Dua minggu berlalu begitu cepat. Gilang masih menjauhiku, padahal seminggu lagi aku akan berangkat ke Jakarta untuk karantina.
"Krrrriiiinnngggg..." Bel istirahat berbunyi.
Aku bergegas mencari Gilang, "Gilang.." Sahutku memanggilnya. Ketika Gilang mendengar dan melihatku, dia bergegas pergi seakan-akan dia tak mengenalku.
"Hm.." Desahku. Tak terasa air mataku jatuh begitu saja. Aku tak mengerti siapa yang menelponnya? Hingga ia harus menjauhiku.
Hari ini diadakan event di sekolah, aku di pilih menjadi salah satu panitia. "Chik, ini tolong kasih ke Guru UKS ya!" Pinta Kak Dinda.
"Iya, Kak." Jawabku. Aku pun bergegas menuju UKS. Tak kusadari lantai basah, aku jatuh terpeleset. Aku segera memeriksa kakiku, apakah terluka? Ternyata tidak, aku merasakan sesuatu mengalir di tanganku. Ah.. perih yang kurasakan, darah segar mengalir dari lenganku. Aku melihat sebuah paku, tepat di tempat aku jatuh tadi.
Aku bergegas menuju UKS, dengan rasa perih yang semakin menjadi. Aku melihat Gilang di dalam ruang UKS. Melihatku datang, Gilang bergegas pergi.
"Heh, Lang.. lo gimana sih. Liat tuh!!! Tangan Chika berdarah..!!!" Sahut Alma, anggota PMR. Gilang tak bergeming dan tetap berlalu.
"Eh.. sini, Chik.. biar aku obati." Lanjut Alma disertai anggukanku.
Selesai mengobati Alma mengatakan, "Si Gilang kenapa sih?" Tanya Alma. Aku hanya menggeleng, "Eh.. Iya, Al.. ini ada titipan dari Kak Dinda untuk Guru UKS.." Sahutku.
"Oh.. ok.. makasih ya.." Jawab Alma.
Empat hari berlalu, Gilang semakin menjauhiku. Padahal aku hanya ingin berpamitan dengannya, karena hari ini adalah hari terakhir aku di sini.
"Krrrriiiinnngggg..." Bel pulang sekolah berbunyi. Dalam sekejap semua kelas telah kosong. Hanya tinggal aku dan Linda. Saat aku dan Linda keluar kelas, aku melihat Gilang. Aku segera mengejar Gilang tanpa sepengetahuannya.
"Gilang..!" Sahutku sambil menggandeng tangan Gilang. Ia kaget melihatku dan berusaha melepaskan tangannya.
"Lepaskan aku!" Sahut Gilang.
"Aku hanya ingin kita terus berteman, apa yang membuatmu seperti ini? Apa salahku? Hingga kau menjauhiku selama ini? Jawab! Gilang..." Kataku hingga tak terasa air mataku kembali menetes.
"Hiks... hiks... Jawab Gilang..!" Desakku hingga kini aku benar-benar menangis.
Gilang pun berubah.. menjadi yang ku kenal dulu.Ia menghapus air mataku dan mengatakan, "Ayahku menyuruhku untuk kuliah di luar kota, dan aku ingin kau tidak bersedih saat aku pergi nanti." Jelas Gilang.
"Tapi bukan begini caranya... Justru kau membuatku lebih sedih.. hiks... hiks..." Jawabku. Ia kembali menghapus air mataku.
"Maafkan aku, Chik.." Kata Gilang.
"Aku akan ke Jakarta besok untuk karantina Paskibra..." Kataku mengejutkannya. Dari raut wajahnya ia tampak menyesal telah menjauhiku. Dengan raut wajahnya yang menyesal, tiba-tiba ia memelukku seperti suatu tanda perpisahan.
"Sekali lagi maafkan aku, Chik.." Sahut Gilang sambil melepaskan pelukannya dan berlalu.
"Gilang..." Sahutku memanggilnya. Mendengar aku memanggilnya, langkah Gilang sempat berhenti. Ia membalikkan badan lalu tersenyum padaku dan kembali berlalu.
Linda yang hanya terpaku melihatku dan Gilang, menghampiriku dan memelukku. Aku kembali menangis dalam pelukan Linda. "Udah jgn nangis... anak tonti harus kuat.." Kata Linda menenangkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paskibra Love
Short StoryKisah seorang gadis yang bermimpi menjadi seorang paskibraka di istana negara. Ikuti perjalanannya menggapai mimpi dan perjalanan kisah cinta, tentunya. Salam Paskibra Love