Satu : Berita Gedhe(?)

55 2 0
                                    

"Uwis ya, aku arep mbalik ndhisik," ujar gadis berambut pendek sebahu ke teman-temannya yang sedang ngerumpi tentang anak laki-laki pak lurah. Iya, mereka lagi ngerumpi. Nggak bisa diam kalo ada cowok bening mampir ke desa mereka.

"Eh, Dara, kowe ora kepo karo putrane pak lurah po?" Tanya Sri, teman Dara
Dia tahu kalau gadis yang sedang ia tanyakan lebih tertarik dengan rumus matematika daripada cowok yang sedang mereka gosipkan. Tapi, masa' Dara gak ada rasa kepo sebiji pun tentang anaknya pak lurah?

"Mboh ah, aku ora urus, wis ya," gadis yang bernama Dara memasukkan novel yang tadi ia pegang ke dalam tas, lalu meninggalkan gadis-gadis yang masih asyik dengan acara menggosip.

Dara, gadis yang sangat pintar di sekolahnya. Ayahnya yang seorang pegawai kantor dan ibunya pemilik butik tidak membuat Dara sombong. Sudah banyak cowok-cowok di desanya merebut hatinya, namun dengan senjata pamungkas yang ia miliki, ia dapat membuat para cowok mundur dan melongo.

Kok bisa?
Emang senjata pamungkasnya apa?

Setiap ada cowok yang mengungkapkan isi hatinya terhadap Dara, Dara dengan tatapan polos akan menjawab,"Kalau memang maunya begitu, kenapa ndak ta'aruf aja sekalian," yang membuat cowok merasa tertohok dan akhirnya mundur.

Dara tahu, mereka hanya main-main dan hanya ingin menunjukkan bahwa mereka dapat berpacaran dengan Dara, si gadis pintar dan menjadi kembang desa. Ia tidak ingin hanya dijadikan pameran, emang dia lukisan monalisa apa?

Dara berjalan perlahan menuju rumah sambil menikmati pemandangan sawah di samping kirinya. Lagu yang ia putar melalui ponsel dan terpasang dengan headsets membuat ia ingin bernyanyi.

Deo dangdanghage neon
Mr. Mr.
Nal bwa
Mr. Mr.
Geurae baro neo neo neo
Nal gaseum ttwige han
Mr. Mr.
Choegoui namja
Mr. Mr.
Geuge baro neo

Dara berjalan dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tidak sadar, sebuah sepeda onthel yang oleng dan pemiliknya yang berteriak histeris.

"Mba!! Awas mbak!!! Woi!!" Sial, teriakannya tidak digubris oleh Dara yang masih khidmat mendengarkan lagu. Kejadian yang tidak diinginkan pun terjadi secara tidak sengaja.

GUBRAKK!!!

Pemilik dan sepeda onthelnya jatuh, bagaimana dengan Dara? Ia masih tetap santai jalan menuju ke rumah.

Lah kok bisa? Ya bisa, wong pemilik onthelnya malah sengaja jatuhin diri sebelum menabrak Dara, daripada ia harus nyelakain anak orang.

Pemilik onthelnya, melongo, berpikir. Ia kemudian menatap punggung Dara yang jalan santai, menjauh dari tempat kejadian peristiwa. Ia sekarang marah, kesal, lalu dengan tenaga yang tersisa menyingkirkan sepeda onthel yang menimpa badannya.

"Mbak!! Woi!! Berhenti!!" Ia menghampiri Dara dengan terseok-seok. Namun, seperti sebelumnya, tidak ada respon dari Dara. Saat ia berhasil mendekati Dara, ia meraih lengan Dara. Dara yang merasa ada menahannya langsung berbalik, melihat orang yang menahannya. Seorang laki-laki yang kelihatan tua sedikit darinya, dengan tatapan marah dan nafas yang ngos-ngosan. Dara merinding.

"Ma.. Mas.. Siapa?" Tanya Dara takut.

Laki-laki pemilik sepeda onthel itu menatap Dara, lalu perhatiannya fokus ke benda yang menempel di telinga Dara. Ah, itu toh masalahnya,  pikirnya.

Kemudia laki-laki itu mendekati wajah Dara - yang membuat Dara kaget - lalu melepaskan benda yang tertempel di telinga Dara. Kemudian ia memundurkan wajahnya.

"Mas, lengan saya bisa dilepasin ndak? Sakit," ujar Dara, laki-laki itu kemudian melepaskan cengkramannya. Ia yang awalnya ingin marah-marah, berubah melunak karena gadis di depannya membuat ia tidak tega.

Isin Isin MeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang