Satu

11.4K 620 51
                                    

Tap...tap...tap...derap langkah kaki berlari di keheningan malam membuat gema yang memenuhi bangunan gedung yang belum selesai di bangun. Bangunan yang berdiri menjulang tinggi di atas lahan kosong dan jauh dari bangunan lainnya.

Semakin lama langkah kaki itu semakin cepat seperti seorang siswa yang takut akan terlambat masuk sekolah.

Dikejauhan terlihat seorang gadis berlari dengan wajah penuh ketakutan dan menghindari segerombol pria yang terus mengejarnya. Pria-pria bertubuh tinggi, tegap, hidung mancung dan paras yang rupawan.

Sesekali dia melihat ke belakang memastikan bahwa jaraknya antara pra pria itu cukup jauh.

Tetesan keringat terus menetes dari dahi dan leher gadis tersebut. Entah itu keringat karena kecapaian atau karena rasa takut yang menghantuinya.

Sesekali dia berhenti hanya untuk mengambil nafas dan mengisi paru-parunya dengan oksigen sebanyak mungkin.

"Hai...berhenti!" teriak salah satu pria yang mengejarnya.

Gadis itu kembali berlari dengan nafas yang semakin tersengal dan tenaga yang telah hampir habis terkuras.

Dia masih saja sesekali menoleh ke belakang memastikan pra pria itu belum mendekat.

Bruk...dia terjatuh karena kakinya yang semakin lelah untuk digunakan berlari. Dengan wajah ketakutan dia segera berdiri dan kembali berlari.

"Sudahlah cantik, kami tahu kamu sudah kelelahan, berhentilah dan mari mendekat," kata seorang pria dengan tatto scorpion di lengannya.

Perkataan pria itu bukan membuat gadis itu berhenti berlari, namun dia semakin kencang berlari dengan sisa tenaga yang di milikinya.

Saat merasa jaraknya cukup jauh, dia memutuskan untuk bersembunyi di antara tumpukan bahan yang belum digunakan oleh para tukang.

Mata tajamnya terus mengawasi sekitar memastikan bahwa dirinya aman berada di tempat persembunyiannya.

Kreess...dia mendengar suara sesuatu yang terinjak kaki. Dia segera mengedarkan pandangannya ke arah asal suara itu.

"Ya Tuhan," gumam gadis itu sambil menutup mulutnya.

Dia berusaha untuk tidak membuat suara sedikit pun agar para pria itu tak menemukannya.

"Shit...kemana perempuan sialan itu pergi?" kata seorang dari mereka yang memiliki tubuh jauh lebih kekar dari yang lainnya.

"Sabar Bro, Jane pasti masih di sekitar sini," kata pria berambut cepak mirip rambut tentara.

Jane, ya perempuan yang sedang bersembunyi itu bernama Jane. Dia sedang menghindari kejaran segerombolan pria yang berjumlah 5 orang yang sedari tengah mengejarnya.

"Gue gak bisa tenang sebelum menemukan dia, bisa kacau kalau dia memberitahukan semuanya," kata pria bertubuh jauh lebih kekar dari yang lainnya.

"Nyante bro, dia pasti masih sekitar sini, ayo cari lagi," kata pria lain yang memiliki lesung pipi di kedua belah pipinya.

Hening, tak ada lagi yang bicara di antara mereka. Mereka sibuk mencari Jane kembali.

Entah apa kesalahan yang dilakukan oleh Jane hingga dia harus berurusan dengan kelima pria yang berbadan tinggi dan tegap itu.

Jane semakin beringsut di tempat persembunyiannya. Dia sungguh takut dengan apa yang mungkin saja terjadi padanya.

"Aku tak boleh tertangkap," batin Jane.

Mata tajam Jane terus memperhatikan sekelilingnya dan pergerakan ke lima pria yang sedari tadi mengejarnya.

Srreett...tiba-tiba Jane merasa ada yang menggenggam bahunya, refleks Jane menoleh ke arah orang yang memegang bahunya.

Bloody RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang