Empat

5.2K 421 43
                                    

Pagi menjelang dan mentari masuk melalui celah jendela yang terbuka. Semua pelayan di rumah Ibu Sofia telah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Tiba-tiba semua dikejutkan dengan langkah kaki seseorang dari lantai atas yang berlari dengan sangat terburu-buru.

"Nyonya...nyonya...," teriaknya menggema ke setiap penjuru ruangan.

Ibu Sofia yang sedang sarapan pagi pun segera menghentikan kegiatannya dan segera beranjak ke arah suara itu berasal.

"Ada apa?" tanya Ibu Sofia dari ujung tangga.

"Nona...nona...," kata pelayan sambil mengatur nafas yang hampir habis karena berlari dengan terburu-buru.

"Ada apa dengan Jenie?" tanya Ibu Sofia kaget dan khawatir bercampur menjadi satu.

"Nona tidak ada di kamarnya nyonya,"

"Tidak ada di kamar? Bagaimana bisa?"

"Saya tidak tahu nyonya, tirai kamar dan jendela terbuka. Saya sudah cari ke kamar mandi tapi nona tak ada di sana,"

"Semuanya cari Jenie sampai ketemu dan tinggalkan pekerjaan kalian,"

Tanpa menunggu perintah kedua kalinya, para pelayan langsung menghentikan semua pekerjaannya dan mencari Jenie ke setiap sisi rumah.

Kabar menghilangnya Jenie benar-benar telah membuat kediaman Ibu Sofia menjadi sangat sibuk untuk mencarinya.

Setiap ruangan, setiap sudut, di telusuri hanya untuk mencari sosok Jenie, tapi dia tak ada di dalam rumah sama sekali.

Pencarian berlanjut dengan mengitari halaman rumah yang cukup luas, tapi sayang dimana pun tak ditemukan keberadaan Jenie.

Ibu Sofia terlihat aangat khawatir dan tak henti-hentinya menangis. Dia sangat terpukul karena baru saja dia kehilangan putrinya, dan sekarang harus mwnghadapi kenyataan bahwa putri yang lainnya menghilang dari rumah.

Ibu Sofia berlari ke kamar putri kembarnya, dia masih berharap bahwa pelayan salah melaporkan dan Jenie ada di dalam kamarnya sambil meringkuk di pojok tempat tidurnya.

Betapa terkejutnya Ibu Sofia saat memasuki kamar putrinya. Kamar yang biasanya tertata dengan rapi, kini berantakan bagai kapal pecah.

Buku, pakaian dan beberapa photo berserakan di atas lantai dan tempat tidur. Dia masih berpikir entah kapan semua ini terjadi karena beberapa hari ini kamar putrinya dalam keadaan gelap dan tak ada sedikit pun cahaya yang masuk.

Ibu Sofia memunguti baranh-barang putriny dan membereskannya ke tempatnya semula.

Derai air mata Ibu Sofia tak henti mengalir saat melihat photonya bersama kedua putri kembarnya. Mereka terlihat sangat bahagia saat berlibur bersama dua bulan lalu.

"Kamu terlalu cepat meninggalkan kami Jane," gumam Ibu Sofia sambil mengelus photo yang ada di tangannya.

"Nyonya...maaf," kata seorang pelayan saat melihat Ibu Sofia tengah menangis sambil memandang photo kedua putrinya.

"Ada apa? Apakah Jenie sudah ditemukan?"

"Maaf nyonya, sepertinya Nona Jenie tak ada di rumah atau di halaman,"

"Apa kalian yakin?"

"Sangat yakin nyonya, kami sudah mencarinya kemana-mana dan Nona Jenie tak ada dimana pun,"

"Ya Tuhan Jenie, dimana kamu nak?"

Tangisan Ibu Sofia semakin deras membasahi pipinya. Pikirannya benar-benar kalut dengan semua keadaan yang menimpa putrinya.

Bloody RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang