Nona Part 2

12 1 0
                                    


Senin siang saat jam istirahat Vika menemui Nona di kelas. Vika memberi Nona sebuah surat. Vika dan Nona tidak begitu dekat meski satu kelas, untuk itu Nona merasa bingung saat Vika memberinya selembar kertas. Dibukanya kertas itu.

Hi, Nona. Ayo, kita bertemu. Aku akan menunggumu di depan gerbang usai sekolah.

Theon

Theon. Nona berusaha mengingat. Theon dulu juga murid sekolah ini, bahkan dia kapten basket. Dia pindah tak lama sebelum Naya pindah. Sejak pindah ke sekolah ini, Theon memang selalu mendekati Nona. Nona berusaha menghindar karena Theon tahu Nona anak dari rekan bisnis papanya.

Tapi, apakah Theon benar-benar ada di sini. Bukankah dia tinggal di luar negeri? Pikir Nona. Lalu untuk apa dia ingin bertemu Nona. Mendengar nama Theon saja Nona sudah malas, apa lagi bertemu dan berbicara. Tidak bisa dibiarkan, Nona memilih untuk menghindar.

Semua anak sudah lama meninggalkan kelas, hanya ada Nona dan Livi yang terlihat sibuk mencatat. Nona menatap jam. Lebih dari sejam yang lalu sekolah bubar, seharusnya Theon sudah pergi. Livi pun tampak ingin meninggalkan kelas. Nona berencana pulang bersamanya.

"Livi, sudah mau pulang?" Tanya Nona.

"Iya, apa kamu menungguku pulang?" Tanya Livi kemudian.

"Tidak, cuma ingin pulang bareng saja," tutur Nona.

"Oh, baiklah. Ayo." Ajak Livi.

Nona dan Livi berjalan menuju gerbang. Sopir sudah Nona minta untuk pulang duluan, jadi pasti sudah tidak menunggu. Nona memutuskan untuk naik bus saja bersama Livi.

Tak disangka, Nona melihat Theon di depan gerbang. Sulit dipercaya Theon mau menunggu selama itu. Apa kira-kira yang mau dibicarakannya, apa begitu penting? Tanya Nona dalam hati. Tapi, jika bertemu Theon, pasti akan menyusahkan. Nona pun memilih untuk menghindar sekali lagi.

"Livi, kamu pulang duluan aja. Aku ada barang yang tertinggal," Nona mencoba memberi alasan.

"Nona!" Panggil Theon.

Nona merasa seperti pencuri yang tertangkap basah. Kali ini Nona tidak bisa lolos. Benar-benar keras kepala Theon itu. Sekejap saja, dia sudah berdiri di hadapan Nona.

"Hai, Na" sapa Theon.

"Hai," balas Nona dengan nada malas.

"Bisa kita bicara?" Tanya Theon.

"Oh, bisa. Kalau begitu aku pulang dulu," pamit Livi meningalkan mereka berdua.

Livi benar-benar tidak memberi kesempatan agar Nona bisa menghindari Theon. Otak Nona tidak bisa berpikir untuk mencari alasan. Tidak ada cara lain, Nona terpaksa mengikuti permintaannya. Theon langsung membawa Nona ke taman dekat sekolah dan membelikannya es krim.

"Terima kasih," ujar Nona saat menerima es krim.

"Sudah berapa lama, ya, kita tidak bertemu," Theon berusaha berbasa-basi.

"Bisa langsung to the point?" Pinta Nona.

"Aku suka kamu,"

Rupanya Theon benar-benar to the point. Setidaknya dia harus berbasa-basi dulu meski Nona memintanya to the point. Kalau begini Nona tidak tahu harus menjawab apa. Jawaban apa yang harus Nona berikan agar dia tidak teluka.

"Sejak kapan kamu menyukai cewek biasa? Aku tidak sepopuler Disha, tidak secantik Naya, tidak sepintar Alisa, juga tidak sekaya Ciara," elak Nona.

"Bukan karena itu semua aku menyukaimu, aku sungguh-sungguh suka," Theon berusaha meyakinkan.

More than First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang