7. Akhir...

190 10 0
                                    

Keesokan harinya, aku berangkat ke Jakarta. Selama di sana aku mengikuti karantina dengan baik. Dan kini tak terasa tgl 16 Agustus, esok hari adalah tujuanku Upacara bendera.

Keesokan harinya tgl 17 Agustus kami dapat menjalankan tugas dengan baik. Hingga beberapa hari kami pun kembali ke daerah masing-masing. Sampai di rumah aku disambut Linda dan keluarga. Ya walau lelah, keesokan harinya aku tetap masuk sekolah.

Dan di koridor aku bertemu dengan Gilang, ia memberikanku sepucuk surat dan sebatang cokelat. Aku membuka surat itu bersama Linda.

Untuk Chika,

Ku mohon maafkan aku, pelangiku. Kau selalu hadir disaat aku membutuhkanmu. Tanpa ku sadari, aku telah menyia-nyiakanmu.

Hanya karena hal sepele yang harusnya aku dan kau bicarakan terlebih dahulu. Aku ingin kita akan terus berteman selamanya.

Aku selalu berterimakasih kepada Tuhan karena telah mempertemukanku denganmu.

Anugerah terindah yang telah Tuhan berikan kepadaku. Karenamu, aku menjadi lebih semangat dan lebih berani menjalani hidup ini.

Terimakasih karena kamu sudah menjadi salah satu bagian dari kebahagian di hidupku selama ini.

Maafkan aku pelangiku, maaf kalau aku membuatmu takut dengan surat ini.

Penuh Cinta,
Penggemar Rahasia/Gilang

Ternyata benar dugaan Linda bahwa si penggemar rahasia adalah Gilang. Aku dan Linda bergegas mencari Gilang ke kelasnya. Tapi Gilang tak ada di kelasnya, dan seorang teman sekelasnya memberikan sepucuk surat dari Gilang.

"Keindahan taman belakang sekolah, membuatku nyaman akan kau dan aku."

Aku dan Linda bergegas menuju taman belakang sekolah, begitu sampai di sana aku sangat terkejut melihat begitu banyak balon berbentuk hati. Dan aku melihat Gilang sedang duduk manis menghadap danau dengan membawa boneka Kelinci yang sama dengan milikku, pemberian darinya.

"Gilang.." Sahutku memanggilnya. Ia pun menoleh dan berjalan menuju ke arahku. Dan memberikan boneka itu padaku.

"Ayahku bilang aku akan kuliah di sini, aku tak akan pergi kemanapun tanpa kamu." Kata Gilang.

"Chik, seandainya mungkin... Ku mampu terbang ke awan... Detik ini juga.. Ku akan melayang ke sana... Kan ku bawa pula dirimu... Bersama... Berdua... Kita... Bahagia..."  Jelas Gilang. Mendengar kata-kata itu aku hanya tersenyum.

"Aku mau kita terus bareng-bareng selamanya." Lanjut Gilang.

"Ya." Jawabku yakin.

"Tak akan ada kesedihan, tak akan ada air mata, dan tak akan ada keraguan. Aku dan kamu akan terus bersama tak akan ada lagi yang akan menghalangi kita. Kau dan aku tak akan terpisahkan walau apa pun yang akan terjadi nantinya, semua kita hadapi bersama-sama."

***Tamat***

Paskibra LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang