-Kimy&Nathan-THREE

15 6 1
                                    

Tiga hari setelah pertengkaran orang tuanya. Kini Kimy tak lagi melihat ayahnya pulang kerumah. Mungkin ia sedang sibuk kerja diluar kota, fikir Kimy. Sedangkan ibunya selalu berangkat pagi pagi dan pulang tengah malam.

Selama itu juga, dirumahnya tak ada pertengkaran atau sekedar adanya tanda tanda kehidupan. Hanya ada dua pembantu dirumahnya dan satpam yang terkadang masih memberikan kesan rumah itu masih ada penghuni.

Kimy memandang guru didepan yang sedang menceritakan sejarah tentang perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah. Namun meskipun ia memandang fokus pada guru tersebut tetap saja tak ada satupun kalimat yang bisa ia cerna. Ia terlalu lelah karena memikirkan tentang hubungan ia dan kedua orang tuanya. Meskipun Kimy sering meminta pada orang tuanya untuk pisah. Namun tetap saja dalam lubuk hatinya yang terdalam ia sangat menginginkan hubungan orang tuanya bisa baikkan seperti dulu lagi.

Memperbaiki hubungan yang sudah terlalu retak ini agar bisa lebih baik, meskipun Kimy tau, jika retakkan itu takkan kembali seperti semula. Pasti akan selalu membekas dan takkan pernah bisa menghilang. Namun setidaknya ia sudah berusaha untuk memperbaikinya bukan.

Tanpa sadar air mata Kimy menetes membayangkan kehidupannya sekarang. Ia juga ingin seperti remaja yang lain. Merasakan bagaimana kasih sayang dari orang tua dan bagaimana ia bisa saling berbagi cerita pada ibunya. Bersandar pada bahu ayahnya saat ia terpuruk. Merasakan bagaimana kehangatan dalam pelukan orang tuanya. Melakukan hal hal sederhana bersama kedua orang tuanya. Seperti sarapan bersama atau makan malam bersama. Selalu meminta izin saat ia ingin keluar rumah dan dimarahi saat ia pulang larut. Berlibur bersama saat liburan tiba. Mengobrol, bercanda bersama atau sekedar memasak atau membuat kue bersama ibunya. Bukan rumah mewah baju mewah mobil mewah segala barang yang bermerek atau uang yang berlimpah. Ia hanya ingin merasakan kehangatan keluarga meskipun hidup dalam kesederhanaan. Apakah itu sulit baginya (?)

Kimy merasa ada seseorang yang memeluknya, menyandarkan kepalanya pada bahunya. Membenamkan wajahnya dalam ceruk leher orang itu. Ia merasakan ada yang mengelus rambutnya sayang dan tepukan pelan dipunggungnya. Air mata yang sebelumnya ia jaga agar tak turun, kini mengalir deras tanpa meminta izin. Ia menangis dalam diam. Merasakan sejenak kenyamanan yang diberikan seseorang yang kini memeluknya. Ia tak memerdulikan siapa yang kini memeluknya yang mungkin nantinya akan menganggapnya atau mengoloknya ia sebagai orang yang cengeng. Kali ini ia hanya ingin merasakan kehangatan pelukan itu yang ia anggap bahwa orang itu adalah ibunya.

Cukup lama Kimy dalam posisi seperti itu. Hingga orang yang memeluknya itu meundurkan badan Kimy setelah dirasa Kimy tak lagi menangis. Orang itu memberikan jarak diantara mereka berdua. Kimy memandang intens pada orang itu yang kini sedang menghapus jejak air mata dipipinya dan membenarkan rambutnya. Kimy tersenyum tulus pada orang itu saat orang itu bertemu pandang dengannya.

"Makasih Mell." Ucapnya tulus.

"Ya. Inilah gunanya sahabat." Jawab Mellan sambil tersenyum hangat. Kimy sedikit terenyuh saat Mellan menganggapnya sahabat. padahal jika dibilang Kimy tak pernah berbuat baik pada Mellan. Namun Mellan begitu baik padanya.

Kimy terkekeh pelan saat menyadari tingkah bodohnya tadi. Sampai ia tak sadar jika kini dikelas tinggal mereka berdua. Sungguh Idiot.

"Lo nggak pantes kalo mewek kek gini tau nggak." Ujar Mellan sambil menoel pipi Kimy gemas.

"Ishh... sakit Mell." Kesal Kimy.

"Nahh.. ini baru Kimy yang gue kenal." Cengir Mellan.

"Thanks Mell."

"It's ok. Santai aja kali..." Kimy tersenyum menanggapi ucapan Mellan. Beberapa saat mereka terdiam. Hanya saling menatap dengan pikiran mereka masing masing.

"Gue kira lo orangnya kutu buku, pendiem and... culun?"

"Hahaha... ya memang banyak yang ngira gue kek gitu waktu pertama ketemu gue. Padahal denger kata buku aja gue udah ogah ogahan hehe...." Ujar Mellan antusias.

"Mm.. gue juga nggak ngira. Cewe cuek kaya lo bisa nangis juga cuma gara gara pelajaran sejarah haha...." lanjut Mellan sambil terkekeh geli.

"Apa kita hanya akan duduk disini hingga esok hari?" Tanya Mellan yang membuat Kimy tergelak dengan tingkah bodohnya.

"Yuk pulang" Mellan menganggukkan kepalanya mengiyakan ajakan Kimy. Mereka berdua keluar kelas bersama. Berjalan berdampingan menuju arah parkiran dengan senyum mengembang Mellan dan senyum tipis namun terkesan tulus Kimy. Senyum yang sudah cukup lama tak pernah Kimy tunjukkan saat bearada disekolah.

"Jadi. Kita sahabat Ok." Kimy tersenyum mengiyakan ucapan Mellan saat berada di area parkir.

"Jangan senyum doang. Gue butuh jawaban lo."

"Ok. Aku, Kimberly Abigail dan Mellanisa Abraham. Mulai hari ini akan menjadi sahabat."

___________

Kasih saran donkz.....
Biar ceritaku bisa lebih bagus lagi. Jangan lupa Vote sama
Komentarnya ya.....👋😚

Kimy&NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang