3 . NADIREZKY AHZAFANI SHANKARA

32 0 0
                                    




"Nope. No one, Mas.", i lied and i can't explain the reason. My logic and my heart didn't wanna make a harmony. Aku menatap wajah itu sembari kembali ke sofa berwarna burgundy yang muat untuk diduduki oleh 3 orang dengan beberapa bantal ukuran besar berwana putih gading, wajah yang selalu percaya padaku. Terkadang aku bertanya-tanya, akankah dia akan selalu menyenangkan, akankah dia selalu begitu sekalem itu, apakah dia suatu saat akan menyakitiku, akankah dia suatu saat mengkhianatiku, akankah dia emosi karena aku. Karena selama aku mengenalnya, dia selalu menjadi sosok yang menyenangkan, yang selalu membuatku tertawa, yang selalu mencandaiku untuk menurunkan emosiku, menuruti semua keinginan konyolku seperti mendadak ingin makan bubur kacang hijau di tengah malam atau sekedar memenuhi keinginanku untuk diving di taman nasional Taka Bonerate yang saat itu aku lihat berada di timeline instagramku.

"Hai, saya Ezky." Ujarnya sembari mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri di Starbucks Grand Indonesia. Aku yang duduk sendirian di sofa yang terletak di pojok ruangan tersebut mendadak dikejutkan dengan sosok lelaki muda, dalam balutan kemeja putih bergaris hitam, celana jeans biru dan sepatu Nike Airmax Modern Essential warna hitam dengan paduan warna merah.  Aku mengendurkan genggaman tangannya sembari bertanya,

"Siapa?"

"Mbak kesini untuk bertemu GM Shankara Construction bukan?" jawabnya sembari menggerakkan tangannya untuk menunjuk sofa di hadapanku seakan bertanya apakah dia sudah boleh duduk dan aku menjawabnya dengan anggukan pelan.

"Iya, Mas yang diutus untuk mewakili ya?" Aku berpikir sepertinya bukan dia GM dari perusahaan kontruksi dengan perkembangan profit tercepat di Asia Tenggara tersebut. Dia masih terlalu muda.

"Iya. Saya minta maaf karena GM tidak dapat menemui anda karena istri beliau mendadak masuk RS. Jadi disinilah saya menggantikan beliau."

"Oh begitu. Perkenalkan saya Kyrene Shakila Qiandra." Aku berusaha ramah karena aku tak ingin kehilangan calon partner yang sebesar perusahaan ini. Aku berusaha menciptakan citra baik sehingga perusahaan tersebut berminat untuk bekerjasama.

"Kalau boleh tahu, Mas bekerja di bagian apa ya?" tanyaku lebih lanjut.

"Saya pemilik Shankara." Dan dia memberikan sebuah senyum tulus dan manis.

"Hee.. Jadi anda Nadirezky Ahzafani Shankara?" aku kembali dikejutkan dengan pernyataannya. Bukan karena aku tak pernah melihat wajahnya di majalah-majalah bisnis tetapi aku bukan pengingat wajah yang baik.

"Iya."

Aku memang sudah tahu kalau pemilik Shankara Construction adalah seorang pria berusia 28 tahun dan dikenal tampan tetapi aku tak pernah menyangka kalau dia semenarik ini. Postur tubuh yang tidak terlalu kurus tetapi juga tidak terlalu gemuk ini seperti menawarkan kenyamanan tersendiri ketika dipeluk. 'Apa yang aku pikirkan? Astaga! Ini untuk kerjasama dan lelaki semenarik ini sudah pasti memiliki pasangan. Hentikan pemikiranmu, Ne!' aku berdebat dengan diriku sendiri di dalam hati.

"Oh, maaf atas kelancangan saya."

"Hahahaha. Never mind. Jangan pakai saya – anda. Kesannya formal banget yaa. Pakai aku – kamu aja lah. Enak didengernya." Tawa lelaki ini seperti sanggup mendamaikan duniaku masih porak poranda semenjak beberapa bulan lalu.

"Aku mau pesan. Mau nitip?" tawarnya.

"Oh gak. Makasih. I had this." Jawabku sembari menunjuk sebuah papercup berisi racikan greentea latte favoritku.

"Okay. Wait a minute."

"It's still okay if you take hours."

"Hahahaha. If only i interest with that barista boy behind the cashier machine." Jawabnya sembari menunjuk seorang penjaga kasir yang memang adalah laki-laki dan aku ikut tertawa bersamanya. Ezky kemudian beranjak dari sofa tempatnya duduk dan beranjak ke meja kasir. Setelah beberapa menit berdiri disana, akhirnya dia mendapatkan sebuah papercup di tangannya dan segera menuju meja tempat aku duduk. Aku membaca tulisan di papercup yang berada di tangannya,

Kairos : Karena Cinta Tak Pernah Salah WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang