Chapter 02.5 : Titah Sang Raja

30 3 3
                                    

Hari itu, Raja Akasia telah mengeluarkan sebuah titah.

Temukan tanda pewaris tahta kerajaan. Dan habisi semua pengkhianat. Hadiah yang akan kalian dapatkan lebih besar daripada a[a yang terbayang dalam pikiran kalian.

Titah itu tersebar lebih cepat dari pada angin.

Para bangsawan besar di negeri itu mengerahkan segala cara untuk memenuhi perintah sang Raja. Sebahagian mereka memenuhi perintah itu karena loyalitasnya. Sebahagian yang lain karena hadiahnya.

Tak ada yang tahu apa isi hati manusia. Begitulah apa yang ada di pikiran sekretaris kerajaan, Leone.

Laki laki yang berasal dari keluarga biasa ini, memiliki banyak musuh. Dari pihak bangsawan maupun kerajaan Akasia itu sendiri. Karena dia berhasil memperoleh posisi yang tinggi bahkan kalau darah yang ia miliki sama sekali bukan darah biru.

Saat Leone mendengar titah sang Raja, ia tahu persis kemana kerajaan ini akan mengarah. Ia pun memutuskan untuk menghubungi sahabatnya melalui sebuah surat yang ia tulis dan kirim secara rahasia. Hanya Leone dan sahabatnya itu saja yang tahu akan hal ini.

Raja telah mengeluarkan sebuah titah yang akan membuatmu dan anakmu menderita. Mungkin lebih parah daripada itu. Aku mohon menjauhlah dari wilayah perkotaan di manapun engkau berada. Baik di negeri ini maupun di negeri asalmu. Dunia benar benar menjadi musuh yang nyata. Dan jangan pernah beritahu kepada siapapun tentang hal "itu". Ini demi keselamatanmu.

Leone sangat yakin surat itu akan tiba pada sahabatnya. Sambil mengurus pekerjaannya sebagai sekretaris kerajaan sangat sulit untuk bisa mendapatkan waktu luang. Hari itu Raja Akasia meminta Leone untuk membawakannya anggur favoritnya. Karena persediaan di kastil telah habis, Leonepun meminta izin untuk pergi membeli ke kota.

Namun Leone punya tujuan lain. Setelah pergi membeli anggur itu, ia segera pergi ke tempat dimana surat itu akan tiba. Disana ia menemui seorang yang memakai jubah kecoklatan. Walau berusaha disembunyikan, rambut keemasan itu tetap saja terlihat.

Orang itu mengeluarkan sebuah surat dari jubahnya dan hendak bergegas pergi.

"Tunggu dulu" Leone menahannya. "Bisakah kita berbicara sebentar saja?"

Namun orang itu melepaskan genggaman Leone dan pergi menjauh. Hatinya sangat terasa berat melepaskan kepergian orang itu. Apa boleh buat, bila ia berlama lama di kota, bisa saja malah membahayakan nyawanya.

Leone pulang menghadap sang Raja. Saat tiba di sana, Raja bertanya kepadanya.

"Wahai sekretarisku yang kupercaya. Adakah yang engkau sembunyikan dari ku?"

Pertanyaan itu bagaikan pedang yang menusuk jantungnya.

"Tidak ada , wahai Rajaku. Tak ada satupun hal yang aku sembunyikan darimu"

Mendengar jawaban dari sekretarisnya itu, ia membolehkan Leone untuk pergi.

Leone adalah orang yang sangat jujur dalam ucapannya. Dan ia juga orang yang sangat setia kepada Rajanya. Namun tindakannya kali ini bertentangan dengan dirinya sendiri. Keadaan ini terus berlanjut cukup lama. Rasa ketidaksetiaan itu dari tindakan surat menyurat itu, membuat Leone mengalami stress.

Hari itu, Raja mengadakan pesta yang dihadiri oleh seluruh bangsawan dari segala penjuru.

"Hari ini engkau diliburkan, Leone. Nikmatilah pesta ini sebagaimana yang lain. Engkau telah bekerja keras untuk kerajaan ini lebih dari siapapun."

Leone menundukkan badannya. " Terima kasih , Rajaku."

"Tidak perlu sungkan Leone. Saat ini tidak ada batas kasta antara aku dan dirimu. Seperti 10 tahun yang lalu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wishes Of KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang