Tap
Tap
Tap
Anjer, jangan kesini! Jangan kesini! Jangan! Stop! Please!!
"Pssttt! Intip!" Winanda nyuruh Heldriant yang emang jongkok di paling depan.
Heldriant mengintip keluar setelah itu mengacungkan jari jempolnya, "aman."
Yap, kita ketahuan mabal lagi. Padahal kita udah ngumpet-ngumpet jalan ke arah kantin. Ternyata eh ternyata, ada Bu Wian yang sedang jalan berlawanan arah dari kami. Dan juga Bu Wian mengetahui rencana buruk kita yang pengen mabal. Alhasil, kita lari sampe ketemu gudang sekolah dan Bu Wian yang masih setia mengejar di belakang kami.
"Kemana itu anak-anak nakal! Anak muda jaman sekarang, taunya itu main, main, dan main saja!" Suara Bu Wian yang sepertinya baru sampai itu kedengeran banget sampai ke gudang. Emang sih suaranya itu agak cempreng gitu.
"Yee, dari pada guru! Taunya nyiksa anak muridnya mulu. Betul gak guys?!" Tanya Shera.
"Benul!" Kata Fehri dengan suara yang bisa di bilang seperti teriak.
Goblok! Fehri anying! Ketahuan nanti nying! Mampus, mati gue!
"Jangan kenceng-kenceng njing!" Gertak Heldriant.
Fehri cuma ngangkat jari telunjuk sama jari tengah sambil nyengir-nyengir.
"Saya mendengar suara anak-anak itu. Sepertinya mereka tidak jauh dari sini." Ya elah, lagi gak ngajar juga. Masih aja pake bahasa baku. Sinetron banget.
"Pergi, pergi, pergi, pergi, please pergi!" Shanti nutup kedua matanya sambil menyatukan kedua telapak tangannya seperti sedang memohon-mohon.
"Huh! Sudahlah. Biar nanti saja saya memanggil mereka." Dan selanjutnya, hanya terdengar suara langkah kaki yang semakin menjauh.
"YES! MAMAM TUH BELAJAR!" Saking senengnya, Heldriant sampai guling-guling di lantai. Yang lainnya cuma geleng-geleng kepala memaklumi tingkah Heldriant.
Heldriant emang udah biasa kayak gitu kok. Dia kalo seneng itu, bisa jungkir balik, salto, naik-naik ke atas meja, gebrak-gebrak meja sambil senyum-senyum, ngedorong-dorong bahu Fehri sambil teriak di depan mukanya, dan masih banyak lagi deh.
"Besok libur kan?" Tanya Shanti.
"Iya."
"Maen kuy!" Ajak Shera semangat 45.
"KUY! Y X G KUY!!" Heboh Shanti. (Read: ye-ex-ge kuy)
"Kebiasaan lo, Shan! Baru nemu kata-kata aja, langsung pake tiap saat." Kata gue.
"Bodo amat. Susuku lah!"
"Ambigu, bangsat!" Kesal Winanda. Langsung dah tuh anak pikirannya nganu.
"Dih! Lo nya aja yang mesum kuadrat di kuadratin! Susuku itu suka-suka aku!" Gak nyelo dah si Shanti.
"Oazayakan." Ucap Winanda datar.
"Anjeng!"
"Ribut aja terus lo berdua. Gue jodohin juga dah lama-lama." Kata Shera yang mulai jengah.
"Awas, ada yang cemburu." Ledek Khany.
"Siapa Khan yang cemburu?" Tanya Elno.
"Fehri." Jawab Khany polos.
"Anjeng! Kaga woi! Ya kali gue suka sama cewek setengah jadi kayak Shanti."
"Jleb loh, Feh." Fehri cuma nyengir-nyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Sekolah
HumorTugas? numpuk! Ulangan? hampir tiap hari! Ekstrakulikuler? wajib ikut! Kenapa hidup gue penuh dengan belajar, belajar, belajar! ⚠--; banyak kata-kata kasar dan umpatan-umpatan. ⚠--; bahasa non baku❌ ▲▼▲ Cover by: Minalsskar