1| Sial

296 33 4
                                    

Matanya yang fokus melihat buku yang di pegangnya. Dia pria yang tampan semua orang melihatnya dengan pandangan memuja. Teman yang duduk dekatnya hanya memandang iri.

Semua orang tidak tau sifat Arka yang sebenarnya. Dia sering mengabaikan semua yang berhubungan dengan masalah. Satu hal yang ia hindari adalah wanita. Ia berfikiran fokus untuk saat ini adalah pendidikannya. Wanita hanya sebuah masalah dalam artian menganggu konstrasinya.

"Hari ini engga ada kelas aku pulang duluan" ia menutup bukunya memandang dua sahabatnya.

"Enaknya... aku masih ada kelas lagi. Aku malas masuk kelas" Keanu meletakan kepalanya di atas meja.

Gibran menepuk punggung Keanu "Semangat. Aku juga mau balik"

Keanu menenggelamkan wajahnya di meja. "Ya udah... sana! Kalian pada pulang aku mau ke kelas"

Arka sama Gibran hanya tertawa dengan tingkah Keanu. Mereka bertiga keluar dari perpustakaan.

Arka berjalan menuju parkiran mobil. Membuka pintu dan duduk di bagian mengemudi.

Deringan ponsel terdengar di dalam saku celananya. Tangannya mengambil dan melihat nama yang tertulis di ponsel. Ia mulai menggerutu di dalam hati. Seketika darahnya memuncak. Melihat nama adiknya tertera di ponsel. Tidak lain kalau adiknya itu mau menyuruh untuk menjemputnya.

Arka mengabaikan panggilan itu. Tapi Raga terus menelepon kakaknya. Tidak ada respon dari Arka.

"Kak jemput aku di sekolah sekarang. Motor aku lagi mogok. Kalau kakak engga mau jemput aku ngadu ke mamah" sms yang di tulis oleh Raga. Arka kesal sendiri. Pasti selalu membawa nama mamahnya di setiap ia ingin sesuatu dari Arka.

Ia membereskan semua buku dan mengembalikan kerak buku kembali. Arka keluar dari perpustakaan dengan berjalan tergesa-gesa. Kalau benar Raga mengadu ke mamahnya ia bakal di omelin dua puluh empat  jam penuh tanpa henti.

Sampe di dalam mobil dia mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya. Jari-jari mengetik kata perkata.

"Kakak jemput di depan gerbang sekolah"

"Makasih kakakku yang baik :)" Arka mengacak-ngacak rambutnya. Melempar ponselnya ke kursi sebelah mobilnya.

Ia melajukan mobil menuju sekolah Raga. Matanya fokus ke jalannan. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Saat mau nyampe di sma Raga ia mengerem mendadak. Terdengar dari belakang ada suara benturan antara mobil dan mobil.

Arka mengabaikan suara tabrakan itu. Ia berusaha menghindari masalah sekecil apapun.

Gadis berseragam putih abu berjalan menuju mobil hitam. Tanggannya mengetuk jendela mobil dengan perasaan yang kesal. Karena pengemudi sialan ini mobil ke sayangannya tergores. Awalnya yang mau protes sopirnya Davira, tapi dia melarang. Ia ingin melabraknya sendiri.

Arka tidak merespon. Ia duduk diam dengan santai. Davira masih mengetuk kaca mobil Arka dengan bergebu-gebu.

Davira mempunyai sifat yang kebalikan dari Arka. Mempunyai sifat yang frontal, bicaranya yang blak-blakkan dan agresif. Davira mulai merasa kesal ia mulai mengetuk dengan kencang tidak segan-segan dia mengeluarkan kata serapah dari mulutnya.

"Keluar lo. Bukan diam di dalam mobil lo harus ganti rugi mobil gua yang tergores. Keluar lo brengsek" Tidak ada balesan dari dalam mobil. Arka masih diam.

"Woy, apa lo tuli, keluar lo" Davira mulai berteriak dengan keras dan membuat orang yang mendengarnya memandang ke arah Davira.

Arka merasa gendang telingganya akan pecah. Mendengar teriakan gadis yang masih mengetuh jendela mobilnya.

The Pursuit Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang