maaf aku telah menabrakmu tadi pagi." Sahutku.

"Oh.. tak apa." Jawab Gilang.

"Hm.. sudah sore, aku pulang dulu." Lanjut Gilang.

Aku hanya membalas dengan anggukan, Gilang pun berlalu. Aku masih penasaran dengan dia, kenapa dia begitu kaku? Saat aku hendak keluar, aku melihat nama-nama piket UKS yang lengkap dengan nomor telepon. Aku segera mencatat nomor telepon Gilang dan bergegas pergi.

"Eh, dari mana aja? Lama bgt!" Tanya Tasya yang hanya sendiri.

"Lisa mana?" Tanyaku.

"Udah pulang, jawab dulu yang tadi!" Ketus Tasya.

"Dari UKS, ngobati ini." Jawabku sambil menunjukkan tanganku yang diperban.

"Pulang yuk!" Lanjutku. Kami pun pulang.
Sampai di rumah, aku segera menghubungi Gilang.

"Hallo..."

"Hallo... ini siapa ya?"

"Ini aku.. Chika."

"Hah!"

"Iya.. ini aku..."

"..."

"Hallo... Kamu masih disitu?"

"Hm iya...ada apa?"

"Aku hanya ingin memberitahu bahwa ini adalah nomorku, tolong disimpan."

"Oke.."

"Terimakasih.."

"Ya.."

Aku pun menutup telepon dan menjalankan aktivitasku seperti biasa. Entah kenapa aku ingin berteman dengannya. Tiba-tiba ponselku berbunyi aku tak percaya Gilang menelponku.

"Hallo.."

"Hallo.."

"Ada apa?"

"Apa aku boleh berteman denganmu?"

"Hah!"

"Kenapa? Kamu tak mau jadi temanku?"

"Bukan... Aku hanya bingung, kamu menelponku hanya ingin bilang itu?"

"Iya.. kenapa? Tak boleh?"

"Hahaha... tentu saja boleh."

"Baiklah.. terimakasih telah mau menjadi temanku."

"Ya..."

Setelah itu dia menutup teleponnya, bahasa yang dia gunakan begitu baku. Aku jadi makin penasaran dengannya. Aku bingung harus melakukan apa padahal ini adalah malam minggu. Aku memutuskan untuk grup call dengan Tasya dan Lisa.

"Hallo..."

"Hallo, Chik. Ada apa?"

"Iya, Chik?"

"Eh.. malam minggu nih, maen yuk!"

"Ayo...!!!"

"Boleh..."

"Yaudah, nanti ketemuan di tempat biasa ya"

"Oke... Aku langsung otw."

"Ya... Aku juga.."

Aku pun menutup telepon dan bersiap pergi.

"Ayah... Ibu... Aku pergi dulu ya.. Assalamualaikum.." Pamitku.

***

"Hai..." Kami saling menyapa saat bertemu, kami pun memutuskan untuk jalan-jalan sambil mencari tempat jajanan. Setelah menemukan tempat yang tepat, kami menikmati jajanan sambil bercanda ria.

Sementara itu, aku melihat seseorang seperti Gilang. Ku pastikan kembali bahwa itu benar-benar Gilang dan ternyata benar itu adalah Gilang, dia sedang asyik menyantap mie instan. Tapi kenapa dia sendiri? Ini kan malam minggu, apa dia tak mengajak pacar atau temannya? Aku ingin menemaninya, "Eh... Tasya, Lisa.. Aku ke sana dulu ya, kalau kalian mau pulang? Pulang dulu aja, di sana ada temanku." Sahutku.

"Oke." Jawab mereka bersamaan.

Paskibra LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang