06.Mengikhlaskanmu

41 10 3
                                    

   Ya, gue sekarang udah duduk di bangku kelas 8. Itu berarti, kak Iki dan anak kelas 9 lainnya sekarang sudah lulus dan pergi meninggalkan kami. Kini, tinggal anak anak basket itu aja yang belum lulus. Dan, sementara itu mereka masih aja ngejek- ngejek gue.
   Yaelah brooww, mentalnya cupu banget sih lo, beraninya main ejek doang. Yang diejekin juga cewe lagi, nggak ada yang lain apa? Berhubung cewe itu lembut, penuh perasaan dan mudah tersinggung, gue jadi kesian sama cewe yang kalo pacaran selalu disakitin sama cowo nya. Sebenernya, tugas cowo itu kan 'ngelindungi cewe, bukan nyakitin perasaannya' .
   Hm..
   Gue ini emang termasuk orang pemalu. Mengagumimu aja selalu diam diam dan penuh rahasia alis secret admirrer gitu. Tapi, kalau dibilang secret admirrer nggak juga sih. Soalnya dia tau kalau gue suka dia, tapi dia nggak peduli. Dia tau gue kagum sama dia, tapi dia biasa aja. Dia tau gue punya perasaan sama dia, dia nggak. Sebuah tragedi cinta bertepuk sebelah tangan yang cukup tragis. Memang menyakitkan sekali ketika cinta hanya bertepuk sebelah tangan.
   Ya, tapi bagaimana pun juga, kalau yang namanya perasaan emang ngak bisa dipaksakan. Biarkanlah gue sekarang hanya menjadi sekian dari pengagummu, memperhatikanmu diam-diam dari kejauhan, dan memendam perasaan ini dalam-dalam. Gue sadar dan tau diri kalo gue bukan apa-apa di mata lo. Tapi, dengan cara lo yang seperti ini, membuat gue jadi tersakiti.
   Gue jadi inget. Saat itu, gue ikutan ekskul basket. Nah setiap ekskul, anak-anak itu selalu ngejekin gue. Ya, you know lah, anak-anak yang suka ngejekin gue kan anak basket. Otomatis pas gue ekskul, mereka dan juga Adit pasti ada. Secara, Adit juga anak basket. Dan gue tetep aja nggak bisa apa-apa selain hanya diam dan memendam, sabar, dan ikhlas.
   Sudah cinta bertepuk sebelah tangan, eh ditambah pem-bully-an yang tiada habisnya kek gini. Mungkin, ini yang disebut karma, karma karna gue pernah mengabaikan seseorang yang mencintai gue. Tapi, ya gimana, kalau gue nggak suka sama dia, masa harus dipaksain juga? Ya jelas aja gue abaikan. Dan, sekarang gue dapet karma dari itu semua. Saat gue begitu mencintai seseorang, ternyata gue dicuekin gitu aja.
   Bener cuy, karma itu ada. Jadi, jangan pernah main-main dengan karma. Jangan pernah menyakiti seseorang. Jangan pernah mengabaikan seseorang, jangan pernah. Karena, suatu saat nanti, pasti kalian juga akan merasakan sakitnya disakiti, sakitnya diabaikan. KARMA ITU ADA!
   Gue pun cuma bisa mencintai dia diam-diam dan penuh rahasia. Sampai suatu ketika, ada murid pindahan baru cewe disekolahan gue. Dia anak kelas 8f, berbeda dengan gue yang masuk di kelas 8g. Anaknya ya gitu deh, kulitnya coklat, pendek, agak gemuk. Waktu itu, gue kenalan sama dia pas lagi di mesjid. Pas lagi mau shalat dzuhur. Setelah berkenalan, akhirnya gue tau namanya. Nama panjangnya Agustiana rahmawati. Tapi, dia biasa dipanggil Tia. Perkenalan itu oun berlanjut dengan cerita-cerita curhatnya ke gue. Tapi, yang aneh, setiap gue manggil dia, entah kenapa dia selalu membalas gue dengan panggilan "kak". Padahal, kita kan satu kelas, gue penasaran dan mencoba tanya-tanya kenapa dia manggil gue kakak kek gitu.

"Eh kak, iya kak"

"Heh, nggak usah manggil pake kak segala sih. Kita kan seumuran."

"Iya kak, eh iya. Ehehe"

"Tuh kan masih aja manggil pake kak segala. Emang kenapa sih? Mau ngeledek muka gue yang tua?"

"Bukannya gitu. Soalnya, di kelas tadi, yang lain pada nyuruh aku manggil mereka pake panggilan kak. Katanya aku kan lahiran 2003, sedangkan mereka semua lahir tahun 2002 dan 2001. Jadi ya gitu."

"Ya ampun, keterlaluan banget. Cuma umur beda setahun doang dipermasalahin segitunya? Udah, santai aja Tia. Gue juga lahiran tahun 2003 tapi manggil mereka biasa aja tuh. Lu jangan mau terlalu diperbudak sama mereka. Elu jangan mau kena tindas mereka. Gue juga gitu kok, sering ditindas sama mereka. Cuma, gue sebisa mungkin ngelawan mereka. Lu jangan ngeliatin lemah di depan mereka. Nanti yang ada, elu malah terus-terusan kena tindas dan dimanfaatin mereka."

"Oh jadi gitu ya? Emang gitu ya kalau sekolah disini?"

"Iya di sini. Banyak anak yang sok jagoan. Sok ngatur dan penguasa. Makanya lain kali, elu harus bisa ngelawan mereka. Jangan mau tunduk terus dan ngikutin kemauan mereka. Ah lemah lu. Hahaha."

"Ah sudahlah. Eh cepet kita shalat dzuhur, nanti dinarahin ustadzah lagi. Ehe."

"Kuy lah"

   Gue sama Tia pun langsung ke mesjid buat shalat dzuhur. Setelah shalat dzuhur, kita berbarengan menuju kelas. Di tengah jalan, kami berpisah menuju kelas masing masing.
   Sejak saat itu, gue jadi deket sama Tia. Setelah kami mengenal satu sama lain dan mulai akrab, ternyata Tia termasuk keluarga jauh gue. Atau, busa disebut sepupu. Setelah tau gue dan Tia satu keluarga kami makin deket. Sampai, suatu ketika ketika pulang bareng, teman-teman gue mengejek Tia dan Adit. Gue bertanya-tanya, jangan-jangan Tia suka sama Adit. Akhirnya gue mencoba untuk nanya sama Tia.

"Eh eh, elu beneran suka sama Adit ya? Ciee.."

"Adit siapa sih? Aku aja nggak tau orangnya yang mana."

"Ah, serius lu? Terus, maksudnya tadi Adit Adit itu apa hayoo? Ciee..."

"Iya serius. Aku aja nggak tau Adit itu yang mana. Nggak tau tuh kenapa yang lain pada bilang Adit Adit gitu sama aku."

"Eleh. Kalau suka beneran mah bilang aja, nggak usah malu-malu kale. Haahhaha"

"Nggak ih. Aku nggak suka! Eh, tapi Adit yang mana sih orangnya jadi penasaran aku."

"Bentar... Duh mana ya orangnya," kata gue sambil plongo-plongo.

"Mana, hih?"

"Issh, sini gue kasih tau. Emm.., mana yak? Nah itutu yang pake kaos biru tapi ada merahnya dikit. Yang lagi jalan."

"Yang mana sih? Orang yang lagi jalan banyak tau."

"Yaelah lu... Itu tuh, yang mukanya sok dan sengak itu."

"Yang mana?? Oh.., ternyata itu. Ah, biasa aja."

"Hahaha, yang bener? Bilang aja kalo elu suka."

"Yee..., nggaklah! Sumpah dah! Ah, nggak percayaan amet sih sama gue. Hahaha."

"Malah ketawa lu ya. Dasar Adit..," kata gue ngejek Tia

"Heh! Aku nggak suka kali sama dia."

"Cinta pada pandangan pertama nih. Ulala aweuu..,," ejek gue terus

"Ah sudahlah. Nggak usah bahas Adit sekarang. Lagi males."

"Ye dasar si Adit ma ngeles aja jadi orang. Ya udah deh. Eh kebetulan gue dijemput sama nyokap. Duluan yak."

"Huuu..., dasar. Ninggalin aku aja kamu. Ya udah deh, hati-hati."

"Iyaiya Adit," ejek gue sambil lari jauh

"Rayshaaaa, diem kamuuu..."

"Ahahah..., bye Adit, duluan!"

"Rayshaaaaaaaa..."

--

Hm buat kalian yang uda baca cerita ini makasih ya!💖 jan lupa ikutin trs kelanjutan dari ceritanya voment nya ditunggu ya:)

Secret AdmirrerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang