Nona

21 1 0
                                    

"Jika ingin melupakan seseorang, jangan memilih mengenangnya karena akan membuatmu menderita. Hadapi dengan menemukan cinta yang baru. Meski orang akan menganggapnya sebagai kejahatan karena menjadikannya pelarian."

***

Di depan sebuah gerbang sekolah, berhenti sebuah mobil berwarna hitam. Dari dalam mobil itu keluar seorang gadis berseragam sama dengan remaja lain yang memasuki gerbang. Gadis itu berdiri cukup lama hanya untuk memandang sebuah gerbang sekolah. Dia mulai mengembangkan senyumnya.

Pertama kali dia melewati gerbang itu saat kelas dua semester pertama. Nona tidak tahu kehidupan apa yang akan dia lalui setelah melewati gerbang ini. Dia melewati gerbang ini penuh dengan rasa cemas. Kehidupannya akan segera dimulai dari awal. Akankah kejadian seperti itu terulang kembali? Apakah dia akan melupakan kepahitan di sekolah yang lama? Atau adakah pria yang akan bersikap dingin padanya? Semua pertanyaan itu muncul saat memandang gerbang ini untuk pertama kali.

Nona telah mendapat jawabannya. Tak ada kejadian seperti itu hingga saat ini. Tidak ada pria yang bersikap dingin padanya. Kehidupan Nona menjadi datar, seperti yang diharapkannya. Baginya, lebih baik hidup yang datar daripada harus merasakan kejatuhan yang menyakitkan atau pun merasakan terbang tinggi kemudian dihempaskan.

Kini di semester pertama kelas tiga, dia akan melewati gerbang yang sama seperti setahun yang lalu. Kehidupannya akan dimulai kembali. Kali ini ada satu yang Nona harapkan, mendapat sedikit rasa asam dan manis. Berharap dunianya akan sedikit berwarna. Dia tidak mengharapkan keajaiban seperti Cinderella yang mendapatkan sepatu kaca. Dia tidak butuh kantung Doraemon yang bisa memberinya segalanya. Nona hanya membutuhkan seseorang yang bisa membuatnya tersenyum sendiri.

"Nona!" Sapa seorang gadis yang berlari ke arahnya.

Gadis yang dipanggil pun semakin mengembangkan senyumnya. Dialah Nona. Tokoh utama dari kisah hidupnya sendiri. Tak ada yang menyangka dirinya akan menjadi tokoh Cinderella. Bukan seorang pangeran yang membuatnya jadi puteri, tapi seorang kakak yang membuatnya menjadi seorang puteri.

"Long time no see. Bagaimana liburanmu?" Tanya gadis yang dalam sekejap berada di hadapan Nona.

"Seru!" Jawab Nona singkat, "Bagaimana denganmu?" Lanjutnya.

"Aku hanya pulang kampung menemui ibu. Rasanya tidak seseru liburanmu," tukasnya dengan nada lesu.

"Tina," tegur Nona.

Nona sendiri liburan ini hanya tiga hari bersama orangtua kandungnya. Nona merasa bersalah hanya memberinya tiga hari dari tiga minggu liburannya. Nona merasa seperti kacang yang lupa kulitnya karena memilih liburan di Belanda bersama orangtua angkat.

"Ingin juga seperti kamu yang liburan di luar negeri," angan Tina.

Tina, sahabat yang Nona dapatkan saat pertama kali masuk kelas. Anggota OSIS ini lahir dari keluarga sederhana yang memiliki kepandaian di atas rata-rata. Periang adalah hal yang paling menonjol darinya, berbanding terbalik dengan Nona yang menjadi anak anteng.

Di beberapa kesempatan, Nona diajak untuk membantu kegiatan sosial yang diadakan anak-anak OSIS. Nona memang tak menjadi anggota organisasi, tapi Nona selalu diajak dalam acara bakti sosial yang diadakan sekolah. Tak heran, Nona akrab dengan anggota OSIS. Karena hal itu pula, Nona mengenal Fafa.

"Hari ini ada rapat. Bisakah kamu membawakan ini untukku?" Pinta Tina yang melepas tas dari punggungnya.

"Di hari pertama sekolah?" Tanya Nona seolah tak percaya.

"Betul. Di hari pertama sekolah. Saat pertama masuk sekolah, guru akan sibuk dengan anak baru daripada kamu anak kelas tiga" Ejek Tina.

"Baiklah," Nona menyanggupi.

More than First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang